Kamis, 03 April 2008

Lama baru dengar akang

Tadi pagi beta mau ke kantor pos ambon, kirim paket ke Jogja, di dalam angkot beta dengar lagu yang sudah lama seng pernah beta dengar lagi.
Kalau seng salah, lagu itu milik Hellas....
sepenggal syairnya begini:

"Katong seng larang kalau ale mau pigi basumpah
Mama Papa sanang kalo ale abis skolah
Katong seng larang kalo ale mau barumatangga
Katong samua sanang dengar ale jadi sarjana"

Itu syair lagu Ambon tahun 1990-an yang kemudian berbeda dengan syair-syair lagu tahun 80-an yang lebih banyak menyanyikan tentang lagu rindu mau pulang ke Ambon, lagu rindu mama dan papa juga basudara, dll.
Pergeseran-pergeseran syair lagu seperti itu sebenarnya menunjukkan kedirian orang Ambon yang sudah sangat menyadari bahwa jadi sarjana itu sangat penting, artinya pendidikan itulah yang akan membuat orang tua pung muka tarangka sadiki (istilah orang Ambon), biar pengorbanan dari orang tua bisa terbalas karena lihat anaknya jadi sarjana.
Bagaimana dengan era 2000-an ini? Apakah terjadi pergeseran juga? Kalau memang terjadi, apakah pergeseran-pergeseran yang muncul dalam syair-syair lagu itu juga menunjukkan pergeseran kedirian orang Maluku?
Kalau memang syair-syair lagu yang baru muncul belakangan ini juga menunjukkan kedirian orang Ambon, beta jadi takut bahwa masyarakat Ambon sementara bergeser ke arah masyarakat tanpa nilai. Artinya, bikin syair lagu iko s'nang saja, yang penting orang bisa dengar, seng pastiu dengan tetek bengek etika dan moral serta budaya katong di Ambon lai... Abis itu, pigi jual akang for dapa kepeng.... Kalo setiap hari sebagian orang-orang Ambon biasa bilang kata-kata macam bagitu, jang lai pake akang for dapa kepeng.... Atau kalau memang itu realitas keseharian orang Ambon, dunia seni sebenarnya bisa menjadi media dalam rangka konstruksi sosial masyarakat Ambon ke arah yang lebih baik.
Untuk kajian ini, ada salah seorang Kakak beta yang sementara menghabiskan studi di STT Jakarta, Peter Salenussa akan membahasnya dalam tugas akhir. Mudah-mudahan tinjauan tentang pengaruh budaya pop dalam identitas kemalukuan katong dapat diangkat di sana dan menjadi bahan voor katong balajar....

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku menjadi musuhmu (rasul Paulus).... Walaupun kebenaran itu intertekstual sebenarnya, bahwa ada jalinan-jalinan makna yang dibentuk oleh banyak orang dan jalinan-jalinan itulah menuju pada kebenaran. Tetapi kalau makna yang dirajut itu muncul dari kenihilan nilai etis dan budaya, kebenaran seperti itu patut dipertanyakan....

Ok, Lawamena Haulala





Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"