Jumat, 20 Februari 2009

Song for Gaza: WE WILL NOT GO DOWN

Lagu ini ternyata menggugah juga... Suara Michael Heart yang asyik, ditambah konteks pembuatan lagu yang real....

WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)

(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009



A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight





Kamis, 19 Februari 2009

Cerita Lucu: OPA JUGA PAHLAWAN

Ana-ana kacil ada carita tentang Pahlawan-Pahlawan. Pas Opa Endek lewat dengar dong bacarita. Opa Endek mulai angka lai, "He..he... jang dong cuma carita tentang Pahlawan-Pahlawan dalam buku pelajaran tu... Busu-busu, Opa ni dolo-dolo jua seng lari waktu Balanda deng Japang."
Ana-ana dong bilang, "Kalo bagitu Opa carita pengalaman dolo-dolo for katong ka..."
Opa Endek mulai carita, "Dolo, waktu japang maso di Ambon, Opa masih muda.. Gagah nyong. Satu kali dong mau datang ganggu dong pung Oma ni, waktu itu masih muda cantik. Opa su tau dong pung rencana, Opa hadang di jalang mau maso Kampong. Dong tiga orang muncul dari sana, Opa palungku satu, jatuh makang tanah. Satu mau maju, Opa palungku lai, jatuh makang tanah. Orang ketiga, datang deng pistol, yang dua tu badiri dong kokang senjata lai, dong tiga todong Opa mau tembak, tapi Opa seng lari dong ana-anaeee..."
Ana-ana angka, "wah, kalo bagitu Opa memang hebat, top abiss..."
Opa deng muka sedih bilang, "Abis, Opa mau lari bagimana lai, di balakang Opa jurang yooo... lari la jatuh mati.."




Cerita Lucu: YAKOBUS MAU BERNYANYI

Satu kali, Opa ada tarima tamu di Baranda muka. Ini ana Yakobus ni seng kuat tahang Kincing lai. Dia datang for Opa, di muka tamu dia bilang "Opa, Boby mau kincing..". Opa seng pastiu, carita jalan trus. Dia bilang tambah basar, "OPA, BOBY MAU KINCING". Opa su sadiki marah lai, Opa bilang, "Heh... kalo mau kincing, kincing di kamar mandi sana. Opa ada deng tamu". Boby pigi lapas di kamar mandi. Pas tamu pulang Opa panggel Boby, Opa bilang, "Yakobis, laeng kali kalo mau kincing, jang bilang kincing di muka orang tatua. Itu seng tahu malu, nanti Opa pung tamu bilang apa...?" Boby tanya, "Lalu beta musti bilang apa Opa?". Opa jawab, "Pokoknya bilang apa ka, asal jang bilang mau kincing. Bagini saja, kalo mau kincing, se bilang - Opa, Boby mau manyanyi - itu Opa su tahu sudah".
Akang pung tengah malam, Boby tidor deng Opa di kamar blakang. Boby su mati kincing tapi taku kaluar sandiri. Boby kasbangong Opa, "Opa...Opa... Boby mau manyanyi...". Opa kaget bangong deng marah-marah.. "Manyanyi apalai Yakobis deng orang pung tengah malam ni..?". Boby seng mau tau, Boby tetap bilang, "Seng bisa Opa, Boby seng kuat tahang lai, Boby mau manyanyi niiii.....?". Opa seng bisa tahang, Opa angka jua, "Io sudah, daripada ose pung orang tatua deng tetangga bangong gara-gara se manyanyi, mari la manyanyi palang-palang di Opa pung talinga ni saja", Opa sorong talinga ke arah Boby. Seng hitung satu dua tiga, Boby lucu calana, kasluar mic kacil tu, deng Boby manyanyi palang-palang di Opa pung talinga jua.... Mamaeeee.... Opa Babasa...




Cerita Lucu: PENGARUH NONTON BOLA

Oma dengan Opa pigi nonton bola di Karang Panjang.... Selesai Pertandingan, orang-orang Manggurebe Oto. Oto terakhir tinggal satu tampa dudu saja. Kenek bilang "Opa, Oma, mari nai sudah, daripada nanti seng ada oto lai. Ini oto terakhir, baku pangku saja jua". AKhirnya Opa deng Oma naik baku pangku. Opa bilang, "Oma, ale pangko beta kamuka jua, ini khan bajalang turung-turung, seng talalu stengah mati". Oma bilang "Io sudah". Di tengah perjalanan, Opa pung poro saki. Opa seng tahang lai, deng Opa lapas Konto jua... Oma kaget stengah mati. Opa bale muka bisi-bisi for Oma "Jang marah Oma, beta baru isi Gol, satu kosong". Oma marah paskali, langsung Oma bilang "Ganti, bagian ale pangku beta". Opa pangku Oma. Sampe di tikungan mau maso terminal, Oma seng tahang lai, Oma ajar Konto.. Opa tenang saja. Oma bale bisi-bisi for Opa, "Opa, skarang satu sama to...?". Opa tatawa snang saja, Opa bilang for Oma, "Jang marah, ale pung tembakan tapukul tiang".




Rabu, 18 Februari 2009

PEMBERDAYAAN YANG SETENGAH HATI = SETENGAH MATI

Beberapa waktu yanbg lalu, saya berada di wilayah Biak untuk mengunjungi istri yang sementara melakukan tugasnya sebagai fasilitator teknik PNPM Respek Papua di Kabupaten Biak Numfor. Saya sendiri ingin mengetahui bagaimana kerja seorang pendamping atau fasilitator Distrik (Kecamatan) itu. Oleh karena itu, dalam kesempatan sekitar 2 (dua) minggu berada di Biak, saya berkesempatan mengantar Istri ke tempat tugasnya di salah satu Distrik Kabupaten Biak Numfor. Pada waktu itu, ternyata pencairan dana tahap I telah dilakukan dan pekerjaan-pekerjaan fisik baru saja dimulai sehingga tugas dia sebagai fasilitator teknik bertambah. Tiap hari dia harus mengunjungi 14 kampung di Distrik itu untuk mengawasi dan memfasilitasi proses pekerjaan fisik yang dilakukan oleh masyarakat.

Hari-hari pertama, saya mulai memahami tugas dan tanggung jawab fasilitator serta apa itu program PNPM Respek sendiri. Yang saya temukan adalah masyarakat yang mau saja terus-menerus ada dalam situasi dulu, dimana ketika dana sudah dicairkan dan dana itu digunakan dengan kurang bertanggung jawab. Banyak yang ternyata menyalahkan masyarakat (kata mereka, masyarakat terlalu mata duitan sehingga ketika melihat uang yang banyak, mereka lupa untuk bertanggung jawab). Tetapi menurut saya, masyarakat tidak dapat disalahkan begitu saja karena itu adalah cermin dari proses pemberdayaan yang dilakukan selama ini di Papua. Pemberdayaan setengah hati dengan memanjakan masyarakat, sekaligus melakukan kekerasan terhadap mereka. Akibatnya adalah ketika para putra daerah yang memiliki ide dan gagasan besar mulai mengerjakan ide dan gagasan-gagasan itu, mereka diperhadapkan pada situasi di mana masyarakat sudah terbiasa dengan proses pemberdayaan setengah hati dan bukan tulus hati. Pemberdayaan saat ini akhirnya menjadi SETENGAH MATI.

Walaupun demikian, tetap harus diacungi jempol atas segala upaya yang telah dilakukan oleh para fasilitator bersama-sama dengan masyarakat. Mereka mau belajar dan terus belajar memahami masyarakat, di satu sisi, mereka tetap tegas terhadap masyarakat dalam batas-batas kewajaran. Banyak juga yang tidak sanggup melanjutkan tugas karena berhadapan dengan masyarakat Papua yang dinilai terlalu keras kepala dan menganggap diri lebih tahu. Tetapi itu adalah penilaian sempit yang diambil karena mereka sebenarnya tidak memahami proses yang selama ini dialami oleh masyarakat itu sendiri.

Kalau mau membangun di Papua, membangunlah dengan tulus hati. Jangan dengan setengah hati karena akibatnya adalah pemerintah akan setengah mati berhadapan dengan situasi yang diciptakannya sendiri. Kekerasan bukan lagi jalan keluar karena kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan yang lain. Stigmatisasi bukan lagi bahasa yang baik untuk menjustifikasi diri bahwa pemerintah telah melakukan segalanya bagi kepentingan rakyat.

Pemilu sudah dekat, semua pilihan tergantung kita. Tentu saja, tak ada larangan untuk tidak memilih (jangan-jangan diharamkan lagi). Kalau mau memilih, pilihlah yang telah terbukti bekerja dengan tulus.





Minggu, 15 Februari 2009

Sejarah Amahai: Inama Halulapesia #1

Akibat Meninggalnya Putri Rapia Hainuwele di Nunusaku, maka kelompok-kelompok yang ada di Nunusaku mulai terpencar keluar dari sana. Salah satu kelompok yang keluar, dari golongan Patasiwa - Wemale adalah "INAMA HALULAPESIA". Perjalanan Inama ini menuju ke arah Timur Nusa Ina. Mereka lama tertahan di Gunung Lumute, di hulu Wai Pia antara aliran Sune dan Marakuti, yang merupakan garis perbatasan antara Patasiwa dan Patalima. Untuk menuju ke arah Timur Nusa Ina, berarti memasuki wilayah Patalima yang sebagian besar belum bepenghuni. Daerah itu dikuasai oleh seorang penguasa, yaitu MARIHUNI. Inama Halulapesia harus dapat mengalahkan Marihuni untuk melewati daerahnya.

Marihuni sendiri, sejak meninggalkan Nunusaku, membawa lambang Patasiwa, yaitu MANUMAKE. Ia adalah seorang yang kasar, dalam bahasa sekarang "otoriter". Karena keperkasaannya, ia menjadi Upu Latu di Patau Latu Wete. Makanannya adalah pucuk isi buah kenari, telur penyu hutan, jantung dan hati kasuari. Minumannya air pinang putih muda yang diperas. Ia mandi dengan air dari batang galoba yang diperas. Karena kebutuhannya itulah, maka tenaga rakyat diperas untuk melayaninya tanpa kecuali. Karena sifatnya itulah maka hampir semua soa dan hena membelakangi bahkan memusuhinya. Inama Halulapesia dengan dibantu oleh LATUPAPUA dari HORALE, dapat mengalahkan Marihuni.

Setelah Marihuni dikalahkan, lambang Patasiwa "MANUMAKE" dipikul oleh HALALATU. Orang-orang pun mulai bergerak meninggalkan Patau Latu Wete, menuju ke Timur dan pesisir Selatan Nusa Ina. Sejak dari Teluk Elpaputih, Teluk Amahai, sampai ke Teluk Tahati. Penyebaran ini mulai dari Uwe sampai Hatumete, suatu daerah yang cukup luas. Perbatasan yang dapat dicatat turun temurun adalah sebelah Utara berbatasan dengan Petuanan Hurale, sebelah Selatan dengan Laut Banda, sebelah Barat dengan Inama Eti, sebelah Timur dengan Daerah Patalima yang belum berpenghuni.

Pada saat semua Upu memimpin Soa dan Hena menuju tempat yang mereka kehendaki, maka disepakatilah membuat suatu AMARALE / SANIRI kecil antara Kelompok-Kelompok dari Patasiwa dalam Inama Halulapesia. Amarale ini dilangsungkan di tempat yang sangat dirahasiakan karena alasan keamanan. Yang hadir pada waktu itu adalah LEKA BUA MARIMA, HALALATU PUTINE, EHA WATTIMURI, WAKANO TITAKAU. Mereka adalah para pemimpin dalam Soa masing-masing. Upu dari Soa inilah yang kemudian disebut dengan istilah Kapitan karena pengaruh Portugis.

Dalam Amarale Kecil inilah, lahir nama AMA MAHAI, sebagai suatu ucapan syukur bahwa Upu Ama - Upu Latu yang memimpin mereka dari Nunusaku tetap dalam keadaan selamat dan sentosa sampai ke tujuan. Upu Ama yang memimpin semua soa ini berniat mengadakan Amarale untuk menyerahkan kepemimpinan. Setelah diadakan musyawarah dan permufakatan, kepemimpinan diserahkan kepada UPU HALALATU, yang masih memikul lambang Patasiwa yang direbut di Gunung LUMUTE saat berperang dengan Marihuni. Halalatu = yang memikul kekuasaan Upu Latu.

Walaupun batas-batas geografis Inama Halulapesia tidak disebutkan secara jelas dalam historiografi, namun semua penguasa tahu dengan jelas dan pasti sampai di mana batas kekuasaan itu. Yang tercatat dengan jelas hanyalah penamaan Onderafdeling Amahai yang ditetapkan oleh Belanda sesuai dengan batas-batas dari Inama Halulapesia (sesuai petunjuk sejarahwan Belanda saat itu, Valntijn), yaitu mulai dari batas Inama Tala, yaitu Wai Tala sampai di Wai Boboh (Ulahahan).

Ayat-Ayat Cinta




Lihat Di Sini

Pass = mskong




B.J. Habibie: Detik-Detik Yang Menentukan




Baca Bukunya di sini




JAKARTA UNDERCOVER #1 - Sex In The City



Penerbit: GagasMedia
Penulis: Moammar Emka

Baca Bukunya di sini




JAKARTA UNDERCOVER #2 - Karnaval Malam



Penerbit: GagasMedia
Penulis: Moammar Emka

Baca Bukunya di sini




JAKARTA UNDERCOVER #3 - Forbidden City



Penerbit: GagasMedia
Penulis: Moammar Emka

Baca Bukunya di sini





Penelitian Tentang Indonesia: Calling Back the Spirit: Music, Dance, and Cultural Politics in Lowland South Sulawesi



Penerbit: Oxford University Press
Penulis: R. Anderson Sutton
Tahun: 2002
Jml Hlm: 296

Download dari Rapidshare




Penelitian Tentang Indonesia: HADRAMI ARABS IN PRESENT DAY INDONESIA



Penerbit: Routledge
Penulis: Frode F. Jacobsen
Tahun: 2009
Jml Hlm: 144

Download dari Rapidshare di sini




Penelitian Tentang Indonesia: MANAGING POLITICS AND ISLAM IN INDONESIA



Penerbit: Taylor and Francis
Penulis: Donald J. Porter
Tahun: 2005
Jml Hlm: 284

Download dari Rapidshare atau Depositfile




Penelitian Tentang Indonesia: GENDER, ISLAM AND DEMOCRACY IN INDONESIA


Penerbit: Routledge
Penulis: Kathry Robinson
Tahun: Edisi 2008
Jml Halaman: 240

Silahkan Download di sini





Sabtu, 14 Februari 2009

Download e-book Mantap: HACKER CULTURE



Hacker hampir selalu dianggap musuh oleh pemerintah. Mereka bahkan diberikan cap kriminal. Namun, ada sisi lain dari hackers yang mungkin dapat anda temukan dalam buku Hacker Culture ini. Silahkan download di sini




THE HACKERS DICTIONARY



Good Dictionary for you about hackers world. download it here




HACKING WINDOWS XP



Buku ini diperuntukkan bagi anda yang tidak takut mengotak atik Windows P anda.... Untuk mendownloadnya, klik di sini




How To? Caritahu Siapa Yang Meng-Copy dari Blogmu

Dunia Internet tentu saja dipenuhi dengan tindakan Copy-Paste. Untuk itu, disediakan cara untuk mengetahui siapa saja yang melakukan tindakan itu pada Blog kamu. Caranya, masukkan alamat blog kamu di alamat www.copyspace.com dan lihat hasilnya. Bila anda ingin gratis, berarti hanya 10 top result yang akan muncul.

Ok, silahkan mencoba... Thanks




Jumat, 13 Februari 2009

How To? Download dengan Depositfiles Download Manager

Banyak file yang bisa didownload gratis dari Depositfiles.com. Tetapi karena gratis itu juga, makanya ada keterbatasan. Daripada nunggu lama-lama, pake aja Depositfiles Download Manager. Klik di sini untuk Download Depostifiles Download Manager, 0.9.5.16




Rabu, 11 Februari 2009

Kontrol Terhadap Sesuatu itu Penting

Viva La Vida by COLDPLAY

I used to rule the world
Seas would rise when I gave the word
Now in the morning I sleep alone
Sweep the streets I used to own

I used to roll the dice
Feel the fear in my enemy's eyes
Listen as the crowd would sing
"Now the old king is dead! Long live the king!"

One minute I held the key
Next the walls were closed on me
And I discovered that my castles stand
Upon pillars of salt and pillars of sand

I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field

For some reason I can't explain
Once you go there was never
Never an honest word
And that was when I ruled the world

It was the wicked and wild wind
Blew down the doors to let me in
Shattered windows and the sound of drums
People couldn't believe what I'd become

Revolutionaries wait
For my head on a silver plate
Just a puppet on a lonely string
Oh who would ever want to be king?

I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field

For some reason I can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world

I hear Jerusalem bells a ringing
Roman Cavalry choirs are singing
Be my mirror, my sword and shield
My missionaries in a foreign field

For some reason I can't explain
I know Saint Peter won't call my name
Never an honest word
But that was when I ruled the world




Selasa, 10 Februari 2009

Sejarah Pela AMAHAI - IHAMAHU

Salah satu hal yang membedakan manusia dengan hewan lainnya adalah kemampuannya untuk terus menerus menelusuri akar dan asal-usulnya. Dalam kenyataannya, akar dan asal-usul Tepa yang saya miliki belum dapat ditelusuri. Namun demikian, darah dari ibulah yang membuat saya menelusuri terus menerus sejarah dan asal-usul yang terkait dengan negeri Amahai.
Pada bagian ini, saya hendak memaparkan secara singkat tentang hubungan Pela antara Amahai (Lounusa Maatita) dengan Ihamahu (Noraito Amapati). Kalau saja ada basudara yang sempat membaca hal ini dan hendak memberikan masukkan atau kritik, silahkan komentari saja demi penyempurnaannya. Sejarah ini saya dapatkan dari Hasil Seminar Sejarah Lounusa Maatita di Amahai, yang diselenggarakan pada tahun 1991.

Terjadinya hubungan pela antara Amahai dan Ihamahu berawal ketika negeri Ihamahu (Noraito Amapati) hendak membangun gedung gereja di negeri mereka. Dalam proses pengerjaannya, negeri Noraito Amapati menghadapi kesulitan dalam pembangunan. Kesulitan itu adalah menyangkut bahan kayu yang dibutuhkan untuk ramuan Gedung Gereja, yaitu Kayu Besi. Untuk mencari Kayu Besi, utusan telah dikirimkan ke Rumahkay, Kairatu, tetapi tidak berhasil karena di daerah-daerah itu kekurangan kayu besi.

Dalam upaya pencarian mereka, terbetik berita bahwa di petuanan Negeri Soahuku (Lilipory Kalapessy) banyak terdapa pohon kayu besi. Raja Soahuku pada waktu itu adalah Alfaris Tamaela, yang menikah dengan seorang putri dari Ihamahu, Nona Lilipaly. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk mengirimkan utusan ke Soahuku untuk menjajaki kemungkinan mencari ramuan Gedung Gereja ke sana. Rapat Saniri pun diadakan dan diputuskanlah untuk mengirimkan 3 (tiga) orang utusan ke Soahuku, yaitu: Kepala Soa A. Sanaky, Kepala Soa E. Kipuw, dan Tuagama E. Anakotta. Mereka tiba di Soahuku pada hari Kamis pagi, tanggal 9 Januari 1890. Pada sore harinya, utusan dari Noraito Amapati menemui Raja Alfaris Tamaela untuk menyampaikan maksudnya. Tetapi permintaan utusan dari Noraito Amapati itu tidak dapat dipenuhi karena di Soahuku sendiri kekurangan kayu besi. Gedung Gereja di Soahuku pada waktu itu terbuat dari kayu Gupasa (karena kekurangan kayu Besi itu). Satu-satunya negeri yang petuanannya banyak terdapat kayu besi adalah Amahai. Karena itu, Raja Alfaris Tamaela berjanji untuk mengantarkan utusan Ihamahu menghadap Raja Amahai guna menyampaikan maksud mereka.

Keesokan harinya, Jumat tanggal 10 Januari 1890, pada waktu sore, datanglah utusan dari Noraito Amapati diantar oleh Raja Alfaris Tamaela menghadap Raja Amahai Wilhelem Hallatu. Setelah disuguhkan apapua oleh tuan rumah, maka utusan pun menyampaikan maksud kedatangan mereka. Raja Wilhelem Hallatu adalah seorang Kristen yang baik, suka membantu pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan. Karena itu, beliau dengan sukarela menerima atau mengabulkan permintaan utusan dari Noraito. Setelah berunding dengan Para Saniri Negeri dan Para Kewang, maka ditunjuklah Hutan Sersamawony, sebab di sana banyak terdapat pohon kayu besi. Setelah perundingan selesai, kembalilah utusan dari Noraito Amapati bersama dengan Raja Alfaris Tamaela ke Soahuku untuk beristirahat. Pada hari Selasa, 14 Januari 1890, kembalilah para utusan itu ke negerinya Noraito Amapati, Ihamahu, untuk melaporkan hasil perjalanan mereka kepada Saniri Negeri.

Segala persiapan pembangunan Gedung Gereja pun dilakukan. Batu pertama pondasi pun diletakkan pada Hari Sabtu sore, 1 Pebruari 1890. Pada hari Senin, 3 Pebruari 1890, pondasi Gedung Gereja itu mulai dekerjakan dan selesai hanya dalam beberapa hari saja karena ketekunan dan semangat untuk memiliki sebuah Rumah Ibadah yang baik dan permanen.

Setelah itu, diadakanlah persiapan keberangkatan rombongan ke Amahai untuk mendapatkan kayu besi sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Raja Amahai. Setelah semua persiapan rampung, berangkatlah sebanyak 80 orang pria dewasa pada tanggal 10 April 1890 di bawah pimpinan Pattih Ihamahu, W. J. Lilipaly, didampingi oleh 4 (empat) orang kepala soa dan 3 (tiga) orang Tuagama, masing-masing: Kepala Soa A.Sanaky, Kepala Soa E.Kipuw, Kepala Soa P.Anakotta, Kepala Soa E.Sahetapy, Tuagama D.Anakotta, Tuagama J.Haulussy.

Pemerintah Negeri Amahai sebelumnya telah mendapat kabar dari Ihamahu tentang kedatangan rombongan yang akan dipimpin oleh Pattih Ihamahu itu. Karena itu, penyambutan di Amahai pun dipersiapkan. Sudah direncanakan di Ihamahu agar antara Amahai dan Ihamahu sebaiknya diikatkan dalam suatu hubungan persekutuan orang bersaudara, yang secara adat dan kebiasaan golongan Patasiwa, ialah mengadakan PELA.

Sehari setelah rombongan itu tiba di Amahai, diadakanlah musyawarah di Baeleu Amahai. Musyawarah itu berjalan lancar dan Amahai dengan penuh sukacita menerima Ihamahu sebagai PELA. Karena itu, pada hari Minggu tanggal 13 April 1890, diadakanlah Pasawari Adat dihadiri oleh seluruh Rakyat Amahai dan rombongan dari Ihamahu.

Setelah sebagian besar ramuan Gedung Gereja telah selesai dikumpulkan, beberapa pria Dewasa dari Amahai yang telah biasa hanyut gosepa dari kepala air, ikut serta dengan para pekerja dari Ihamahu untuk hanyut gosepa ramuan Gereja ke Amahai. Pada tanggal 22 Desember 1896, gosepa ramuan Gereja dihanyutkan dari Sersamawony ke Amahai. Dalam hanyut gosepa itu, dinaikkanlah kidung-kidung Rohani diselingi dengan lagu musik tomahua dan kapata-kapata. Setelah sehari beristirahat di Amahai, tanggal 24 Desember 1986 bertolaklah gosepa ramuan Gedung Gereja ke Ihamahu.

Pemuda-pemuda Amahai yang ikut dengan gosepa ramuan Gereja ke Ihamahu diterima dan dibagi-bagi untuk tinggal di rumah-rumah rakyat Negeri Ihamahu. Kareja jumlah orang Amahai yang pergi ke Ihamahu cuma sedikit, maka secara bergilir mereka berpindah dari satu rumah ke rumah lain. Orang-orang Amahai berada di Ihamahu hampir satu bulan lamanya. Selama mereka berada di Ihamahu, hampir tiap minggu diadakan pesta. Pada tanggal 15 Januari 1897, kembalilah orang-orang Amahai ke negeri Lounusa Maatita.

Pada tanggal 29 September 1899, terjadilah suatu bencana alam yang banyak merenggut jiwa manusia. Dalam penjelasan yang kemudian, bencana itu disebabkan karena patahan di sekitar teluk Elpaputih. Bencana ini pula yang disebut sebagai Bahaya Seram, dimana banyak merenggut nyawa termasuk orang Amahai dan Ihamahu. Orang Ihamahu turut menjadi korban dalam peristiwa ini karena mereka hendak menyelesaikan pekerjaan pemotongan kayu sisa. Gedung Gereja mereka masih kekurangan beberapa bilah papan untuk pintu dan jendela. Oleh karena itu, pada tanggal 27 September 1899, berangkatlah dari Ihamahu 4 (empat) buah Rembaya yang berisi 80 orang disertai Pattih Ihamahu, W.J. Lilipaly dengan 3 (tiga) orang Kepala Soa, masing-masing: E.Kipuw, E.Sahetapy dan P.Anakotta. Pada perencanaan awal, rombongan akan berangkat dari Amahai ke Sirsamawony setelah selesai ibadah tanggal 30 September 1899, tetapi dalam kenyataannya manusia boleh berencana, tetapi Tuhan jua lah yang menentukan segalanya.

Rembaya-Rembaya orang Ihamahu berlabuh di Pantai Sirupu. Rombongan sebagian besar melewatkan malam 29 September 1899 di rumah-rumah orang Amahai. Dalam lelap mereka, saat jam menunjukkan pukul 01.20 waktu setempat, terjadilah suatu gempa yang dahsyat. Gempa itu diikuti oleh 3 (tiga) buah ombak pasang yang melanda negeri-negeri di pesisir Seram Selatan, termasuk Amahai. Rembaya-rembaya yang sedang berlabuh di Pantai Sirupu diangkat oleh ombak pasang itu dan dilemparkan ke telaga Aulalo, di belakang negeri. Pada waktu ombak pertama datang, orang-orang mulai berlari mencari keselamatan. Banyak orang yang berlari menuju ke arah Wai Rano. Mereka itulah yang kebanyakan tewas karena ombak susulan yang besar sebanyak 2 (dua) kali melanda pesisir negeri. Banyak orang yang tersangkut di dahan-dahan kayu dan di atap-atap rumah. Orang Ihamahu tidak luput dari bahaya itu. Hampir 60 orang laki-laki bersama Pattih mereka meninggal dunia pada saat itu. Sisanya dibawa ke Ihamahu dan dirawat di rumah sakit di Saparua. Tetapi ada juga yang meninggal dalam perawatan.

Bencana yang menimpa itu membawa dampak yang tak terkira. Selain kehilangan nyawa dan harta, tetapi juga menumbuhkan rasa curiga mencurigai antara orang Amahai dan Ihamahu akibat kehilangan. Apalagi Pattih Ihamahu meninggal di Amahai pada saat bencana itu terjadi. Hal ini yang mengakibatkan hubungan PELA antara Amahai dan Ihamahu sempat mengalami kelonggaran. Karena kelonggaran PELA itulah, maka pembanguna Rumah Gereja Ihamahu terbengkalai selama hampir 10 tahun. Dengan sangat terpaksa, ramuan sisa yang rencananya diambil di Amahai dibatalkan. Orang Ihamahu kemudian mengambil sisa ramuan itu di Wasia dan Gereja Ihamahu baru dapat diselesaikan pada bulan April 1908.

Di Ihamahu, adik dari Pattih W.J.Lilipaly, G.J. Lilipaly (Guru di Nolloth) diangkat sebagai Pattih menggantikan kakaknya. Tetapi ia hanya bertahan kira-kira setahun. Kekosongan kursi pemerintahan di Ihamahu berjalan hampir dua puluh tahun. Barulah pada tahun 1923, Johanis Lilipaly diangkat menjadi Pattih Ihamahu. Di Amahai, Raja Wilhelem Hallatu menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada anaknya Abraham Hallatu. Di bawah pemerintahan kedua orang muda inilah baru hubungan PELA Amahai - Ihamahu direkatkan kembali.


Tentang Dusun Dati di Ambon

Sistem kekerabatan orang Ambon didasarkan pada hubungan patrilineal – hubungan yang didasarkan pada perkawinan dengan garis keturunan laki-laki – yang diiringi dengan pola menetap patrilokal – pola menetap pada wilayah-wilayah yang diwariskan pada pewaris laki-laki. Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih besar dari keluarga batih (familly) adalah “matarumah” atau fam, yaitu suatu kelompok kekerabatan yang bersifat patrilineal. Matarumah merupakan kesatuan dari laki-laki dan perempuan yang belum kawin dan para istri dari laki-laki yang telah kawin. Matarumah penting dalam hal mengatur perkawinan marganya dan dalam hal mengatur penggunaan tanah dati, yaitu tanah milik kerabat patrilineal.1)

Terkait dengan pengaturan tanah, dalam sistem adat masyarakat Ambon, dikenal 3 (tiga) tipe kepemilikan tanah,2) yaitu:
1. Tanah yang dimiliki oleh negeri yaitu tanah negeri.
2. Tanah yang dimiliki oleh klan dan sub-klan atau matarumah yaitu tanah dati.
3. Tanah yang dimiliki secara individu oleh pewaris dalam keluarga yaitu tanah pusaka.

Menurut F. Valentijn, dati adalah holfdienst untuk mana pada bulan-bulan dilaksanakannya pelayaran hongi, tiap “rumah tangga” diwajibkan menyerahkan seorang anak laki-laki kepada maskapai VOC untuk melakukan tugas hongi tanpa mendapat upah atau atas biaya sendiri selama kurang lebih satu bulan.3) Menurut Mr. F.D. Holleman, dati adalah kerabat-kerabat yang menjalankan tugas untuk hongi atau kuarto, yaitu pekerjaan yang dibebankan kepada anak negeri untuk kepentingan pribadi Pemerintah sebagai pimpinan atau kepala negeri tanpa upah.4)Lebih lanjut dikatakan bahwa dati adalah kesatuan wajib kerja.

Pendapat bahwa dati adalah kesatuan wajib kerja muncul dari Holleman. Menurut Effendi, kalau mengikuti tulisan Valentijn, maka dati tersebut pada mulanya adalah laki-laki yang tangguh, yang diambil dari setiap rumah tangga dan secara pribadi dibebani pekerjaan untuk turut dalam pelayaran hongi. Anak laki-laki yang sudah dewasa dan tangguh dari para dati tersebut turut pula melakukan tugas hongi, baik atas perintah penguasanya karena sudah waktunya ataupun menggantikan bapak mereka yang sakit atau tidak kuat lagi bekerja. Oleh karena keturunan para dati cukup banyak, maka tugas itu dapat mereka kerjakan secara bergiliran. Akhirnya tugas itu dikerjakan oleh kelompok keluarga dari para dati.5)

Berdasarkan pengertian bahwa dati adalah kesatuan wajib kerja, maka dikenal juga tugas-tugas dati untuk dikerjakan oleh para dati itu. Tugas-tugas dati itu adalah kuarto, hongi, rodi dan lain-lain pekerjaan untuk kepentingan penguasa dan untuk kepentingan umum.6)

Kuarto adalah pekerjaan yang dibebankan kepada anak negeri untuk kepentingan Pemerintah sebagai pimpinan atau Kepala Negeri tanpa upah. Kuarto adalah tugas dati yang tertua dan merupakan inti dari tugas dati. Tugas kuarto antara lain melakukan pekerjaan di dalam dan di luar rumah tangga Kepala Negeri, mengerjakan kebun-kebun dan mengusahakan penangkapan ikan seperti sero. Pekerjaan lainnya dalam tugas ini untuk kepentingan pribadi Pemerintah adalah: dua hari setiap minggu selama musim cengkeh memetik buah cengkeh milik pemerintah, menyiapkan arumbai – perahu tradisional Maluku Tengah – dan turut serta dalam pelayarannya bila ada tugas untuk Pemerintah. Tugas lainnya adalah membuat dan merawat rumah kediaman Pemerintah Negeri. Pekerjaan kuarto untuk kepentingan umum adalah pembangunan dan pemeliharaan rumah ibadah, baileo, sekolah, rumah guru, kuburan umum, jalan dan jembatan, membersihkan jalan-jalan umum, halaman-halaman umum, sungai-sungai, saluran-saluran air dan pekerjaan umum lainnya, pekerjaan untuk kebersihan dan kesehatan negeri, pemeliharaan keamanan, mengantar anak negeri yang kena perkara atau yang bersalah ke Pengadilan Negeri. Tugas ini dikerjakan secara cuma-cuma dan seseorang boleh menghindari tugas kuarto ini bila membayar lima gulden untuk menebus gilirannya selama sebulan atau Pemerintah diberikan hak untuk menikmati sebuah dusun dari dati itu atau sebagian kepunyaannya selama dati itu tidak menjalankan pekerjaan kuartonya. Saat ini, tugas kuarto hanya tinggal nama saja, sehingga gagasan tentang dati kehilangan salah satu unsur pokoknya.7)

Hongi adalah armada perang dari rakyat Maluku zaman dahulu kala, terdiri atas kora-kora dan digunakan untuk memerangi musuh. Pada masa VOC, hongi menjadi armada yang digunakan untuk mengamankan kepentingan politik monopolinya dalam perdagangan rempah-rempah. Tugas hongi sudah ada sebelum Belanda masuk dan menjadi tugas para dati untuk menjadi para pelaut hongi. Hongi dan kuarto adalah tugas dati yang tertua. Tugas hongi saat ini telah dihapuskan.8)

Rodi adalah pekerjaan yang dijalankan dengan cara menunjukkan pekerjaannya. Yang dikerjakan pada rodi ini adalah: bekerja di Kota Ambon secara bergiliran selama satu bulan terus menerus di benteng-benteng, kubu-kubu dan rumah-rumah jaga. Yang berada di luar Kota Ambon pekerjaannya membuat dan memlihara bangunan benteng, membuat dan memelihara bangunan rempah-rempah di luar kota Ambon, menjaga keamanan kapal-kapal pada waktu bongkar muat barang terutama cengkeh, mengantarkan surat dan perintah dari dan kepada pemerintah dan pos militer.9)

Tugas-tugas wajib para dati lainnya adalah tugas-tugas selain ketiga tugas di atas dan diberikan upah karena pekerjaan itu.10)

Jumlah dati di masing-masing negeri tidak sama, tergantung jumlah penduduknya. Makin banyak penduduk, makin banyak dati dalam negeri itu. Ada yang disebut dengan dati asal yaitu dati-dati yang sudah ada semenjak adanya sistem dati itu, atau paling kurang yang terdaftar di register dati yang dibuat pada tahun 1814 di pulau Ambon dan pada tahun 1823 di pulau-pulau Lease. Dati-dati yang ditetapkan sesudah itu disebut dati susupan sebagai pengganti atau tambahan.11) Jumlah dati di suatu negeri bisa bertambah atau berkurang. Dati dapat bertambah antara lain melalui tiga cara, (1) Suatu dati yang lenyap dusun datinya dibagi-bagikan kepada lebih dari sebuah kerabat sehingga dati yang semula hanya satu, berubah menjadi beberapa dusun dati; (2) Sebuah keluarga dari sebuah dati membentuk dati baru agar dapat memperoleh dusun-dusun dati yang baru untuk mendapatkan sumber nafkah yang lebih baik. Dusun-dusun dati itu diperoleh dari dati yang telah lenyap; (3) Penambahan dati adalah hak pemerintah yang mesti menjaga agar jumlah datinya tetap banyak karena dengan demikian jumlah orang untuk mengerjakan tugas-tugas dati tetap banyak. Terhadap kemungkinan ketiga ini, pemerintah dapat menggunakan dua cara, yaitu pertama, dati yang lenyap dusun-dusun datinya dibagikan kepada dati-dati baru yang dibentuk oleh pemerintah, sehingga dari satu dati menjadi beberapa dati. Kedua, membentuk dati-dati baru dengan memberikan dusun-dusun negeri yang dijadikan dusun-dusun dati.12)

Untuk mengerjakan tugas-tugas dati itu, dikenal anak dati. Oleh karena tugas-tugas dati itu adalah tugas-tugas yang berat seperti menjalankan kuarto, hongi, rodi dan tugas-tugas wajib lainnya seperti yang telah disebutkan di atas, maka yang menjadi anak dati haruslah seorang laki-laki karena anak perempuan tidak diperkenankan untuk menjadi anak dati terkait dengan tugas-tugas dati itu. Anak dati adalah keturunan dari dati asal atau dati inti, sementara tulung dati adalah keturunan yang tidak menurut garis keturunan bapak secara langsung. Dalam sistem kekerabatan di Ambon, mereka adalah orang lain yang diangkat dengan persetujuan Saniri Negeri dan anak-anak dati lainnya di dalam dati itu. Tulung dati dapat diangkat bila dalam dati itu tidak ada keturunan laki-laki dan itu berarti orang yang diangkat itu harus berganti fam dengan fam yang baru, melepaskan hak atas dati yang lama dan mendapat hak atas dati yang baru. Selain itu, orang dari luar negeri itu bila kawin dengan perempuan di negeri dan memakai fam istrinya, dapat diangkat sebagai tulung dati.13)

Khusus untuk tanah dati, Cooley kemudian mencatat bahwa secara teknis tanah-tanah tersebut juga dimiliki oleh negeri, dalam arti bahwa jika seluruh anggota keluarga dari suatu matarumah sudah tidak ada, maka negeri berhak mengklaim tanah dati milik matarumah tersebut untuk nantinya didistribusikan kepada matarumah-matarumah yang diprioritaskan berdasarkan pertimbangan pemerintah negeri dengan catatan bahwa matarumah-matarumah tersebut tidak memiliki tanah dati atau tanah dati mereka sedikit.14) Tidak semua matarumah dalam seuatu negeri adat di Ambon memiliki tanah dati. Hanya matarumah-matarumah pertama di negeri tersebut – mereka yang diyakini sebagai para pendiri negeri – saja yang memiliki tanah dati.

Di dalam pengertian yang umum, dati lenyap berarti tidak lagi mempunyai keturunan yang bisa melanjutkan suatu generasi yang akan menjalankan tugas-tugas dati walaupun di dalam matarumah itu ada anak perempuannya karena perempuan tidak bisa mengerjakan tugas-tugas dati yang berat itu. Dengan lenyapnya sebuah dati, maka hak untuk menikmati dusun-dusun dati yang diberikan kepada dati itu juga berakhir. Dengan demikian, dusun-dusun dati dari dati yang lenyap secara otomatis diklaim oleh pemerintah negeri untuk dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya. Umumnya, dusun-dusun itu dibagi-bagi kepada dati-dati lain atau dati-dati yang baru dibentuk sehingga jumlah dati di dalam suatu Negeri tidak berkurang tetapi bertambah banyak dan tugas-tugas dati dapat dikerjakan dengan baik pula.

Di dalam perkembangan selanjutnya, dati bukan hanya sekedar kelompok dari orang-orang yang merupakan kesatuan wajib kerja tetapi sudah menjadi kesatuan-kesatuan yang secara hukum dapat dipertanggunjawabkan. Selain itu, dati juga adalah kesatuan-kesatuan administrative yang anggota-anggotanya tidak lagi merupakan orang-orang yang dapat mengerjakan tugas-tugas dati tetapi telah merupakan suatu persekutuan.

Dusun dati dalam pemahaman masyarakat di Ambon, adalah tanah beserta semua tanaman di atasnya. Pemilik dusun dati adalah dua pihak, yaitu negeri sebagai pemilik petuanan atas tanah dan persekutuan dati sebagai pemilik atas tanaman-tanaman di atas tanah petuanan itu. Persekutuan dati yang terdiri dari anak dati dan tulung dati hanyalah pemilik tanaman, sementara untuk tanah hanya diberikan hak pakai oleh negeri sebagai pemilik petuanan. Oleh karena pemilik tanah dari dusun dati itu adalah negeri, maka bila sampai suatu dati lenyap dengan sendirinya pemilik dusun itu yaitu negeri melalui pemerintah negeri akan mengambil kembali haknya untuk diserahkan kepada persekutuan dati lain. Dusun dati diberikan oleh negeri kepada masing-masing persekutuan dati untuk seterusnya selama persekutuan dati itu masih ada dan belum lenyap untuk mengerjakan tugas-tugas dati. Bila satu matarumah telah dijadikan dati dan diberikan dusun oleh negeri, maka ada ikatan yang jelas agar matarumah sebagai persekutuan dati dapat melaksanakan tugas-tugas dati yang dibebankan atasnya.15)


catatan
----------------------------------------------
1. Sebagaimana ditulis oleh Subyakto, Kebudayaan Ambon dalam Prof. Dr. Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, cet. ke-20, (Jakarta: Djambatan, 2004, hlm. 177-178)
2. Studi yang dilakukan oleh Frank L. Cooley dalam bukunya Ambonese Adat, hlm. 57)
3. Pendapat Valentijn yang dikutip oleh Ziwar Effendi dalam bukunya Hukum Adat Ambon Lease, hlm. 115
4. Ibid., hlm. 116 & 121
5. Ibid., hlm. 120-121
6. Ibid., hlm. 121
7. Ibid., hlm. 122
8. Ibid., hlm. 123
9. Ibid., hlm. 124
10. Ibid.
11. Ibid., hlm. 125
12. Ibid., hlm. 125-126
13. Ibid., hlm. 128-129
14. Cooley, Ambonese Adat, hlm. 58
15. Ziwar Effendi, op. cit., hlm 138-142


KEPUSTAKAAN
1. Cooley, Frank L. Ambonese Adat: A General Description, New Haven: Yale University Southeast Asia Studies, 1962
2. Effendi Ziwar, Hukum Adat Ambon-Lease, Jakarta: PT Pradnya Paramitha, 1987
3. Koentjaraningrat Prof. Dr., Manusia dan Kebudayaan Indonesia, cet. ke-20, Jakarta: Djambatan, 2004
4. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1982






Senin, 09 Februari 2009

How To? Menangani Virus dengan SMADAV 2009: Antivirus Lokal, Gratis dan Tangguh

Kalau komputer anda terkena virus dan semua jenis antivirus telah anda gunakan tetapi belum menyelesaikan masalah anda, maka saya merekomendasikan untuk menggunakan SMADAV 2009. Telah saya coba terhadap seluruh komputer yang bermasalah dengan virus.
Yang dibutuhkan dari anda hanyalah kecerdasan untuk mengenali virus, memperkenalkannya pada sistem smadav dan seluruh file yang anda identifikasi sebagai virus akan dibersikan oleh smadav sampai ke akar-akarnya. tertarik, coba lihat di sini, atau langsung Download SMADAV 2009 di sini







How To? Download dengan RAPIDSHARE AUTO DOWNLOADER 3.1

Freeware ini diperuntukkan bagi anda yang selalu melakukan download file dari RAPIDSHARE tetapi tidak memiliki premium account. Terkadang, bila telah mendownload beberapa kali dan dalam waktu yang hampir bersamaan, maka anda akan diminta untuk menunggu, bahkan sampai lebih dari 10 menit. Dengan menggunakan Rapidshare Auto Downloader 3.1, anda tidak perlu menunggu pada halaman rapidshare, tetapi anda cukup meng-copy url dari rapidshare yang mau di-download ke RAD 3.1 sebanyak mungkin, maka RAD 3.1 akan melakukan download secara otomatis bagi anda.
catatan penting: Untuk menggunakan RAD 3.1, maka .Net Framework harus sudah terinstal di komputer anda.



Klik di sini untuk mendownload RAD 3.1




Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"