Selasa, 22 April 2008

Paul F. Knitter lagi




Bagi teman-teman yang belajar Teologi tentu sudah tidak asing lagi dengan tokoh yang satu ini, Paul F. Knitter. Sebagian besar penelitian dan publikasi dari beliau adalah tentang pluralisme agama dan dialog interreligious. Sejak bukunya yang terbit tahun 1985 "NO OTHER NAME?", Knitter terus melakukan eksplorasi bagaimana komunitas beragama di dunia dapat bekerjasama dalam mempromosikan kebaikan bagi kemanusiaan dan ekologis. Pekerjaannya terwujud dalam beberapa buku, yaitu "ONE EARTH MANY RELIGIONS: Multifaith Dialogue and Global Responsibility" (1995) yang diterjemahkan oleh Bpk. Nico Likumahuwa dengan judul SATU BUMI BANYAK AGAMA. Bukunya yang lain "JESUS AND THE OTHER NAMES: Christian Mission and Global Responsibility" (1996), juga salah satu survey kritisnya tentang pendekatan Kristen terhadap agama-agama lain: "INTRODUCING THEOLOGIES OF RELIGIONS (ORBIS BOOKS, 2002). Tahun 2005, Knitter mengeditori suatu kajian antar-iman yang berjudul: "MYTH OF RELIGIOUS SUPERIORITY (Orbis Books). Saat ini, Knitter sementara mengerjakan proyek tulisannya yang rencananya akan dipublikasikan pada awal 2009. Rencana judul tulisan yang sementara dikerjakannya ini adalah "WITHOUT BUDDHA I COULD NOT BE A CHRISTIAN: A Personal Journey of Passing Over and Passing Back"


Dalam konteks Papua, mengerjakan teologi pluralis mengisyaratkan suatu keterbukaan yang lebih dari sekedar keterbukaan yang biasa. Memahami dengan hati sampai pada akar iman orang lain membutuhkan kemampuan untuk belajar dan belajar dari komunitas beragama lain.
Gagasan-gagasan Knitter dapat menjadi acuan bagi pekerjaan-pekerjaan itu, tetapi lebih dari itu, perjalanan hidup Knitter sendiri bila dipelajari dan dapat dimengerti, sudah lebih dari cukup untuk menjadi bahan bagi upaya mempromosikan kebaikan bersama bagi kemanusiaan dan lingkungan kita.



Keberanian Nona-Nona di Fak-Fak, Lompat dari KM Doro Londa

Nona-Nona di Fak-Fak Lompat dari Doro Londa ke Atas Long Boat
Berani Juga nih friendsss.....








Minggu, 06 April 2008

Pantai Namano

Pantai Namano







Amahei Senja

Tanjong Meputi


Kerai








Mencari Modal Spiritual di Maluku

Hari Kamis, tgl 3 April 2008 yang lalu beta menyempatkan diri pulang ke Negeri tercinta Amahei. Tidak banyak yang dapat beta lakukan karena keterbatasan waktu dan hanya mengunjungi beberapa teman dan keluarga.
Hari Sabtu, 5 April 2008, beta kembali ke Ambon dengan menggunakan kapal cepat milik Pemda Maluku Tengah, MV Pamahanunusa. Dalam perjalanan, beta berkenalan dengan seseorang yang berasal dari Bugis tapi sudah menetap di Banda, hendak kembali ke Banda dari urusannya di Masohi. Banyak hal yang kami bicarakan, tetapi intinya adalah tentang proses politik di Maluku menjelang pemilukada dan pemilu 2009. Beta menanyakan tentang situasi dan keadaan di Banda, sepertinya sudah mulai menggeliat lagi khususnya di sektor pariwisata. Yang sangat disayangkan adalah sampai saat ini ternyata di Kecamatan Banda, jaringan telepon seluler belum ada sehingga komunikasi masyarakat hanya terbatas pada komunikasi dan informasi lewat PT Telkom Banda dan juga kapal-kapal yang ada. Dalam hati beta sedikit kaget, “wah, di Banda yang ada Des Alwinya koq seng ada signal HP…?”.

............


Beta coba menggali lagi kenapa belum ada, dan menurut teman dari Banda ini, pemahaman masyarakat di Banda adalah kalau nanti signal HP ada, akan muncul kerugian besar di pihak PT Telkom dan wartel-wartel yang selama ini dimanfaatkan dalam rangka komunikasi. Beta berpikir, sepertinya ada yang telah membentuk opini masyarakat tentang pentingnya komunikasi ke arah yang salah. Jangan-jangan ini hasil bentukan dari para pengusaha wartel atau lainnya yang merasa terancam income akan menurun bila signal telepon seluler telah masuk di Banda. Masyarakat umumnya, apalagi di wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan (Banda dapat ditempuh dengan kapal Pelni lebih dari 8 jam atau juga pesawat) sebenarnya sangat membutuhkan media informasi dan komunikasi apalagi saat ini. Informasi dan komunikasi tentang perencanaan pembangunan khususnya di wilayah mereka sangat penting. Tetapi bila ada yang berupaya membentuk opini masyarakat karena merasa ladang keuntungannya akan semakin berkurang, beta rasa orang-orang seperti itu tidak layak berada di Banda karena sementara melakukan pembodohan terhadap masyarakat yang tidak terlalu tinggi tingkat pendidikannya.
Dalam percakapan selanjutnya mengenai pemilukada Maluku 2008 ini, beta bilang bahwa inti dari pemilukada ini adalah “Masyarakat jangan sampai salah memilih pemimpin”, entah siapa yang akan memimpin. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan dengan mengorbankan kehidupan ke depan. Jangan-jangan menjelang pemilukada, Banda atau tempat lain di manapun akan menjadi penting dalam percakapan-percakapan di tingkat elit. Setelah pemilukada, Banda atau yang lain tidak lebih dari layang-layang saja, dapat ditarik, diulur, dan kalaupun benangnya putus, tidak terlalu penting karena layang-layang baru masih bisa dibuat.
Sementara kami bercakap-cakap, ternyata ada yang mendengar dan akhirnya ikut nimbrung tentang sarana komunikasi di Banda. Menurutnya, untuk Banda sementara direncanakan untuk dibangun tower salah satu penyedia jasa seluler di Indonesia yaitu Telkomsel, mudah-mudahan tahun ini. Ternyata dia adalah salah satu orang yang pekerjaannya mendirikan tower-tower BTS seperti itu.
Katanya, PT Telkom Banda mengalami defisit terus dan seng pernah ada keuntungan. Pernyataan itu dibenarkan oleh teman orang Banda tadi dengan mengatakan bahwa sebenarnya telah terjadi korupsi besar-besaran oleh penanggungjawab Telkom di Banda. Sebenarnya hal ini menarik untuk ditelusuri, dalam rangka konfirmasi saja apakah informasi yang dikatakan oleh mereka benar atau tidak. Tetapi karena tidak punya waktu banyak di Maluku, penelusuran itu bisa dikerjakan oleh teman-teman yang lain.
Pembicaraan kami tiba pada klimaksnya karena kapal sudah dekat dengan Tulehu. Klimaks itu adalah tentang KKN yang masih menjadi virus dan tidak mudah untuk dikalahkan kecuali oleh orang-orang yang kedalaman spiritualnya telah mencapai titik kesadaran etis yang mendalam. Pada akhirnya akan dikembalikan pada spiritualitas masing-masing orang.
Modal spiritual dalam membangun Maluku masa depan menjadi salah satu pemikiran beta saat itu. Apa sih modal spiritual yang dimiliki oleh masyarakat Maluku saat ini? Setelah membangun hubungan harmonis yang lama, melewati badai konflik yang lama dan kini mulai menata Maluku kembali, adakah yang patut dipertahankan dari modal-modal yang orang Maluku miliki sebelum konflik? Dalam kenyataannya, modal-modal itu tidak cukup kuat untuk meyakinkan orang Maluku agar tidak saling membunuh, menghancurkan dan melecehkan. Modal-modal itu su ancor talamburang dan menurut beta, harus ancor talamburang seperti itu supaya dapat menemukan bentuknya yang baru. Masalahnya adalah sebelum, selama dan sesudah konflik Maluku, KKN itu tetap menjadi trend bagi sebagian masyarakat Maluku. Bahkan setelah konflik ini, trend itu semakin menjadi-jadi saja.
“Heeeeiiiiiiiiiiii……. Mau kasih tunjuk diri kaya par sapa ……??” Jangan sampai sebentar malam sudah mati dan kekayaan yang dikorupsi itu menjadi beban berkepanjangan bagi keturunan.
Tekanan beta berikan lagi pada pertanyaan, ADAKAH MODAL SPIRITUAL DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT MALUKU SAAT INI? Pembangunan yang benar-benar bersih dari KKN dan benar-benar menyejahterakan masyarakat?.... wew, I have a dream, tapi bermimpi itu toh tidak salah juga.
Jangan salah memilih pemimpin basudaraeeee….. Kita yang ada di luar Maluku cuma bisa dengar saja, apakah yang muncul nanti adalah ucapan syukur atau persungutan..?
Dari sisi adapt dan budaya, beta seng tahu ada modal apa lai yang bisa dipakai membentuk spiritualitas yang tidak KKN di Maluku? Akhirnya cuma bisa kembali kepada agama. Dengan pengertian yang mendalam sebagai bagian dari kemanusiaan kita, maka kebebasan kita untuk memuaskan diri juga dipertemukan dengan kebebasan semua orang untuk memuaskan diri. Bila pemuasan keinginan diri itu terjadi tanpa ada pengertian, maka kita tidak lebih daripada binatang yang hanya mengandalkan insting tanpa pengertian. Jangan-jangan KKN itu adalah sifat kebinatangan kita, karena kita ini sebenarnya binatang berakal budi dan diberi nama manusia? Bila akal budi tidak digunakan oleh manusia, maka layaklah disebut b i n a t a n g…..
Jadi, dalam rangka pemilukada Maluku ini, sebaiknya janji-janji para calon pemimpin itu dicatat, direkam, baik audio maupun audiovisual segala, diberikan untuk dibubuhkan cap oleh tim sukses dan setelah salah satu calon terpilih, catatan itu menjadi acuan untuk mengawal pembangunan masyarakat di Banda. Kalau jalan seng batul, dan mengakibatkan istilah janji tinggal janji, parlente jalan tarus tidak bisa dihilangkan dari percaturan berbahasa kita, hajar saja orang-orang itu, sampai pada tim-tim suksesnya yang dulu membubuhkan cap tanda menyetujui janji-janji itu. Sudah saatnya jangan ada lagi dusta di antara kita. Bila jalur-jalur demokrasi sudah tidak bisa lagi menjadi jalan yang baik untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, maka sesungguhnya Maluku kelihatan megah dan membangun dari luar saja. Manusia-manusia di Maluku sudah mulai punah dan diganti dengan binatang-binatang jalang. Heheheheee, ….. jangan-jangan Maluku tidak lagi menjadi Provinsi, tapi cuma kebun binatang saja? Walahualam.



Kamis, 03 April 2008

Lama baru dengar akang

Tadi pagi beta mau ke kantor pos ambon, kirim paket ke Jogja, di dalam angkot beta dengar lagu yang sudah lama seng pernah beta dengar lagi.
Kalau seng salah, lagu itu milik Hellas....
sepenggal syairnya begini:

"Katong seng larang kalau ale mau pigi basumpah
Mama Papa sanang kalo ale abis skolah
Katong seng larang kalo ale mau barumatangga
Katong samua sanang dengar ale jadi sarjana"

Itu syair lagu Ambon tahun 1990-an yang kemudian berbeda dengan syair-syair lagu tahun 80-an yang lebih banyak menyanyikan tentang lagu rindu mau pulang ke Ambon, lagu rindu mama dan papa juga basudara, dll.
Pergeseran-pergeseran syair lagu seperti itu sebenarnya menunjukkan kedirian orang Ambon yang sudah sangat menyadari bahwa jadi sarjana itu sangat penting, artinya pendidikan itulah yang akan membuat orang tua pung muka tarangka sadiki (istilah orang Ambon), biar pengorbanan dari orang tua bisa terbalas karena lihat anaknya jadi sarjana.
Bagaimana dengan era 2000-an ini? Apakah terjadi pergeseran juga? Kalau memang terjadi, apakah pergeseran-pergeseran yang muncul dalam syair-syair lagu itu juga menunjukkan pergeseran kedirian orang Maluku?
Kalau memang syair-syair lagu yang baru muncul belakangan ini juga menunjukkan kedirian orang Ambon, beta jadi takut bahwa masyarakat Ambon sementara bergeser ke arah masyarakat tanpa nilai. Artinya, bikin syair lagu iko s'nang saja, yang penting orang bisa dengar, seng pastiu dengan tetek bengek etika dan moral serta budaya katong di Ambon lai... Abis itu, pigi jual akang for dapa kepeng.... Kalo setiap hari sebagian orang-orang Ambon biasa bilang kata-kata macam bagitu, jang lai pake akang for dapa kepeng.... Atau kalau memang itu realitas keseharian orang Ambon, dunia seni sebenarnya bisa menjadi media dalam rangka konstruksi sosial masyarakat Ambon ke arah yang lebih baik.
Untuk kajian ini, ada salah seorang Kakak beta yang sementara menghabiskan studi di STT Jakarta, Peter Salenussa akan membahasnya dalam tugas akhir. Mudah-mudahan tinjauan tentang pengaruh budaya pop dalam identitas kemalukuan katong dapat diangkat di sana dan menjadi bahan voor katong balajar....

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku menjadi musuhmu (rasul Paulus).... Walaupun kebenaran itu intertekstual sebenarnya, bahwa ada jalinan-jalinan makna yang dibentuk oleh banyak orang dan jalinan-jalinan itulah menuju pada kebenaran. Tetapi kalau makna yang dirajut itu muncul dari kenihilan nilai etis dan budaya, kebenaran seperti itu patut dipertanyakan....

Ok, Lawamena Haulala





Selasa, 01 April 2008

Menafsir Kesetiaan

Kapankah KESETIAAN menjadi topik penting dalam kehidupan anda? Saat anda membina hubungan dengan kekasih atau keluarga anda? Saat anda memahami tentang Agama dan paham ketuhanan di dalamnya? Saat anda memahami tentang keluarga? atau ........



Kesetiaan menunjukkan sikap, juga perilaku yang tetap berpegang teguh pada sesuatu yang diyakini dan ingin diraih atau dipenuhi atau dibahagiakan dll.
Saya sempat menonton film Shogun Warriors, di situ salah seorang Shogun besar Jepang Ieyasu keluarganya berkuasa lebih dari 250 tahun menanyakan tentang arti kesetiaan ketika ia diminta untuk bersumpah setia pada sang Kaisar untuk melindungi putra Mahkota Jepang waktu itu, Taiko.
Dalam kenyataannya, ia telah bekerja dengan setia kepada Kaisar sejak masa mudanya dan yang ia alami adalah anak lelakinya harus menjalankan Harakiri (bunuh diri ala Jepang) karena dianggap hendak berkhianat dan memberontak kepada Kaisar.
Pada waktu ia diminta untuk bersumpah setia, ia mempertanyakan kesetiaan itu. Kepada siapa kita harus setia? Kepada Kaisarkah, kepada Tuhankah, kepada bangsa dan negarakah, kepada keluargakah, kepada idealisme-idealisme pribadi kita kah, kepada ini kah, kepada itu kah....?
Kesetiaan ternyata menjadi hal penting untuk dibicarakan dalam hubungan dengan idealisme kita. Kadangkala kesetiaan kepada semua hal di atas membuat kita bingung....
Kepada apa atau siapa anda akan bersumpah setia???


Mengisi Liburan dengan Ikut Timba Laor

"Su paleng lama paskali ale kastinggal beta sandiri" ...... itu sepenggal lyric lagu dari anak-anak Ambon kalau lama berpisah..... seperti itulah blog ku ini kayanya... sepertinya cukup lama saya meninggalkan dunia virtual dan kembali ke dunia nyata. Pulang ke Ambon.... mengisi liburan di kampung.... ikut timba laor....
Pas ketemu musim orang timba laor, setahun sekali saja musim tuh.

yang pasti.... serunya minta ampoeeennnn dah



Laor itu sejenis cacing laut yang menurut penelitian Ravenska Radjawane dulu... mengandung kadar gizi berupa protein yang sangat tinggi. Laor cuma ada di pantai-pantai yang berbatu saja. Pantai yang berlumpur.... ogah ahhhh......
Oleh karena itu, untuk Ambon yang beta tahu, Laor ada di sepanjang pantai Jazirah Leitimur dan itu pun tidak semua. Yang pasti di Latuhalat dan Hukurila, beta sudah pernah timba laor di sana.
Tahun ini, ada kesempatan urusan kerja sedikit ke Ambon, beta tiba pas selesai orang sidi baru. Orang sidi untuk masyarakat Kristen di Ambon adalah waktu yang sangat dinantikan setiap tahun selain Natal dan Tahun Baru. Kalau orang sidi di Ambon, kota Ambon sangat ramai, sampai-sampai macet segala.
Kalau mau diperhatikan baik-baik (orang Ambon bilang nanaku), musim timba laor selalu tiba kalau sudah mau dekat orang sidi baru atau gereja basar (istilah orang Ambon untuk Perjamuan di Jumat Agung).
Beta tiba di Ambon sekitar tanggal 19 Maret. Tanggal 20 Maret, naik ke Hukurila di mana di sana ada mampir and papir (mama piara dan papa piara = keluarga Tupan). Bertepatan dengan saat itu, dorang bilang kalau ada mau musim laor satu dua hari ke depan. Ternyata memang betul, hari Senin tanggal 24 Maret, waktu matahari sudah mau masuk ke peraduan.... orang-orang dari Negeri-Negeri di gunung Sirimau - Ema, Kilang - Naku, sampai dari kota Ambon mulai berbondong-bondong datang ke Pantai Hukurila yang dikenal berbatu-batu itu.
Asyik skali neee.... beta kira orang mau ronda obor for Paskah di lautan lai, ternyata dorang bawa obor voor tarang akang laor tu... Seng tunggu lama-lama, beta langsung turun ke dalam laut... masuk mandi sambil timba laor. Orang banyak pake siru-siru (kain bermata jarang yang dipakai untuk timba laor), beta pake tapisan (alat yang digunakan untuk menapis santan kelapa) saja. Biar begitu, cukuplah untuk menikmati hasilnya. Satu botol Aqua besar beta dapat untuk malam ini. Itu hasil timba laor tahun ini voor beta. Orang Hukurila bilang: "Nyong, taong ini laor muncul seng banya... mungkin taong muka bole..."
Heheheee.... taong muka beta sudah ada di Jogja (Tuhan berkati rencana ini)...
Yang pasti.... tiap tahun, cacing laor akan menjadi ajang tempat pertemuan orang-orang di Ambon di pantai-pantai berbatu.... Tempat reuni masyarakat yang suka dengan laor yang berprotein tinggi itu.....
Laor itu bisa bikin "bakasang" (istilah orang Ambon untuk sejenis asinan berkuah dari laor yang bisa bertahan bertahun-tahun).... enak kalau sudah lewat satu atau dua tahun baru dimakan, dicampur dengan asam jeruk (lemong cina) dan sedikit cili buah.... makan dengan singkong rebus.... (heheheeee raba talinga kena di kuping)...
Sayang skali beta seng sempat mendokumentasikan pengalaman itu..... Tapi seng apa-apalah. Yang pasti laor itu tiap tahun tetap ada, karena Tuhan selalu memberkati Maluku dengan hasil-hasilnya.

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"