Minggu, 27 Juni 2010

Gong Perdamaian dan Konflik Timur Tengah

Terhadap suatu masalah, semakin banyak perspektif semakin baik dan menambah kekayaan. Masalah di Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina memang pelik dan tidak dapat begitu saja direduksi sebagai hal yang sederhana. Ada berbagai aspek kepentingan dengan tingkatan-tingkatan tersendiri yang membuatnya sangat rumit. Hal sederhana yang dapat ditarik dari konflik itu adalah lunturnya nilai kemanusiaan.
Dari sana, saya sedikit melihat dari jendela lain, yaitu jendela simbol-simbol. Pernah suatu waktu dalam sejarah, 25 November 2009, Gong Perdamaian Dunia dipasang di bekas terminal Pelita Kota Ambon. Istilah "Gong Perdamaian Dunia" memang tidak main-main karena ada sejarahnya tersendiri. Dahsyatnya Bom Bali I menjadi inspirasi para seniman cinta damai di Jepara untuk membuat duplikat-duplikat dari sebuah gong raksasa yang telah berusia sekitar 450 tahun milik dari Ibu Musrini, keturunan ketujuh pembuat gong, yang tinggal di Desa Plajan, lereng Barat Gunung Muria. (menariknya, terkait dengan hal ini, PM Israel, Shimon Peres pernah mengirim surat kepada Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djudjuk Juyoto, yang menyatakan: "From the Moriah in Jerusalem, I send you my good wishes to the Moriah
in Indonesia. It is with a great deal of esteem that I regard you initiative to create a Peace
Monument, and I wish you much success in the realization of peace.")
Gong itu sekarang ditempatkan di Kota Ambon, yang pernah dilanda konflik beberapa tahun silam. Setelah melakukan sedikit penelusuran, ternyata duplikat dari gong perdamaian dunia telah ditempatkan di beberapa negara. Pertama kali dipasang di Penglai, China, pada tahun 2004, kemudian di tempat terbunuhnya Mahatma Gandhi di India (jejak telapak kaki terakhir Gandhi di bumi), Mozambik, Laos, Hongaria, Mesir, Kanada, Belanda, Iran, Finlandia, Venezuela, Maroko, Korea Utara, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Bosnia, Jepang, Suriname, Jerman, Austria, Afrika Selatan, Vietnam, PNG, Amerika Serikat, Australia.
Dari daftar negara-negara tempat terpasangnya duplikat Gong Perdamaian Dunia itu, tidak nampak Israel - Palestina. Hal ini sedikit menimbulkan pertanyaan bagi saya, yang ketika coba untuk menjawabnya ternyata penuh spekulasi. Daripada mereka-reka jawaban tentang "mengapa tidak dipasang di tempat yang jelas-jelas membutuhkan itu (ataukah memang Israel-Palestina tidak membutuhkan hanya simbol saja ..?? Wallahualam), lebih baik bagi saya untuk sedikit bertanya tentang posisi Ambon sebagai simbol perdamaian dunia (tentu saja karena Gong Perdamaian dari gunung Muria-Indonesia itu ditempatkan di sana). Mungkinkah Pejabat Pemerintah seperti Gubernur atau Walikota atau para pemimpin lembaga keagamaan di Ambon angkat suara menyerukan perdamaian dari Kota Perdamaian? Atau jangan-jangan ada konflik internal (politis) di sana yang juga butuh didamaikan sehingga suara "tabaos tentang damai" dari kota perdamaian tidak bisa dikeluarkan.
Catatan ini mungkin cuma intermezzo saja (apa lagi nieh.. istilah musik dibawa-bawa..).
auu ahhh .....

Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"