"Talamburang" adalah istilah Ambon untuk menggambarkan keadaan yang tidak teratur, kacau balau, berantakan, amburadul. Namun, hanya dengan "talamburang" (chaos) maka keteraturan (cosmos) dapat dipahami dengan baik dan jernih.
Senin, 02 Agustus 2010
Belajar Semasih Hidup
Tadi siang rencananya mau jalan ke Shelter Trans Jogja di depan Istana Presiden di Jogjakarta untuk bertemu dengan seorang teman, ketika melihat hal menarik yang menurutku layak diabadikan. Seseorang yang sudah berumur, duduk selonjor di trotoar seberang BI Jalan P. Senopati sambil menulis sesuatu di atas kertas. Mulanya aku pikir itu hanyalah coretan biasa atau lagi mengisi kotak-kotak TTS alias teka teki silang. Setelah kulewati dan kuperhatikan, ternyata orang tua itu sedang berusaha menghubung-hubungkan huruf demi huruf dengan berpatokan pada huruf-huruf cetak yang menjadi contohnya. Dia berusaha menulis dengan mengikuti contoh di bagian atas kertas yang dia pakai.
Aku putuskan untuk membuat foto dari peristiwa itu. Berdiri sedikit menjauh, mengambil bidang yang lebih luas agar bisa jelas, apa yang dilakukannya dan dimana ia melakukan itu. Dia, lelaki tua itu sedang belajar merangkai huruf menjadi kata dan merangkai kata menjadi kalimat.
Menarik karena dia tidak mempedulikan situasi di sekelilingnya, tidak mempedulikan orang yang lalu-lalang dan tidak mempedulikan usianya yang sudah berumur. Menarik karena dia masih mau belajar, walaupun itu cuma belajar menulis kalimat saja. Di dalam benakku terlintas pikiran bahwa orang tua ini sebenarnya telah banyak belajar, bahkan tiap hari belajar tentang hidup. Dia pasti punya pengalaman yang tidak terbilang soal pelajaran yang satu itu, tetapi masih mau belajar lagi tentang baca tulis.
Belajar memang seumur hidup. Hal itu hanya bisa terjadi ketika manusia telah menjadikan belajar sebagai kebiasaan, sebagai habitus diri. Kebiasaan itu akan muncul di mana-mana, sadar atau tidak sadar. Dengan melihat kenyataan orang tua ini, aku jadi ingat para pemimpin bangsa ini, para wakil rakyat dan mereka yang menganggap diri penguasa. Mereka-mereka itu sepertinya sudah tidak lagi mau belajar. Mereka sepertinya sudah bebal karena menganggap kelebihan mereka itu sudah final.
Apa jadinya negara dan bangsa ini kalau dipimpin oleh orang-orang bebal yang tidak mau belajar lagi? Tak tahulah ...
Aku cuma mau bilang, lihat lagi laki-laki tua yang berselonjor di atas trotoar itu dan belajarlah dari dia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar