Minggu, 27 Juni 2010

Komite Inovasi Nasional dan Pengetahuan Lokal

Ada dua komite yang dibentuk oleh pemerintah, yaitu Komite Ekonomi Nasional (KEN) dan Komite Inovasi Nasional (KIN). Dalam catatan ini, saya tertarik dengan keberadaan KIN karena tugas yang diberikan oleh pemerintah kepadanya.
Tugas KIN dibagi ke dalam tugas jangka panjang dan tugas jangka menengah (tugas ini dipaparkan oleh SBY dalam arahan kepada para anggota KEN dan KIN beberapa waktu lalu).

Tugas jangka panjang:
1. Inovasi yang dilaksanakan berkaitan dengan budaya, yaitu mengubah nilai, "mindset" atau cara pandang dari "innovated society" menjadi "innovation nation". Untuk itu, diperlukan "knowledge society", masyarakat yang berpengetahuan.
2. Membangun gaya hidup yang ramah lingkungan.
3. Membangun "entrepreneurship" sehingga tercipta lapangan pekerjaan.
4. Membangun masyarakat yang kreatif dan inovatif dengan penggunaan teknologi.

Tugas jangka menengah:
1. Menjaga ketahanan energi, pangan dan air.
2. Membangun "intellectual curiosity" masyarakat.
3. Inovasi untuk memerangi penyakit menular.
4. Inovasi untuk pemanfaatan sumber daya kelautan.
5. Inovasi di bidang pertahanan dan persenjataan (produksi sendiri).
6. Inovasi di bidang transportasi.
7. Inovasi di bidang teknologi komunikasi dan informasi (e-government, e-education dan e-business).
8. Inovasi di bidang industri dan ekonomi kreatif.

Hal yang menarik bagi saya adalah terkait dengan tugas jangka panjang, yaitu inovasi dalam mengubah "mindset", kerangka pikir, cara pandang masyarakat menjadi bangsa yang mampu berinovasi. Bangsa yang kreatif dan mampu menemukan cara-cara baru mensiasati hidup. Tentu saja dibutuhkan masyarakat yang berpengetahuan.

Terkait dengan itu, pengakuan akan pengetahuan lokal adalah hal penting yang harus dilakukan. Selama ini, pengakuan akan pengetahuan lokal adalah dengan cara melibatkan secara aktif masyarakat lokal dalam kepentingan tertentu saja. Artinya, pengetahuan lokal diakui dan diterima sebatas manfaatnya dalam bungkusan kepentingan pemerintah. Orang-orang yang memiliki pengetahuan itu bahkan tidak diakui sama sekali.

Saya teringat akan satu artikel yang ditulis di Kompas tentang seorang guru yang bertahan untuk mengajar salah satu suku di pedalaman Pulau Seram (Suku Hoaulu). Satu pernyataan dalam artikel itu adalah tentang masyarakat yang selama ini hanya berburu dan meramu, dan lain sebagainya, sehingga pendidikan tidak penting bagi mereka. Pernyataan seperti itu adalah bentuk dari tidak diakuinya masyarakat lokal sebagai masyarakat yang berpengetahuan lewat pendidikan lokal mereka.

Satu hal lagi yang menarik adalah tentang salah satu acara di TV swasta Indonesia dengan judul acara Primitive Runaway. Saya cukup terhenyak ketika melihat acara dengan judul seperti itu tetapi berisi dengan kekayaan budaya tradisional yang sangat menghargai sesama manusia dan alam. Dalam khazanah ilmu, kata primitive tidak dapat digunakan begitu saja. Penulisan kata itu selalu saja menggunakan tanda petik "primitive" sebagai bentuk kehati-hatian yang sangat terhadap orang-orang yang budayanya dikatakan demikian. "Primitive" adalah terminologi yang diciptakan oleh orang-orang masa lalu yang menganggap diri telah memiliki kebudayaan yang tinggi.

Dari dua hal itu saja, menurut saya, yang perlu dirubah "mindset"nya terlebih dahulu adalah media kita. Hal itu cukup penting karena media memainkan peranan besar dalam proses perubahan "mindset". Kalau media dan orang-orang yang ada di dalamnya saja mindsetnya seperti itu, terkait dengan "local knowledge" dalam budaya dan tradisi kita, apa jadinya masyarakat yang selalu mengkonsumsi hasil telisik media?

Ini cuma catatan pribadi, mudah-mudahan kita semua sadar bahwa semua manusia adalah berpengetahuan. Entah itu "ordinary knowledge", sudah meningkat menjadi "saintifik knowledge", atau "knowledge" yang lain jenisnya.

Bagi saya, menghargai dan mengakui serta menggunakan pengetahuan lokal masyarakat dalam kepentingan pembangunan harus dibarengi dengan pengakuan akan masyarakat pemilik pengetahuan itu dalam seluruh aspek hidupnya.

Selamat bekerja KIN, mudah2an tidak dalam waktu lama mindset bangsa kita berubah menjadi bangsa yang berinovasi.

Tidak ada komentar:

Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"