Rabu, 17 November 2010

MARI MENOLAK LUPA


Saya adalah anak kampung, dibesarkan di negeri yang semua orang saling mengenal satu dengan lainnya. Dibesarkan dengan tarian maku-maku dan cakalele serta cerita-cerita tentang kebesaran para leluhur. Dibesarkan dengan kapata dan nyanyian tanah yang keluar dari mulut tete dan nene. Walaupun kadang tidak mengerti artinya, kuikuti saja nyanyian-nyanyian itu sambil angguk kepala dan sesekali pejamkan mata.

Itu kenangan dulu, ketika saat kecil masih tak mengerti apa-apa tentang pentingnya ingatan. Kini, baru timbul kesadaran bahwa cerita-cerita itu begitu penting, bukan karena itu narasi tentang leluhurku, tetapi karena tiap cerita itu adalah upaya mereka agar tidak dilupakan. Saya teringat film semalam yang kutonton, bercerita tentang 300 tentara Sparta yang melawan ribuan tentara Persia. Pesan terakhir dari sang raja kepada para pejabat di istana adalah “jangan lupakan kami, teruslah bercerita tentang kami.”

Di saat orang tua terus menurunkan cerita, masih ada yang memaksa untuk lupa. Penguasa menjadi pihak yang paling bertanggungjawab terhadap seluruh proses pelupaan dari massa. Semua cerita sedih dan getir disimpan hingga membatu agar tiada yang peduli. Di masa ini, siapakah yang peduli kepada batu? Orang lebih memilih cerita-cerita emas daripada mendengarkan kisah-kisah tentang batu.

Kita turun temurun telah diajarkan untuk tidak lupa lewat kapata dan nyanyian tanah. Cuma itu harta kita saat kolonial dan agama membuat lupa bahasa tanah. Banyak hal yang tak boleh kita lupakan. Banyak hal yang mesti dituntut pertanggungjawaban.

Jangan lupakan 19 Januari 1999, ketika tanah Maluku banjir darah dan air mata.

Jangan lupakan 10 Nopember 2001 ketika Theys Eluay mati terbunuh.

Jangan lupakan Munir yang meregang nyawa antara bumi dan langit.

Jangan lupakan ribuan nyawa yang dibantai pasca 30 September 1965.

Jangan lupakan Trisakti

Jangan lupakan Semanggi

Jangan lupakan Tanjung Priuk

Jangan lupakan DOM Papua

Jangan lupakan DOM Aceh

Jangan lupakan 27 Juli

Jangan lupakan Century

Jangan lupakan ....................

Jangan lupakan ....................

Jangan lupakan ………………….

Jangan lupakan ………………….

Jangan lupakan ………………….

Jangan lupakan ………………….

Jangan lupakan ………………….

Mengampuni akan berarti ketika tidak ada luka.

Mengampuni haruslah terbuka, jujur apa adanya.

Mengampuni bukan berarti lupa.

MARI MENOLAK LUPA ...


Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"