Jumat, 03 Juni 2011

Book Review: STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY


Judul: STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY

Penulis: David B. Perrin

Tahun: 2007

Penerbit: Routledge - New York and London

Hlm.: 346

Jumlah Bab: 9


Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah salah satu pengantar yang ideal bagi orang-orang yang ingin memahami bagaimana spiritualitas dapat dimengerti melampaui batas-batas konvensionalnya, yang selama ini menjadi anggapan umum.

Menurut saya, ada 2 (dua) cara pembuktian terhadap pernyataan dari penerbit itu, yaitu: (1) Dengan membacanya secara baik agar ditemukan ide-ide apa yang dapat membimbing kita melampaui batas-batas konvensionalitas pengertian spiritualitas; (2) Membaca saja tidak cukup, tetapi harus juga mengerjakan gagasan-gagasan penting itu secara empiris, apakah memang dapat membantu kita memahami spiritualitas seperti yang dimaksudkan, atau hanya sama saja dengan buku-buku lain yang membahas topik tentang penelitian spiritualitas.

Membaca secara cermat adalah pilihan utama. Setelah melakukan "sedikit" bacaan, saya menemukan bahwa buku ini cukup membantu dalam upaya memahami kerangka metodologi penelitian tentang spiritualitas. Apabila pemahaman spiritualitas Kristen selama ini difokuskan pada teologi dan sejarah spiritualitas Kristen, maka Perrin dalam buku ini mencoba untuk membuat hubungan antara spiritualitas Kristen dengan bidang-bidang ilmu lain tentang manusia (human sciences), seperti filsafat, psikologi, sejarah, sosiologi, fenomenologi, hermeneutika dan antropologi. Menurut Perrin, usaha yang dilakukannya dalam buku ini adalah untuk menjawab pertanyaan mendasar, yaitu: Apa artinya berpikir secara kritis dalam perspektif spiritualitas Kristen saat ini?

Secara keseluruhan, ada 7 (tujuh) pokok yang dibahas dalam buku ini, yaitu:

1. Bahasan tentang pengertian spiritualitas

Menurut Perrin, sudah saatnya kita memikirkan spiritualitas melampaui batas-batas organisasi agama. Hal itu disebabkan karena saat ini (saat buku ini ditulis), sudah semakin banyak orang tertarik dengan dimensi spiritualitas dalam kehidupan tanpa ingin terikat dalam organisasi-organisasi keagamaan. Hal itu menunjukkan bahwa spiritualitas bukan lagi dominasi agama, tetapi juga dapat dibicarakan tentang spiritualitas sosial, spiritualitas budaya, dll. Setiap aspek kehidupan manusia seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dll., dapat menjadi sumber utama data bagi orang-orang yang ingin memahami spiritualitas dengan cara baru. Data dari bidang-bidang kehidupan itu akan membuat pemahaman tentang spiritualitas Kristen lebih kaya daripada yang ada sebelumnya.

2. Hubungan antara spiritualitas Kristen dengan teologi

Sepertinya, teologi masih tetap menjadi bahan kajian menarik. Tentu saja spiritualitas Kristen tak dapat dilepaspisahkan dari teologi Kristen. Hal itu dapat dipahami karena bagaimana spiritualitas Kristen dipahami dan dimanfaatkan dalam aspek kehidupan setiap hari juga tergantung pada asumsi-asumsi yang dihubungkan dengan pemahaman teologis seorang Kristen. Perrin ketika membahas hubungan antara spiritualitas Kristen dengan teologi kemudian menyatakan bahwa hubungan antara keduanya bersifat dialektis, di mana satu sama lain saling berkontribusi.

3. Pengalaman sebagai objek material studi

Dalam perspektif metodologis, yang disebut sebagai objek material adalah suatu bidang, isu, masalah, hal, atau apa pun namanya, yang hendak diteliti atau dikaji. Dalam pengertian itu, apa yang dibahas oleh Perrin dalam buku ini adalah tentang upaya memahami pengalaman sebagai pengalaman, bukan pengalaman-pengalaman yang telah coba ditarik pada tataran abstraksi. Menurut Perrin, pengertian yang kritis tentang pengalaman harus membuat kita memahami bahwa spiritual Kristen tidak berbicara tentang bagaimana aplikasi dari kategori-kategori teologi Kristen dalam kehidupan setiap hari. Studi tentang spiritualitas harus melampaui kategori-kategori teologis yang adalah doktrin-doktrin teologis. Studi tentang spiritualitas harusnya terbuka terhadap seluruh pengalaman manusia dalam segala aspek kehidupan.

4. Pentingnya konteks

Terhadap pokok ini, tentu saja akan banyak orang yang sepakat bahwa konteks memegang peranan penting dalam studi-studi tentang manusia dan pengalaman setiap harinya. Dalam studi tentang spiritual, konteks ekonomi, sosial, politik, keagamaan, dll., dan hubungan-hubungan di antara semuanya itu menjadi penting untuk diketahui. Hal itu disebabkan karena pengalaman manusia ada dalam relasi konteks kehidupan tersebut. Dengan semangat mengutamakan konteks, maka tiap pengalaman di tiap tempat dan tiap waktu adalah unik. Dari sana, seharusnya tak boleh ada upaya-upaya generalisasi atau lebih lagi pereduksian pengalaman-pengalaman tiap orang.

5. Pendekatan Multidisiplin

Perrin menyatakan bahwa multidisiplin adalah prinsip utama metodologi dalam upaya menstudikan spiritualitas Kristen. Asumsinya adalah bahwa tak akan ada dan tak akan pernah ada satu disiplin saja yang memiliki semua jawaban tentang pengalaman kehidupan manusia. Oleh karena itu, Perrin mencoba menghubungkan spiritualitas Kristen dengan bidang-bidang ilmu lain tentang manusia.

6. Kesadaran Sejarah

Ketika membicarakan tentang bagaimana masa lalu berhubungan dengan masa kini dan masa depan, sesungguhnya Perrin hendak membicarakan tentang kesadaran sejarah. Dalam bahasan tentang hal ini, Perrin menunjukkan bahwa mesti ada keyakinan kalau manusia adalah produk dari masanya sendiri, walaupun ada tradisi-tradisi, nilai-nilai, ide-ide, dll., yang diwariskan generasi ke generasi. Dari sisi metodologis, dengan menekankan aspek kesadaran sejarah, Perrin hendak mengingatkan kita bahwa ketika melakukan studi, kita selalu berada dalam horison kesadaran sejarah pribadi. Dengan menyadari bahwa horison kesadaran sejarah pribadi selalu kita miliki, maka hal yang sangat mungkin agar studi kritis dapat dibangun adalah membuat horison itu seeksplisit atau seterang mungkin. Artinya, kita mesti jujur dan terbuka akan hal itu.

7. Pendekatan Hermeneutika

Studi terhadap spiritual Kristen sesungguhnya adalah pencarian akan makna dari pengalaman-pengalaman manusia sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang yang menjalani pengalaman-pengalaman itu. Pemaknaan terhadap satu hal dapat saja berbeda bagi tiap orang. Pemaknaan itu belum diketahui sebelumnya oleh kita yang hendak melakukan studi. Pada titik itulah, hermeneutika hadir sebagai kekuatan metodologis untuk membantu kita menemukan makna.

Bagi saya, buku ini sangat menarik. Lepas dari itu, buku ini sangat membantu untuk merancang studi tentang spiritualitas Kristen. Harusnya buku ini juga menarik bagi semua orang yang tertarik untuk melakukan studi-studi empiris tentang spiritualitas Kristen.

Jusuf Nikolas Anamofa


Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"