Sabtu, 31 Mei 2008

INDONESIA INGIN KELUAR DARI OPEC

Berita tentang keinginan Indonesia keluar dari OPEC saya baca hari ini di TAHUN INI INDONESIA KELUAR DARI OPEC
Ternyata selama ini kita begitu sombongnya untuk mengakui kenyataan ini sejak awal.... Kita tidak pernah rendah hati untuk menyadari kenyataan bahwa kita adalah pengimpor murni dan bukan lagi negara pengekspor minyak.
Oleh karena itu, saya coba untuk menelusuri sejarah berdirinya OPEC ....................




Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak - The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) didirikan pada Konferensi Baghdad 10-14 September 1960 oleh negara-negara Iran, Irak, Kuwait, Saudi Arabia dan Venezuela. Satu-satunya negara pendiri OPEC yang bukan negara Timur-Tengah adalah Venezuela (pantas kalau presidennya begitu berani ama yang namanya Amerika n Bushnya itu).
Pada perkembangan berikutnya, sembilan anggota (negara) ikut bergabung dengan lima negara pendiri itu, yaitu: Qatar (1961); Indonesia (1962); Libya (1962); Uni Emirat Arab (1967); Aljazair (1969); Nigeria (1971); Ekuador (1973). Walaupun pendiriannya di Konferensi Baghdad, pusat organisasinya berada di Jenewa Swiss selama lima tahun, kemudian pindah ke Wina Austria sejak 1 September 1965.
Tujuan Opec adalah mengkoordinasi seluruh kebijakan perminyakan di antara negara-negara anggotanya dalam rangka mengamankan harga minyak yang adil dan stabil untuk negara-negara penghasil minyak, suplai minyak kepada negara-negara konsumen dan hasil balik yang adil dalam hal modal dalam rangka investasi kembali dalam industri.

Ini beritanya:

Tahun ini Indonesia Keluar dari OPEC

JAKARTA-Indonesia memastikan segera keluar dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tahun ini. Selain sudah menjadi negara pengimpor minyak sejak 2002, langkah itu juga untuk menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa negerinya bukan negara yang kaya minyak.
"Kita kadang-kadang malu. OPEC itu Organization of the Petroleum Exporting Countries, tapi sekarang ini kita net importer country. Jadi, salah kalau kita sekarang berada di sana," ujar Kalla usai bertemu Deputi Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselbourn di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, kemarin (29/5).
Masyarakat, kata Wapres, masih banyak yang beranggapan Indonesia adalah negara kaya minyak yang berproduksi 1,3 juta barel per hari seperti pertengahan 1980-an. Karena itu, banyak yang menolak kenaikan harga BBM karena menilai harga minyak dunia yang tinggi seharusnya mendatangkan rezeki nomplok (windfall profit).
"Banyak yang bilang, Indonesia kan masuk OPEC, masak (harga bahan bakar) minyaknya mahal? Itu karena orang tidak tahu kalau kita sekarang ini net importer (pengimpor murni)," ujarnya.
Wapres menegaskan, meski sebagian besar minyak mentah yang diproduksi Indonesia diekspor ke luar negeri, pada saat yang sama Indonesia harus mengimpor produk BBM. Dengan lifting (produksi minyak siap jual) 927 ribu barel per hari, Indonesia masih harus mengimpor 300 ribu barel guna memenuhi konsumsi BBM dalam negeri yang mencapai 1,2 juta barel.
Meski demikian, Kalla menjamin Indonesia bisa kembali menjadi negara pengekspor minyak dalam lima tahun. Syaratnya, ladang-ladang minyak yang saat ini dieksplorasi bisa berproduksi optimal. Selain itu, konsumsi dalam negeri tidak naik terus-menerus.
"Kalau konsumsi naik terus, walaupun produksi naik, tidak akan bisa (ekspor) juga. Karena itu, kita harus menghemat. Ganti minyak tanah dengan elpiji, gunakan batubara, dan lakukan penghematan energi secara total," katanya. (noe/el)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

gimana kita mau hemat BBM, jalanan aja sering macet.uda itu jalanan banyak yang rusak. dua hal di atas sudah cukup dijadikan alasan kenapa kita akan susah menghemat konsumsi BBM.

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"