Senin, 18 Februari 2008

Menafsir MOB Orang Papua

Hampir tiga tahun berada di Jayapura – Papua, sejak Juni 2005, saya mencoba untuk memahami situasi dan keadaan orang/masyarakat Papua dalam keseharian mereka, khususnya di Jayapura. Pemahaman tersebut penting bagi saya guna menentukan di mana saya harus memposisikan diri dan bagaimana saya harus berperan dan berfungsi dalam suatu situasi yang cukup baru bagi saya (tidak bias dikatakan sama sekali baru karena beberapa teman kuliah saya dulu berasal dari Papua). Dalam pengamatan saya, pada setiap waktu luang, ketika dua, tiga orang atau lebih bertemu dan berkumpul, entah itu di jalan, rumah, pantai, tempat kerja, pasar, terminal, dll, selalu saja ada cerita lucu yang diceritakan.
Cerita-cerita lucu itu dalam ungkapan orang Papua disebut dengan MOB (dulu waktu pertama masuk dan selama berkuliah di Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku, yang selalu menceritakan MOB – jago MOB – adalah teman-teman dari Papua. Kami yang orang Maluku juga memiliki beberapa cerita MOB, tetapi tidak sebanyak teman-teman Papua kami). Saya sendiri belum mencari tahu apa arti sebenarnya dari MOB itu, tetapi ada beberapa orang yang mengatakan bahwa MOB itu kepanjangannya adalah “Menipu Orang Banyak”. Jadi MOB menurut beberapa orang adalah cerita yang menipu orang banyak dan cerita-cerita itu adalah cerita lucu. Saya berkeinginan untuk menemukan arti sebenarnya dari MOB itu, serta posisi, fungsi dan peranannya dalam keseharian orang Papua. Dalam kenyataannya, cerita-cerita itu juga menjadi salah satu acara favorit yang ditayangkan oleh salah satu stasiun tv swasta di Jayapura, Top TV, dengan nama TOP MOB. Selain itu, dalam salah satu harian ternama di Papua, Cenderawasih Pos, ada bagian yang memuat cerita-cerita MOB orang Papua dengan topik Break Boss.
Oleh karena itu, saya hendak mengadakan semacam research mini, penelitian kecil-kecilan tentang MOB. Topiknya adalah seperti yang di atas, “Menafsir MOB Orang Papua.” Dalam kepentingan itu, saya sementara mengumpulkan bahan-bahan pustaka untuk dikaji.
Persepsi awal saya tentang MOB adalah bahwa hal itu sendiri merupakan pengalaman keseharian orang Papua. Pengalaman keseharian itulah yang hendak saya tafsir guna tujuan di atas.
Oleh karena itu, kalau saja ada saudara-saudara yang memiliki pandangan, pendekatan, alat analisis yang dapat saya gunakan untuk melakukan penafsiran terhadap MOB sebagai humor orang Papua, bolehlah kiranya kita saling berbagi dan berdiskusi sambil saya mengumpulkan bahan-bahan tentang MOB dari tengah masyarakat khususnya di Jayapura.
Dalam perencanaan, saya hendak mengumpulkan data tentang:
1.Apa itu MOB menurut orang Papua?
2.Bagaimana MOB dibentuk atau diciptakan?
3.Untuk kepentingan apa MOB diciptakan dan diceritakan di tengah masyarakat Papua?
4.Dalam situasi apa MOB biasa diceritakan?
5.Apa saja tipe-tipe MOB di tengah orang Papua?
Terhadap garis besar di atas, kalau ada hal-hal yang patut ditambahkan dan mesti ditemukan sebagai bahan bagi upaya penafsiran MOB secara baik, saya akan terima itu dan menjadikannya sebagai tugas saya.
Kalau ada yang mau memberikan komentar, saya sampaikan terima kasih dalam kesadaran bahwa saya masih butuh belajar lebih banyak untuk memahami orang Papua dengan baik, benar dan tepat.

Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"