Minggu, 05 April 2009

Abstrak Paper awal (sebelum diperbaiki): Papua Tanah Damai Sebagai Way of Life

“PAPUA TANAH DAMAI” SEBAGAI WAY OF LIFE
Pencarian Terhadap Core Pembangunan Yang Berpihak Pada Orang Papua


Abstrak:

Dasar tulisan ini bahwa gagasan-gagasan tentang ke-Indonesiaan adalah merupakan bentuk penghargaan yang tulus terhadap seluruh pengetahuan, aktifitas berpikir dan pandangan hidup masyarakat lokal sebagai sistem pengetahuan yang memberikan sumbangan kepada konsep berbangsa. Bila demokrasi merupakan way of life bangsa Indonesia, maka demokratisasi menjadi syarat mutlak pilihan itu.[1]
Dalam perspektif di atas, Saya hendak melakukan bacaan kritis terhadap Papua sebagai wilayah yang diakui menjadi bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).[2] Pergulatan kehidupan orang Papua dalam perspektif geopolitik NKRI[3] adalah pengalaman-pengalaman buruk seperti kekerasan, keterpurukan, diskriminasi hak dan lain-lain khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan. Pergulatan itu telah menjadi kacamata baru guna memikirkan kembali keberadaan Papua[4] dalam bingkai NKRI yang menghasilkan gagasan-gagasan baru, salah satunya adalah “Papua Tanah Damai”. “Papua Tanah Damai” dapat dipahami sebagai proses berpikir orang Papua yang sadar akan diri dan sejarahnya setelah sekian lama ada di bawah kebijakan ekonomi politik para pengambil kebijakan Negara baik lokal maupun pusat.
“Papua Tanah Damai” sejak dicetuskan,[5] telah menjadi wacana bersama di Papua. Intinya adalah menjadikan “Damai” – yang positif – sebagai core pembangunan tanah Papua di segala bidang, terlebih ketika Otonomi Khusus diberlakukan. Bagi saya, “Papua Tanah Damai” juga mesti mendapatkan tempat dalam perspektif pembangunan demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu, bacaan terhadap gagasan itu perlu dilakukan sebagai proses pencarian terus-menerus akan way of life orang Papua yang dapat memberikan sumbangan berarti bagi demokratisasi dan pembangunan di Indonesia. Intinya adalah bagaimana menjadikan perjuangan mewujudkan “Papua Tanah Damai” sebagai perjuangan bersama seluruh bangsa Indonesia dan bukan perjuangan orang Papua saja?


________________________________________
[1] Demokrasi sebagai way of life mengisyaratkan partisipasi dari setiap manusia dalam rangka penentuan nilai-nilai kehidupan bersama. Dua hal penting dari gagasan itu adalah kesejahteraan sosial dan pengembangan yang utuh dari manusia sebagai individu. (lihat: Dewey, John, Democracy, dalam Stephen M. Cahn, Exploring Philosophy: An Introduction Anthology 2nd edition, New York: Oxford University Press, hlm. 327-28)
[2] Integrasi Papua ke dalam NKRI masih menjadi perdebatan politik sampai saat ini. Perdebatan itu tidak saja dalam mimbar-mimbar akademik, tetapi sampai pada tindakan-tindakan represif yang dilakukan baik oleh Negara maupun oleh masyarakat yang tidak setuju dengan proses dan kenyataan integrasi itu.
[3] Geopolitik NKRI dalam wacana orang Papua dipahami sebagai upaya memanfaatkan sumber daya alam Papua guna kepentingan Negara dengan mengedepankan pendekatan politik, lebih-lebih politik kekerasan yang memanfaatkan alat-alat represif Negara seperti TNI dan Polri.
[4] “Papua” bukan saja berarti wilayah secara geografis dan astronomi, tetapi juga menunjuk pada wilayah kebudayaan dan kehidupan. Lebih dari itu, kata “Papua” menunjuk pada manusianya, yaitu manusia Papua yang terdiri dari ratusan suku dan mendiami wilayah itu.
[5] Gereja Kristen Injili di Tanah Papua sejak pertemuan tingkat Sinodenya tahun 2002 telah membicarakan tentang upaya menjadikan “Papua Zona Damai” yang kemudian diubah menjadi “Papua Tanah Damai”. Gereja Katolik di Papua juga beberapa kali mengadakan seminar dan lokakarya tentang “Papua Tanah Damai”.


Di atas adalah abstrak awal yang saya kirimkan. Penerimaan abstrak itu tentu saja dengan sekian catatan yang harus diperbaiki. Catatan-catatan perbaikan itu adalah sebagai berikut:

Topik menarik tapi penulisan abstrak tidak perlu catatan kaki; yang harus dituliskan dalam abstrak:
1. Jelaskan mengapa topic ini menarik untuk ditulis
2. Permasalahan pokok yang akan dibahas apa
3. Permasalahan itu akan dikaji dengan metode dan kerangka berpikir apa
4. Kesimpulan yang bisa ditarik sementara apa

Lihat aja nanti deh, jadi seperti apa perbaikan abstrakku itu. Tentu saja pilihan sudut pandangnya adalah filsafat pengetahuan (epistemologi). Kalau saja ada pendapat dari rekan-rekan semua.





Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"