Minggu, 06 April 2008

Mencari Modal Spiritual di Maluku

Hari Kamis, tgl 3 April 2008 yang lalu beta menyempatkan diri pulang ke Negeri tercinta Amahei. Tidak banyak yang dapat beta lakukan karena keterbatasan waktu dan hanya mengunjungi beberapa teman dan keluarga.
Hari Sabtu, 5 April 2008, beta kembali ke Ambon dengan menggunakan kapal cepat milik Pemda Maluku Tengah, MV Pamahanunusa. Dalam perjalanan, beta berkenalan dengan seseorang yang berasal dari Bugis tapi sudah menetap di Banda, hendak kembali ke Banda dari urusannya di Masohi. Banyak hal yang kami bicarakan, tetapi intinya adalah tentang proses politik di Maluku menjelang pemilukada dan pemilu 2009. Beta menanyakan tentang situasi dan keadaan di Banda, sepertinya sudah mulai menggeliat lagi khususnya di sektor pariwisata. Yang sangat disayangkan adalah sampai saat ini ternyata di Kecamatan Banda, jaringan telepon seluler belum ada sehingga komunikasi masyarakat hanya terbatas pada komunikasi dan informasi lewat PT Telkom Banda dan juga kapal-kapal yang ada. Dalam hati beta sedikit kaget, “wah, di Banda yang ada Des Alwinya koq seng ada signal HP…?”.

............


Beta coba menggali lagi kenapa belum ada, dan menurut teman dari Banda ini, pemahaman masyarakat di Banda adalah kalau nanti signal HP ada, akan muncul kerugian besar di pihak PT Telkom dan wartel-wartel yang selama ini dimanfaatkan dalam rangka komunikasi. Beta berpikir, sepertinya ada yang telah membentuk opini masyarakat tentang pentingnya komunikasi ke arah yang salah. Jangan-jangan ini hasil bentukan dari para pengusaha wartel atau lainnya yang merasa terancam income akan menurun bila signal telepon seluler telah masuk di Banda. Masyarakat umumnya, apalagi di wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan (Banda dapat ditempuh dengan kapal Pelni lebih dari 8 jam atau juga pesawat) sebenarnya sangat membutuhkan media informasi dan komunikasi apalagi saat ini. Informasi dan komunikasi tentang perencanaan pembangunan khususnya di wilayah mereka sangat penting. Tetapi bila ada yang berupaya membentuk opini masyarakat karena merasa ladang keuntungannya akan semakin berkurang, beta rasa orang-orang seperti itu tidak layak berada di Banda karena sementara melakukan pembodohan terhadap masyarakat yang tidak terlalu tinggi tingkat pendidikannya.
Dalam percakapan selanjutnya mengenai pemilukada Maluku 2008 ini, beta bilang bahwa inti dari pemilukada ini adalah “Masyarakat jangan sampai salah memilih pemimpin”, entah siapa yang akan memimpin. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan dengan mengorbankan kehidupan ke depan. Jangan-jangan menjelang pemilukada, Banda atau tempat lain di manapun akan menjadi penting dalam percakapan-percakapan di tingkat elit. Setelah pemilukada, Banda atau yang lain tidak lebih dari layang-layang saja, dapat ditarik, diulur, dan kalaupun benangnya putus, tidak terlalu penting karena layang-layang baru masih bisa dibuat.
Sementara kami bercakap-cakap, ternyata ada yang mendengar dan akhirnya ikut nimbrung tentang sarana komunikasi di Banda. Menurutnya, untuk Banda sementara direncanakan untuk dibangun tower salah satu penyedia jasa seluler di Indonesia yaitu Telkomsel, mudah-mudahan tahun ini. Ternyata dia adalah salah satu orang yang pekerjaannya mendirikan tower-tower BTS seperti itu.
Katanya, PT Telkom Banda mengalami defisit terus dan seng pernah ada keuntungan. Pernyataan itu dibenarkan oleh teman orang Banda tadi dengan mengatakan bahwa sebenarnya telah terjadi korupsi besar-besaran oleh penanggungjawab Telkom di Banda. Sebenarnya hal ini menarik untuk ditelusuri, dalam rangka konfirmasi saja apakah informasi yang dikatakan oleh mereka benar atau tidak. Tetapi karena tidak punya waktu banyak di Maluku, penelusuran itu bisa dikerjakan oleh teman-teman yang lain.
Pembicaraan kami tiba pada klimaksnya karena kapal sudah dekat dengan Tulehu. Klimaks itu adalah tentang KKN yang masih menjadi virus dan tidak mudah untuk dikalahkan kecuali oleh orang-orang yang kedalaman spiritualnya telah mencapai titik kesadaran etis yang mendalam. Pada akhirnya akan dikembalikan pada spiritualitas masing-masing orang.
Modal spiritual dalam membangun Maluku masa depan menjadi salah satu pemikiran beta saat itu. Apa sih modal spiritual yang dimiliki oleh masyarakat Maluku saat ini? Setelah membangun hubungan harmonis yang lama, melewati badai konflik yang lama dan kini mulai menata Maluku kembali, adakah yang patut dipertahankan dari modal-modal yang orang Maluku miliki sebelum konflik? Dalam kenyataannya, modal-modal itu tidak cukup kuat untuk meyakinkan orang Maluku agar tidak saling membunuh, menghancurkan dan melecehkan. Modal-modal itu su ancor talamburang dan menurut beta, harus ancor talamburang seperti itu supaya dapat menemukan bentuknya yang baru. Masalahnya adalah sebelum, selama dan sesudah konflik Maluku, KKN itu tetap menjadi trend bagi sebagian masyarakat Maluku. Bahkan setelah konflik ini, trend itu semakin menjadi-jadi saja.
“Heeeeiiiiiiiiiiii……. Mau kasih tunjuk diri kaya par sapa ……??” Jangan sampai sebentar malam sudah mati dan kekayaan yang dikorupsi itu menjadi beban berkepanjangan bagi keturunan.
Tekanan beta berikan lagi pada pertanyaan, ADAKAH MODAL SPIRITUAL DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT MALUKU SAAT INI? Pembangunan yang benar-benar bersih dari KKN dan benar-benar menyejahterakan masyarakat?.... wew, I have a dream, tapi bermimpi itu toh tidak salah juga.
Jangan salah memilih pemimpin basudaraeeee….. Kita yang ada di luar Maluku cuma bisa dengar saja, apakah yang muncul nanti adalah ucapan syukur atau persungutan..?
Dari sisi adapt dan budaya, beta seng tahu ada modal apa lai yang bisa dipakai membentuk spiritualitas yang tidak KKN di Maluku? Akhirnya cuma bisa kembali kepada agama. Dengan pengertian yang mendalam sebagai bagian dari kemanusiaan kita, maka kebebasan kita untuk memuaskan diri juga dipertemukan dengan kebebasan semua orang untuk memuaskan diri. Bila pemuasan keinginan diri itu terjadi tanpa ada pengertian, maka kita tidak lebih daripada binatang yang hanya mengandalkan insting tanpa pengertian. Jangan-jangan KKN itu adalah sifat kebinatangan kita, karena kita ini sebenarnya binatang berakal budi dan diberi nama manusia? Bila akal budi tidak digunakan oleh manusia, maka layaklah disebut b i n a t a n g…..
Jadi, dalam rangka pemilukada Maluku ini, sebaiknya janji-janji para calon pemimpin itu dicatat, direkam, baik audio maupun audiovisual segala, diberikan untuk dibubuhkan cap oleh tim sukses dan setelah salah satu calon terpilih, catatan itu menjadi acuan untuk mengawal pembangunan masyarakat di Banda. Kalau jalan seng batul, dan mengakibatkan istilah janji tinggal janji, parlente jalan tarus tidak bisa dihilangkan dari percaturan berbahasa kita, hajar saja orang-orang itu, sampai pada tim-tim suksesnya yang dulu membubuhkan cap tanda menyetujui janji-janji itu. Sudah saatnya jangan ada lagi dusta di antara kita. Bila jalur-jalur demokrasi sudah tidak bisa lagi menjadi jalan yang baik untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, maka sesungguhnya Maluku kelihatan megah dan membangun dari luar saja. Manusia-manusia di Maluku sudah mulai punah dan diganti dengan binatang-binatang jalang. Heheheheee, ….. jangan-jangan Maluku tidak lagi menjadi Provinsi, tapi cuma kebun binatang saja? Walahualam.



Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"