Kamis, 25 November 2010

Antara Pemenang dan Pecundang

APAKAH PENTING HAL INI DIKATAKAN? BAHWA PEMENANG ITU LEBIH SEGALANYA DARI PECUNDANG?

Pemenang selalu menjadi bagian dari solusi
Pecundang selalu menjadi bagian dari masalah
(Saya berpikir: "Apakah mungkin akan ada pemenang tanpa pecundang? Akan ada solusi tanpa masalah?)

Pemenang selalu memiliki program atau rencana
Pecundang selalu memiki alasan dan permintaan maaf
(Saya berpikir: "bukankah permintaan maaf itu satu-satunya jalan untuk menyatakan bahwa kita masih punya hati? Tapi kalau kebanyakan minta maaf, ya hancurlah")


Pemenang berkata: "Biarkan saya yang melakukan untuk anda"
Pecundang berkata: "Itu bukan urusan saya"
(Saya berpikir: "Berarti spesialisasi dalam kehidupan saat ini adalah gagasan para pecundang? Bukankah pecundang tak bisa merencanakan?")

Pemenang berusaha mencari jawaban dari tiap masalah
Pecundang berusaha mencari masalah dalam tiap jawaban
(Saya berpikir: "Bukankah masalah dan jawaban itu bagaikan lingkaran, tak pernah habis-habisnya? Apakah tidak lebih baik pemenang berterima kasih kepada pecundang karena melihat ada masalah baru dalam tiap jawaban yang mereka berikan?")

Pemenang berkata: "Ini memang sulit, tetapi mungkin dikerjakan"
Pecundang berkata: "Ini mungkin dikerjakan, tetapi sulit"
(Saya berpikir: "Bukankah sama saja, kedua-duanya menyadari adanya kesulitan dan adanya kemungkinan?")

Ketika pemenang melakukan kesalahan, ia berkata: "itu kesalahan saya"
Ketika pecundang melakukan kesalahan, ia berkata: "bukan kesalahan saya"
(Saya berpikir: "Kalau pecundang mengaku bersalah, apakah bisa jadi pemenang? Atau mendapat hukuman yang terkadang tak hilang di ingatan?")


Pemenang membuat komitmen-komitmen
Pecundang membuat janji-janji
(Saya berpikir: "emang kita dididik untuk jadi pecundang. Coba lihat di sekeliling kita, siapa saja yang suka mengobral janji? Maukah kita menyebut mereka juga pecundang?")

Pemenang memiliki mimpi-mimpi
Pecundang memiliki rencana kotor
(Saya berpikir: "Syukurlah ada pecundang, dari sana saya bisa tahu seperti apa kotor dan bersihnya rencana.")


Pemenang berkata: "Saya harus melakukan sesuatu!"
Pecundang berkata: "Sesuatu harus dilakukan!"
(Saya berpikir: "Kadangkala kita juga butuh orang yang hanya menonton dan jadi supporter saja. Kadang-kadang kitapun cuma jadi penonton dan supporter. Para pengamat di semua bidang yang sering berkomentar di TV nasional, apakah mereka layak disebut pecundang?")


Pemenang adalah bagian dari tim
Pecundang terpisah dari tim
(Saya berpikir: "Padahal gagasan para pemenang adalah gagasan individualis kapitalis. Berada dalam tim tetapi demi memperkaya diri sendiri. Apakah ada yang salah dengan pecundang?")


Pemenang melihat keuntungan
Pecundang melihat penyakit
(Saya berpikir: "Mestinya bersyukur karena ada penyakit yang bisa dideteksi. Jangan-jangan buat para pemenang, penyakit yang dideteksi pecundang itu juga bawa keuntungan?")

Pemenang melihat prospek
Pecundang melihat masa lalu
(Saya berpikir: "Bukankah pengalaman adalah guru yang berharga? Ataukah yang menyatakan bahwa pengalaman adalah guru yang berharga itu memang cuma seorang pecundang?")


Pemenang memilih seperti yang ia inginkan
Pecundang memilih seperti orang kebanyakan
(Saya berpikir: "Jangan-jangan pemenang di sini adalah penguasa, sementara pecundang adalah orang biasa yang tak dikasih pilihan apa-apa sesuai hatinya.?")


Pemenang mengutarakan argumen yang kuat tetapi dengan kata yang lembut
Pecundang mengutarakan argumen yang lemah tetapi dengan kata yang kuat dan memaksa
(Saya berpikir: "Para pecundang memang tak ada pilihan karena selalu dididik untuk menurut dan tak boleh berpendapat. Ketika harus berpendapat, hanya pemaksaan yang dapat dilakukan.")

Pemenang membuat sesuatu terjadi
Pecundang membiarkan sesuatu terjadi
(Saya berpikir: "apa salahnya dengan pecundang? Kadangkala, membiarkan sesuatu terjadi adalah pilihan terbaik, daripada harus menghukum diri karena tak punya solusi.")


Ah, pikiran saya cuma pikiran pecundang. Karena saya memang dididik dalam sistem yang cuma menghasilkan pecundang. Semua orang mau anggap diri sebagai pemenang, siapa yang harus jadi pecundang? Aku memilih jadi pecundang karena aku diciptakan hanya untuk itu. Ketika marah di jalan-jalan, dibilang tak berperasaan. Ketika menemukan ada masalah, dibilang hanya bikin gosip murahan.

Kami, memang diciptakan oleh para pemenang untuk tetap jadi pecundang. Biar kepala kami yang pecundang ini bisa dipenuhi janji-janji pemenang. Biar hati kami yang pecundang ini cuma bisa miris ketika lihat kalian yang anggap diri pemenang berjumpalitan karena senang bisa makan. Biar tubuh kami yang pecundang ini bisa diatur sesuka kalian, kerjakan semua yang kalian anggap mengotori lengan. Biar mata kami yang pecundang ini bisa lelehkan air mata sampai tak tersisa karena tetap dianggap pecundang.

Bukankah tanpa kami kalian tak berarti apa-apa? Bukankah tanpa pecundang tak akan ada pemenang?

MAAF, CUMA SEKEDAR BERBAGI (Aku tak bilang kalian pecundang)

Sumber di sini

Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"