Kamis, 28 Februari 2008

Lyric Lagu yang tidak layak: Kritik Untuk Naruwe

Beta baru mendengar lagu Naruwe dalam album Naruwe 3 yang berjudul "Asang Tinggi". Awalnya beta seng merasa terganggu sih, tapi di akhir reff lagu itu ada kalimat begini: "Beta sudah siap jadi ale pung laki, tapi mangapa orang laeng yang angka ale pung unti". Yang membuat telinga saya sedikit tidak enak mendengarnya adalah frasa ANGKA UNTI itu. Menurut saya, hal itu sangat melecehkan martabat perempuan Ambon dan Maluku.


Unti aslinya adalah bagian dari penganan campuran antara kelapa dan gula. Biasa ditaruh di atas Nasi Pulut (unti) atau di dalam Pancake (Panakuk).
Memang hal itu adalah kenyataan dalam kehidupan manusia dan pernah tahun 90-an, istilah "Angka Unti" cukup populer di kalangan orang Ambon, yang lebih menunjuk pada "Kegiatan Persetubuhan Antara Laki-Laki dan Perempuan". Bila "Angka Unti" yang dimaksudkan dalam lagu Naruwe itu menunjuk pada "Kegiatan Persetubuhan" itu, maka sangat tidak layak lagu itu dijadikan konsumsi publik. Unti yang dihubungkan dengan perempuan dalam lagu itu tentu saja bagian kemaluannya, yang digunakan untuk persetubuhan.
Terserah pada basudara yang lain, tetapi dalam rasa bahasa saya sebagai orang Ambon, saya tidak asyik saja mendengar lagu-lagu seperti itu. Sangat vulgar dan tidak bertanggung jawab.

1 komentar:

Steve Gaspersz mengatakan...

Bung Jus, beta kira "problem" ini bisa menjadi kajian menarik dalam cultural studies. Beta tertarik dengan tulisan ini tapi belum berani "menyanyi" karena belum punya VCD-nya. Takut bicara tanpa data, kan bisa dikritik habis oleh bung Jus. Jadi, apakah bung Jus bersedia kirim liriknya atau sekalian dengan VCD-nya Naruwe. Hahahahaeee... Beta tunggu ni.

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"