Selasa, 01 April 2008

Mengisi Liburan dengan Ikut Timba Laor

"Su paleng lama paskali ale kastinggal beta sandiri" ...... itu sepenggal lyric lagu dari anak-anak Ambon kalau lama berpisah..... seperti itulah blog ku ini kayanya... sepertinya cukup lama saya meninggalkan dunia virtual dan kembali ke dunia nyata. Pulang ke Ambon.... mengisi liburan di kampung.... ikut timba laor....
Pas ketemu musim orang timba laor, setahun sekali saja musim tuh.

yang pasti.... serunya minta ampoeeennnn dah



Laor itu sejenis cacing laut yang menurut penelitian Ravenska Radjawane dulu... mengandung kadar gizi berupa protein yang sangat tinggi. Laor cuma ada di pantai-pantai yang berbatu saja. Pantai yang berlumpur.... ogah ahhhh......
Oleh karena itu, untuk Ambon yang beta tahu, Laor ada di sepanjang pantai Jazirah Leitimur dan itu pun tidak semua. Yang pasti di Latuhalat dan Hukurila, beta sudah pernah timba laor di sana.
Tahun ini, ada kesempatan urusan kerja sedikit ke Ambon, beta tiba pas selesai orang sidi baru. Orang sidi untuk masyarakat Kristen di Ambon adalah waktu yang sangat dinantikan setiap tahun selain Natal dan Tahun Baru. Kalau orang sidi di Ambon, kota Ambon sangat ramai, sampai-sampai macet segala.
Kalau mau diperhatikan baik-baik (orang Ambon bilang nanaku), musim timba laor selalu tiba kalau sudah mau dekat orang sidi baru atau gereja basar (istilah orang Ambon untuk Perjamuan di Jumat Agung).
Beta tiba di Ambon sekitar tanggal 19 Maret. Tanggal 20 Maret, naik ke Hukurila di mana di sana ada mampir and papir (mama piara dan papa piara = keluarga Tupan). Bertepatan dengan saat itu, dorang bilang kalau ada mau musim laor satu dua hari ke depan. Ternyata memang betul, hari Senin tanggal 24 Maret, waktu matahari sudah mau masuk ke peraduan.... orang-orang dari Negeri-Negeri di gunung Sirimau - Ema, Kilang - Naku, sampai dari kota Ambon mulai berbondong-bondong datang ke Pantai Hukurila yang dikenal berbatu-batu itu.
Asyik skali neee.... beta kira orang mau ronda obor for Paskah di lautan lai, ternyata dorang bawa obor voor tarang akang laor tu... Seng tunggu lama-lama, beta langsung turun ke dalam laut... masuk mandi sambil timba laor. Orang banyak pake siru-siru (kain bermata jarang yang dipakai untuk timba laor), beta pake tapisan (alat yang digunakan untuk menapis santan kelapa) saja. Biar begitu, cukuplah untuk menikmati hasilnya. Satu botol Aqua besar beta dapat untuk malam ini. Itu hasil timba laor tahun ini voor beta. Orang Hukurila bilang: "Nyong, taong ini laor muncul seng banya... mungkin taong muka bole..."
Heheheee.... taong muka beta sudah ada di Jogja (Tuhan berkati rencana ini)...
Yang pasti.... tiap tahun, cacing laor akan menjadi ajang tempat pertemuan orang-orang di Ambon di pantai-pantai berbatu.... Tempat reuni masyarakat yang suka dengan laor yang berprotein tinggi itu.....
Laor itu bisa bikin "bakasang" (istilah orang Ambon untuk sejenis asinan berkuah dari laor yang bisa bertahan bertahun-tahun).... enak kalau sudah lewat satu atau dua tahun baru dimakan, dicampur dengan asam jeruk (lemong cina) dan sedikit cili buah.... makan dengan singkong rebus.... (heheheeee raba talinga kena di kuping)...
Sayang skali beta seng sempat mendokumentasikan pengalaman itu..... Tapi seng apa-apalah. Yang pasti laor itu tiap tahun tetap ada, karena Tuhan selalu memberkati Maluku dengan hasil-hasilnya.

1 komentar:

Steve Gaspersz mengatakan...

Ucu eee... ada haros kabong sampe su barumpu macang bagini. Ale pung kalakuang dar dolo tu...pi tado2 kas tinggal katong di sini. Ale pung carita ni biking beta aer mulu tumpa tagal inga bakasang laor tu. Seng apapa kalo ale seng poto akang, maar jang lupa kiring laor sabotol aqua par kaka di sini dolo.

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"