Sabtu, 31 Mei 2008

SIAPA NIH REKTOR UKIM YANG BARU.

Hoiiii teman-teman di Ambon, yang masih kuliah atau sudah alumni dari UKIM .... coba kasih kabar ka soal pemilihan rektor baru kita...
Beta baca lagi di mimbar maluku yang dieditori kutikata.blogspot.com itu di bawah ini...

Ambon, MM.-
Proses pemilihan rektor pada Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), telah memasuki tahap penetapan calon. Tiga calon yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Calon Rektor (KPCR) UKIM, yakni, Ir Th. E.O Huawe, MT. Prof DR. J E Louhenapessy, dan Dr. Agus Batlajery.

Dekan Fakultas Teknik UKIM, Ir Th J M Sahureka, MT, yakin kandidat yang diusulkan oleh fakultas teknik, bakal memimpin UKIM untuk lima tahun kedepan. Hal tersebut disampaikan Sahureka kepada MM, Minggu (25/5), melalui telepon selulernya.

“Berdasarkan rapat Senat Fakultas Teknik UKIM beberapa waktu lalu, kami kemudian memutuskan untuk mengusulkan dua orang, sebagai bakal calon rektor UKIM untuk 5 tahun kedepan, yakni Ir T Huwae, MT dan Prof Louhenapessy. Dan syukur, kedua bakal calon yang diusulkan oleh Fakultas Teknik, lolos administratif dan telah ditetapkan sebagai calon Rektor oleh KPCR UKIM.

Ketika ditanya mengenai dukungan dari fakultas lain sendiri kepada dua orang yang diusulkan oleh Fakultas Teknik, Sahureka menyampaikan, dari rekomnedasi fakultas lain, Prof. Louhenapessy sendiri, juga direkomnedasikan oleh Fakultas Ekonomi dan Fisip. Sementara Fakultas Teologi mengusung Dr Batlajery. Dan Ir T Huwae, hanya diusung oleh Fakultas Teknik.

Ditanya mengenai peluang ketiga kandidat, Sahureka menyampaikan, masih belum dapat dipastikan. Namun yang pasti, salah seorang yang diusulkan fakultas Teknik, bakal memimpin UKIM untuk 5 tahun kedepan. “Yang pasti saat ini, peluang semua kandidat sama,” paparnya.

Dia menambahkan, pada akhir bulan ini juga, para calon rektor bakal menyampaikan visi dan misinya kepada Senat Universitas. Dan secara umum, kepada UKIM, baik itu Yaperti GPM, Sinode GPM dan seluruh Civitas Akademika UKIM. Sementara proses pemilihan akan berlangsung bulan depan.

“Perwakilan dari Fakultas Teknik yang memiliki hak suara di Senat UKIM, adalah 3 orang. Dan yang pasti, ketiga suara itu bakal dipakai sebaik mungkin, untuk menentukan pilihan bagi masa depan UKIM selanjutnya. Namun sekali lagi saya pastikan, kandidat yang diusulkan oleh Fakultas Teknik, adalah para calon pemimpin yang tidak diragukan kapasitasnya, dalam pengembangan UKIM ke depan,” tegas kandidat doktor ini. Harian Mimbar Maluku – Ambon

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagaimana menurut basudara yang laen...? Rektor UKIM ke depan sebaiknya yang seperti apa...? Ini sulit juga untuk dijawab ya.... Ketiga calon itu sepertinya punya kualifikasi tersendiri dan layak menjadi Rektor UKIM....
Tetapi, pada akhirnya cuma satu orang yang terpilih... Beta sendiri lebih menjagokan Mr. Louhenapessy... Alasannya sederhana: Beliau sudah teruji untuk mendudukkan UKIM sebagai salah satu kampus yang mantap pasca kehancuran fasilitasnya di masa kerusuhan lalu. So, satu periode lagi adalah sangat baik untuk membuat UKIM punya pondasi yang kuat lagi....
Tapi kandidat yang lain kalau terpilih, juga tak masalah. Yang penting adalah bisa membuat UKIM dapat diperhitungkan di dunia pendidikan tinggi Indonesia, khususnya bagian Timur.

Bravo UKIM....




UKIM Mulai Mantap

Sepertinya beta mesti tanyakan ini ke bung Elifas, kutikata.blogspot. Kabar dari UKIM sepertinya sudah mulai menggeliat... beta baca kabar ini di salah satu tulisan Mimbar Maluku yang dieditori oleh bung Elifas...

Ambon,MM.-
Untuk mengembangkan mutu pendidikan dan mempersiapkan Mahasiswa lulusan UKIM memasuki pasar kerja, maka setiap mahasiswa UKIM yang hendak diwisudakan diwajibkan memiliki sertifikat bahasa Inggris dan Komputer. Hal ini disampaikan Rektor UKIM, Prof Dr J E Louhenapessy saat meresmikan Laboratorium Bahasa sekaligus pembukaan Kursus Bahasa Inggris angkatan I di gedung Laboratorium Bahasa dan Komputer UKIM yang berlokasi di Urimessing pada Kamis (29/5). Dalam acara tersebut, Louhenapessy juga meresmikan pengoperasian Head Set yang adalah fasilitas Laboratorium Bahasa Inggris yang baru didatangkan khusus dari Negeri Paman Sam Amerika Serikat.

Louhenapessy menegaskan, di era globalisasi ini, manfaat bahasa Inggris dan komputer adalah 2 kesatuan yang sangat mendukung profesionalisme mahasiswa. Hal ini sangat penting untuk dimiliki mahasiswa UKIM. Karena di dunia pencari kerja sekarang, bahasa Inggris dan komputer sangat dibutuhkan. Itulah sebabnya, seluruh mahasiswa UKIM diharapkan untuk bisa memanfaatkan fasilitas yang telah ada ini sebagai salah satu wahana peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan guna mempersiapkan karakter kualitas sumber daya manusia yang siap bersaing di pasar kerja.
Selain lecture dan buku, laboratorium memang merupakan hal penting dalam pengembangan UKIM.

“Khusus tahun ini, Laboratorium dasar akan diupayakan juga untuk menunjang aktivitas mahasiswa UKIM. Sekarang Fakultas Teknik telah memiliki 4 unit laboratorium, Ekonomi 2 unit, Fisip 1 unit dan Filsafat 1 unit. Semua bangunan sudah disiapkan bahkan ada juga yang sementara memasukan peralatan. Hanya saja, ada 1 laboratorium teknik yaitu laboratorium uji bahan materil beton yang masih dalam proses, karena peralatannya setinggi 3.9 meter.

Dijelaskan juga bahwa Laboratorium di lingkungan UKIM saat ini sudah bisa mencapai batas minimal. Dicontohkannya, bahwa Laboratorium Filsafat ada di Kamal selama ini selalu difungsikan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan bagi mahasiswa,” ungkap Louhenapessy.

Sementara itu, Adolf Saleky yang adalah Instruktur Bahasa Inggris pada Laboratorium UKIM mengatakan, untuk tahap I ini, peserta kursus bahasa Inggris berjumlah 24 Mahasiswa.

Penerimaanya selalu disesuaikan dengan peralatan yang tersedia. Ke-24 peserta kursus ini, akan ada ujian tingkatan atau placement test untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta yang nantinya akan dibagi ke dalam kelompok atau tingkatan. Mungkin saja ada yang masuk tingkatan elementary atau dasar, intermediate atau pertengahan dan high class. Kursus bahasa Inggris ini nantinya terbuka untuk umum. Ke depan akan ada penambahan peralatan dan semuanya untuk pengembangan UKIM ke depan. Mimbar Maluku - Ambon





Sejarah Euro Mulai 1960

Piala Eropa sudah mulai dipertandingkan sejak tahun 1960... Bagaimana sejarahnya..., saya coba telusuri dan hasilnya:
.................


Euro 1960
Juara: Uni Soviet
Runner-up: Yugoslavia
Tuan rumah: Perancis
Pencetak gol terbanyak: Francois Heutte (PErancIS), Valentin Ivanov (Uni Soviet), Viktor Ponedelnik (Uni Soviet), Milan Galic (Yugoslavia), Drazan Jerkovic (Yugoslavia) 2 gol
PERTAMA kalinya kejuaraan sepakbola antarnegara Eropa dilaksanakan. Saat itu, format adalah setiap tim memainkan dua leg dan babak knock out di semifinal yang berlangsung di negara penyelenggara.
Di final, Uni Soviet berhasil mengalahkan tetangganya Yugoslavia 2-1 melalui babak perpanjangan
waktu.

Euro 1964
Juara: Spanyol
Runner-up: Uni Soviet
Tuan rumah: Spanyol
Pencetak gol terbanyak: Francois Heutte (PErancIS), Valentin Ivanov (Uni Soviet), Viktor Ponedelnik (Uni Soviet), Milan Galic (Yugoslavia), Drazan Jerkovic (Yugoslavia) 2 gol
Yunani menolak bertanding melawan Albania, karena kedua tim sedang terlibat perang.
Spanyol yang bertindak sebagai tuan rumah berhasil mengalahkan Uni Soviet 2-1.

Euro 1968
Juara: Itali
Runner-up: Yugoslavia
Tuan rumah: Itali
Pencetak gol terbanyak: Jesus Maria Pereda (Spanyol), Ferenc Bene (Hungaria), Dezso Novak (Hungaria) 2 gol
PERUBAHAN fundamental dari Euro terjadi pada 1986. Turnamen yang awalnya bernama The European Nation's Cup, diganti menjadi UEFA European Football Championship.

Euro 1972
Juara: Jerman
Runner-up: Uni Soviet
Tuan rumah: Belgia
Pencetak gol terbanyak: Gerd Muller (Germany) 4 gol
Jerman merebut mahkota juara usai membungkam tim tangguh Uni Soviet 3-0.

Euro 1976
Juara: Cekoslovakia
Runner-up: Jerman
Tuan rumah: Yugoslavia
Pencetak gol terbanyak: Dieter Müller (Jerman) 4 gol
PUTARAN final Euro 1976 diadakan di Yugoslavia. Di partai final, Cekoslovakia berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Jerman 2-0.

Euro 1980
Juara: Jerman
Runner-up: Belgia
Tuan rumah: Itali
Pencetak gol terbanyak: Klaus Allofs (Jerman) 3 gol
FORMAT baru kembali diterapkan pada Euro 1980. Delapan tim maju ke putaran final di Italia. Di partai puncak, Jerman berhasil mengandaskan perlawanan Belgia 2-1, lewat dua gol yang dicetak Horst Hrubesch.

Euro 1984
Juara: Perancis
Runner-up: Spanyol
Tuan rumah: Perancis
Pencetak gol terbanyak: Michel Platini (Perancis) 9 gol
PADA Euro 1984, peringkat pertama di masing-masing grup langsung menuju babak semifinal, setelah melewati fase grup.
Di partai final, tuan rumah Perancis berhasil mengalahkan Spanyol 2-0. Kedua gol Prancis dicetak Michel Platini melalui tendangan bebas dan Bruno Bellone.


Euro 1988
Juara: Belanda
Runner-up: Uni Soviet
Tuan rumah: Jerman
Pencetak gol terbanyak: Marco van Basten (Belanda) 5 gol
Belanda berhasil menjadi juara, setelah mengalahkan Uni Soviet 2-0 di final. Gol Belanda lahir melalui sundulan Marco Van Basten dan Ruud Gullit.

Euro 1992
Juara: Denmark
Runner-up: Jerman
Tuan rumah: Swedia
Pencetak gol terbanyak: Henrik Larsen (Denmark), Karl-Heinz Riedle (Jerman), Dennis Bergkamp (Belanda), Tomas Brolin (Swedia) 3 gol
Yugoslavia yang dilanda perang digantikan Denmark. Denmark bermain tanpa beban berhasil tampil di final dan memukul Jerman 2-0 lewat gol yang diciptakan Kim Vilfort dan John Jensen.

Euro 1996
Juara: Jerman
Runner-up: Republik Ceko
Tuan rumah: Inggris
Pencetak gol terbanyak: Alan Shearer (Inggris) 5 gol
TIMBULNYA kekuatan-kekuatan baru negara Eropa Timur, membuat Euro 1996 diikuti 48 negara. Format baru mulai di jalankan, yaitu 16 tim maju ke putaran final dan terbagi menjadi empat grup.
Peringkat satu dan dua di masing-masing grup akan maju ke babak selanjutnya. Partai final terjadi antara kandidat juara Jerman dan Rep Ceska yang bertindak sebagai underdog.
Jerman berhasil menaklukkan Rep Ceska 2-1, lewat gol Oliver Bierhoff di perpanjangan waktu. Ini juga menjadi kali pertama sistem golden goal diterapkan.

Euro 2000
Juara: Perancis
Runner-up: Italia
Tuan rumah: Belgia & Belanda
Pencetak gol terbanyak: Patrick Kluivert (Belanda), Savo Milosevic (Yugoslavia) 5 gol
PERTAMA kalinya Euro berlangsung di dua negara. Belgia dan Belanda terpilih menjadi tuan rumah bersama. Partai final di turnamen mempertemukan dua kandidiat kuat juara, Italia dan Perancis.
Tim Ayam Jantan berhasil menjadi kampiun, lewat gol emas David Trezeguet saat injury time. Perancis juga berhasil mengawinkan gelar World Cup 1998 dan Euro 2000

Euro 2004
Juara: Yunani
Runner-up: Portugal
Tuan rumah: Portugal
Pencetak gol terbanyak: Milan Baros (Republik ceska) 5 gol
PADA Euro 2004, Portugal menggelar hajatan. Perhelatan ini menghadirkan kejutan di akhir kejuaraan. Yunani bersama pelatih asal Jerman Otto Rehhagel berhasil membalikkan prediksi publik.
Mereka mampu memboyong lambang supremasi sepakbola terbesar di Eropa itu. Yunani menjadi juara setelah menundukkan tuan rumah Portugal 1-0 di Lisbon, lewat gol tunggal dari Angelos Charisteas.

Euro 2008

????????????????????????????????????????????????????

Sumber: Okezone

Fave Team at Euro 2008... BELANDA



Seindah apapun permainan Brazil, secepat apapun sepakbola Inggris... Tim faforitku tetap Belanda.... Boleh dilakukan Pooling buat orang Ambon dan Maluku... Apa Tim Faforit untuk Euro 2008, saya sangat yakin bahwa sebagian besar akan mengatakan Belanda.... Entah mengapa ada semacam ikatan yang tidak bisa dilupakan tentang timnas Belanda.... kemarin aku diperlihatkan tontonan dari teman, klip-klipnya Simon Tahamata waktu masih mengenakan nomor 10 di Ajax Amsterdam... Woowww.... keren... dia kecil saja, tetapi tariannya di tengah lapangan, number one booo..... itu memang tarian cakalele seorang Ambonesse sejati di tengah lapangan....
Kembali ke Timnas Belanda, aku masih ingat tahun 1988 waktu itu mereka membawa pulang trofi Eropa dengan mengalahkan Rusia 2-0.... Gol-gol yang dilesakkan oleh Marco Van Basten dan Ruud Gullit... Nah, pahlawan yang memenangkan Euro 1988 itu sekarang jadi pelatih setelah 20 tahun... Harapanku sih Belanda bisa membawa pulang Trofi itu, walaupun di ajang grup nanti harus ketemu dengan negara-negara raksasa sepakbola: PERANCIS, ITALIA, RUMANIA (lagi dan lagi Rumania)...
Masalahnya adalah di ajang Euro, Belanda jadi timnas spesialis Semifinal... (1976, 1992, 2000, dan 2004).
Bila dilihat dari kekuatan mereka saat ini, tidak diragukan lagi....
Di depan:
Ryan Babel (Liverpool), Danny Koevermans (AZ Alkmaar), Dirk Kuyt (Liverpool), Robin van Persie (Arsenal), Jan Vennegoor of Hesselink (Celtic), Klaas Jan Huntelaar (Ajax Amsterdam), Ruud van Nistelrooy (Real Madrid). Tentang Babel, itu faforitku selain van Persie n Nistelrooy.... Kenapa? Karena pelatih teknisnya ya Simon Tahamata itu.....

Kiper:
Maarten Stekelenburg (Ajax Amsterdam), Henk Timmer (Feyenoord), Edwin van der Sar (Manchester United). Nah ini nihhh kiper penentu kemenangan MU di Liga Champions 2008 kemaren, yang bisa menahan tendangannya Anelka.... syudap.... du bab.. du baba.... heheheee

Belakang:
Khalid Boulahrouz (Sevilla), Wilfred Bouma (Aston Villa), Tim de Cler (Feyenoord), Johnny Heitinga (Ajax Amsterdam), Kew Jaliens (AZ Alkmaar), Joris Mathijsen (Hamburger), André Ooijer (Blackburn Rovers), Giovanni van Bronckhorst (Feyenoord), Urby Emanuelson (Ajax Amsterdam)

Tengah:
Ibrahim Afellay (PSV Eindhoven), Nigel de Jong (Hamburger), Theo Janssen (Vitesse), Denny Landzaat (Wigan Athletic), Arjen Robben (Real Madrid), Clarence Seedorf (Milan), Wesley Sneijder (Real Madrid), Rafael van der Vaart (Hamburger), Stijn Schaars (AZ Alkmaar), Demy de Zeeuw (AZ Alkmaar)

Tapi ada masalah juga... walaupun mereka memiliki striker2 yang mantap, tetapi kalau bermain bersama sebagai tim... mandulnya bahaya.... Mudah-mudahan ada formula yang tepatlah untuk nih belanda supaya striker2nya setajam di klub masing-masing.

Yang Pasti, tetap Belanda





Lembaga Keagamaan Bisa Menjadi Tempat Money Laundry

Kalau anda anggota dari suatu lembaga keagamaan yang cukup aktif, misalnya di Jemaat gereja atau di Masjid, dll... Coba anda hitung bantuan-bantuan yang diperoleh tiap bulan atau tiap tahun dari pemerintah... Cukup banyak khan...? Tapi apakah anda juga mengecek darimana bantuan-bantuan itu berasal..... Halal kah, Haram kah...?
Bagi sebagian orang, Halal atau Haram asal uang itu... yang penting diberikan ke gereja atau masjid, pura atau wihara... Tetapi sadarkah kita bahwa bisa saja tempat ibadah kita yang katanya "suci" itu menjadi tempat pencucian uang para koruptor di negeri ini?


Kasus Dugaan Korupsi Bantuan Keagamaan di Biak Terus Diproses

Dua Orang yang Mengarah Sebagai Tersangka Utama Segera Diperiksa
BIAK-Kasus dugaan korupsi bantuan sosial bagi lembaga-lembaga keagamaan di Bagian Sosial Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Biak Numfor sebesar Rp 828 juta terus ditindaklanjuti polisi. Setelah pemeriksaan lebih dari 20 saksi, dua orang yang mengarah sebagai tersangka utama dengan inisial MM dan ZM segera diperiksa.
“Pemeriksaan saksi-saksi masih terus kemi tindaklanjuti. Ya, kalau semuanya saksi-saksi kami telah periksa maka giliran dua orang yang mengarah ke tersangka utama dengan inisial MM dan ZM segera diperiksa,” kata Kapolres AKBP Kif Aminanto, S.IK, SH, MH, didampingi Kasat Reskrim IPTU Harry Harahap saat ditemui Cenderawasih Pos di ruang kerjanya, Senin (28/4) kemarin.
Menurut Kapolres, saksi-saksi yang telah dimintai keterangan dari pihak Setda Kabupaten Biak Numfor sebanyak 3 orang, sedangkan dari lembaga keagamaan yang saat itu disebutkan menerima bantuan namun tidak disalurkan sebanyak 12 orang. Sementara masih ada 8 lembaga keagamaan (gereja) yang belum diminta keterangan soal bantuan tersebut.
Bantuan yang diberikan kepada lembaga keagamaan itu besarnya bervariasi, ada Rp 5 Juta, Rp 8 Juta, Rp 10 Juta dan Rp 50 juta. “Kalau soal besarnnya anggaran bantuan keagamaan ini bervarisasi,” tandasnya.
Ditanya soal pemeriksanan dua orang yang diduga kuat terlibat dalam kasus penyalagunaan dana bantuan itu, Kapolres mengatakan pada dasarnya mereka segera dipanggil. Dan jika memang sudah digilirannya diperiksa lalu tidak datang, maka polisi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki melakukan panggilan secara paksa.
“Kami akan berupaya supaya kasus ini prosesnya secepatnya. Mereka yang dipanggil saat ini masih sebatas saksi, sementara dua orang yang akan mengarah ke tersangka masih menunggu sampai saksi-saksi selesai diperiksa,” tandas Kapolres.
Seperti yang diberitakan sebelumnya kasus dugaan penyalagunaan anggaran itu sebenarnya dilaporkan ke polisi pada Juni 2007 lalu, namun surat resmi laporan itu baru dimasukkan di Reskrim Polres Biak Numfor awal April tahun ini. Bantuan yang nilainya hampir Rp 1 miliar itu merupakan anggaran pada tahun 2004, 2005 dan 2006 dibagian sosial Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Biak Numfor.(ito)

Apakah itu hanya kesalahan administrasi semata ataukah yang lain.... jadi diusut saja... bila perlu orang-orang yang terima bantuan itu juga dikenakan sanksi.... apa jadinya melayani dengan uang hasil korupsi....?/?????



Sakit Malaria

Satu waktu, ada pace yang sakit.... dia diajak temannya pergi ke PUSTU (Puskesmas Pembantu) untuk memeriksakan kesehatannya..

Dokter: "Pace.... perasaan bagaimana ka...?"
Pace: "Baa.... dokter, jangan ko tanya-tanya sa pu perasaan lagi... Sa ini sakit Maria ini....?"
Dokter: "Ah.... masakan sakit Maria..., darimana ko tahu kalau ko sakit Maria ka....???
Pace: "Masak itu saja dokter tra tahu.... sa yakin sa kena Maria dokter... dari pagi sa bangun, sa pu badan lemas-lemas, tenggorokan kering, susah buang air besar, pusing, pendengaran tidak jelas, itu tanda-tanda Maria tooo....?"
Dokter: "Oke...deehhh. Kalau begitu disuntik ya, biar Maria nya kabur...."
Pace: "Ahhh dokter, jang ko marah tapi sa ini takut suntik.... lebih baik ko suntik obat itu ke botol aqua lalu sa minum saja ka..."





INDONESIA INGIN KELUAR DARI OPEC

Berita tentang keinginan Indonesia keluar dari OPEC saya baca hari ini di TAHUN INI INDONESIA KELUAR DARI OPEC
Ternyata selama ini kita begitu sombongnya untuk mengakui kenyataan ini sejak awal.... Kita tidak pernah rendah hati untuk menyadari kenyataan bahwa kita adalah pengimpor murni dan bukan lagi negara pengekspor minyak.
Oleh karena itu, saya coba untuk menelusuri sejarah berdirinya OPEC ....................




Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak - The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) didirikan pada Konferensi Baghdad 10-14 September 1960 oleh negara-negara Iran, Irak, Kuwait, Saudi Arabia dan Venezuela. Satu-satunya negara pendiri OPEC yang bukan negara Timur-Tengah adalah Venezuela (pantas kalau presidennya begitu berani ama yang namanya Amerika n Bushnya itu).
Pada perkembangan berikutnya, sembilan anggota (negara) ikut bergabung dengan lima negara pendiri itu, yaitu: Qatar (1961); Indonesia (1962); Libya (1962); Uni Emirat Arab (1967); Aljazair (1969); Nigeria (1971); Ekuador (1973). Walaupun pendiriannya di Konferensi Baghdad, pusat organisasinya berada di Jenewa Swiss selama lima tahun, kemudian pindah ke Wina Austria sejak 1 September 1965.
Tujuan Opec adalah mengkoordinasi seluruh kebijakan perminyakan di antara negara-negara anggotanya dalam rangka mengamankan harga minyak yang adil dan stabil untuk negara-negara penghasil minyak, suplai minyak kepada negara-negara konsumen dan hasil balik yang adil dalam hal modal dalam rangka investasi kembali dalam industri.

Ini beritanya:

Tahun ini Indonesia Keluar dari OPEC

JAKARTA-Indonesia memastikan segera keluar dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tahun ini. Selain sudah menjadi negara pengimpor minyak sejak 2002, langkah itu juga untuk menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa negerinya bukan negara yang kaya minyak.
"Kita kadang-kadang malu. OPEC itu Organization of the Petroleum Exporting Countries, tapi sekarang ini kita net importer country. Jadi, salah kalau kita sekarang berada di sana," ujar Kalla usai bertemu Deputi Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselbourn di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, kemarin (29/5).
Masyarakat, kata Wapres, masih banyak yang beranggapan Indonesia adalah negara kaya minyak yang berproduksi 1,3 juta barel per hari seperti pertengahan 1980-an. Karena itu, banyak yang menolak kenaikan harga BBM karena menilai harga minyak dunia yang tinggi seharusnya mendatangkan rezeki nomplok (windfall profit).
"Banyak yang bilang, Indonesia kan masuk OPEC, masak (harga bahan bakar) minyaknya mahal? Itu karena orang tidak tahu kalau kita sekarang ini net importer (pengimpor murni)," ujarnya.
Wapres menegaskan, meski sebagian besar minyak mentah yang diproduksi Indonesia diekspor ke luar negeri, pada saat yang sama Indonesia harus mengimpor produk BBM. Dengan lifting (produksi minyak siap jual) 927 ribu barel per hari, Indonesia masih harus mengimpor 300 ribu barel guna memenuhi konsumsi BBM dalam negeri yang mencapai 1,2 juta barel.
Meski demikian, Kalla menjamin Indonesia bisa kembali menjadi negara pengekspor minyak dalam lima tahun. Syaratnya, ladang-ladang minyak yang saat ini dieksplorasi bisa berproduksi optimal. Selain itu, konsumsi dalam negeri tidak naik terus-menerus.
"Kalau konsumsi naik terus, walaupun produksi naik, tidak akan bisa (ekspor) juga. Karena itu, kita harus menghemat. Ganti minyak tanah dengan elpiji, gunakan batubara, dan lakukan penghematan energi secara total," katanya. (noe/el)

Obed n Matematika

Suatu hari dalam pelajaran Matematika di kelas 1 tentang penjumlahan, Obed diberikan pertanyaan oleh gurunya.. (Pak Guru picah otak juga mau tanya anak-anak pake contoh apa yang dorang tahu tiap hari.... ternyata dapat contoh juga yang pas deng Papua)..

Guru: "Obed, kalo ko pu babi 1 ekor dalam kandang ditambah juga dengan babi 1 ekor lagi, jadinya berapa ekor...."
Obed: "Sabar pak guru, sa ingat-ingat dulu.... Tahun lalu itu, jadinya 5 ekor pak guru, tapi tahun ini sa paling senang karena jadi 7 ekor pak guru..."
Guru: "Baaa.... Obed, kenapa bisa hasilnya 5 dan 7 ka..?"
Obed: "Bisa to pak guru... Sa mau tanya dulu, pak guru pu babi ada ka tidak..?"
Guru: "Pak guru tra piara babi Obed...?"
Obed: "ya... pantas, coba kalo pak guru piara babi, pasti tahu kalo kasih gabung babi laki-laki deng babi perempuan itu, dong 2 kawin lalu pu anak bisa 5 atau 7...., jadi menurut pak guru b'rapa ka..?"
Guru: (pusing pikir contoh baru...)





Ronald n Matematika

Suatu hari di sekolah, Ronald ditanyai Guru Matematikanya.

Guru: "Ronald, bayangkan ko pu 10 permen, trus ko bagi ke ko pu teman Nico 3 dan ke Obed 5, berarti ko pu permen tinggal berapa?"
Ronald: "Itu gampang pak guru, sa pu permen tetap 10 pak..."
Pak Guru: "Baaa...., Kenapa begitu? Ko hitung bagaimana kah?"
Ronald: "Soalnya, Nico dan Obed, dong dua pernah sembunyi sa pu kaos kaki jadi jangan harap sa mo bagi apa-apa ke dong dua... sorry ee..."





Minggu, 25 Mei 2008

PANDUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL

Dalam kehidupan kita, kadang sangat sulit untuk melakukan pengambilan keputusan. Hal itu disebabkan karena beberapa faktor antara lain banyaknya pilihan yang tersedia, kepentingan-kepentingan di balik keputusan itu, orang-orang yang terlibat, turut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan kita, dll.


Keputusan-keputusan yang dibuat pun banyak yang berhubungan dengan moral sehingga dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan etika tentang bagaimana seharusnya kita berkata dan bertindak dalam menyelesaikan suatu masalah. Banyak tulisan dari para ahli Etika yang dapat dijadikan pegangan dan saya mencoba untuk merangkumnya dalam tulisan ini. Yang harus kita ingat adalah bahwa panduan-panduan yang ditulis oleh seorang yang sangat ahli sekalipun hanyalah merupakan bantuan dan bukan suatu formula yang paten dan harus dipegang secara ketat oleh setiap orang dalam rangka pengambilan keputusan moral. Latar belakang konteks pengambilan keputusan moral kita sangat mempengaruhi. Yang penting adalah bagaimana kita melakukan improvisasi-improvisasi yang dibutuhkan tanpa melupakan bahwa keputusan yang kita ambil adalah suatu keputusan moral (sama seperti penyanyi yang melakukan improvisasi sana sini tanpa harus menghilangkan keaslian dari lagu yang dinyanyikannya)
Ada beberapa langkah yang dapat membantu guna pengambilan keputusan moral kita, yaitu:
A. Mengenali dengan mendalam dimensi-dimensi moral: Maksud dari hal ini adalah bagaimana kita berupaya untuk memahami bahwa keputusan yang kita buat itu memiliki implikasi moral. Implikasi moral yang dimaksud di sini adalah akan begitu banyak nilai atau hal-hal yang ideal secara moral dipertaruhkan (mungkin saja terjadi konflik nilai dalam situasi yang kita hadapi).
B. Mengenali pihak-pihak yang berkepentingan dan bagaimana hubungan-hubungan yang terjalin dalam situasi yang dihadapi: Maksud dari hal ini adalah bagaimana kita berupaya untuk secara hati-hati mengidentifikasi siapa saja yang berkepentingan dalam situasi dan kondisi yang terjadi dan dalam keputusan yang akan kita buat. Setelah melakukan identifikasi itu, maka kita harus melihat hubungan yang terjalin antara pihak-pihak tersebut, bagaimana hubungan yang terbangun antara pihak-pihak itu dengan kita selaku pengambil keputusan, dan bagaimana hubungan yang terbangun antara pihak-pihak itu dengan institusi-institusi yang relevan dalam kaitan dengan masalah kita? Hal penting yang patut mendapat perhatian adalah apakah hubungan-hubungan itu memunculkan kewajiban-kewajiban atau harapan-harapan khusus?
C. Mengidentifikasi nilai-nilai yang muncul dalam masalah itu: Maksud dari hal ini adalah upaya kita untuk memikirkan dengan baik, jelas dan hati-hati tentang nilai-nilai yang dapat membantu kita mengambil keputusan. Apakah di sana ada pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran? Apakah otonomi personal juga menjadi perhatian? Apakah di sana ada pertanyaan-pertanyaan tentang keadilan? Apakah ada seseorang yang disakiti atau ditolong dengan keputusan kita? dan nilai-nilai lain yang berhubungan dengan moralitas.
D. Mempertimbangkan keuntungan dan kerugian: Keuntungan sebagaimana yang selalu didefinisikan merupakan sesuatu yang menghasilkan kebaikan-kebaikan (sedara fisik, emosional, keuangan, sosial, dll) bagi beberapa pihak, kepuasan akan pilihan, dan tindakan yang dilakukan dalam hubungan dengan nilai-nilai yang relevan (seperti keadilan, kesejajaran, dll). Kerugian mungkin termasuk sesuatu yang menyakitkan secara fisik maupun emosional bagi beberapa pihak, mengakibatkan beban yang berlebihan dari sisi keuangan dan pengabaian terhadap nilai-nilai yang relevan.
E. Memperhatikan kasus-kasus yang mirip: Dengan memperhatikan dan mempelajari kasus-kasus yang mirip, kita dapat memikirkan keptusan-keputusan dalam penyelesaian kasus itu, tindakan-tindakan apa yang diambil, apa keputusan terbaik untuk penyelesaiannya, bagaimana kemiripan kasus/masalah yang diperhadapkan kepada kita dengan kasus-kasus itu, bagaimana perbedaannya?
F. Berdiskusi dengan orang-orang yang dianggap relevan dan tepat: Makna dari diskusi dengan orang lain bukanlah suatu upaya meremehkan diri sendiri. Dengan mendiskusikan masalah yang kita hadapi dengan orang-orang yang tepat, kita dapat menimba saran dan pengalaman. Kita dapat memperhadapkan mereka dengan pilihan-pilihan keputusan kita dan mendiskusikan alasan-alasan di balik tiap pilihan itu. Tetapi hal yang patut diingat bahwa kemampuan kita untuk berdiskusi dengan orang lain jangan sampai menghilangkan rasa percaya diri sendiri untuk menghadapi masalah.
G. Apakah keputusan yang dibuat sesuai dengan aturan hukum dan aturan-aturan organisasi atau kelembagaan dimana kita ada di dalamnya?: Beberapa keputusan dibuat berdasarkan aturan-aturan hukum. Jika salah satu pilihan keputusan kita adalah tidak legal secara hukum, maka perlu dipikirkan kembali secara serius pilihan itu sebelum menjadikannya suatu pilihan keputusan.
Keputusan-keputusan kita juga dapat dipengaruhi oleh aturan-aturan dari suatu lembaga atau organisasi di mana kita ada di dalamnya. Misalnya suatu organisasi yang memiliki kode etik tertentu yang mengikat para anggotanya dalam melakukan pengambilan keputusan etis secara pribadi (organisasi kedokteran, jurnalistik, wartawan, dll). Kode etik itu merupakan kebijakan organisasi-organisasi tersebut untuk memberikan batasan kepada pilihan-pilihan keputusan yang dapat kita ambil.
Kadangkalah ada aturan-aturan hukum yang buruk, bahkan dapat dimentahkan. Tetapi dalam pengambilan keputusan moral, kita dituntut untuk selalu memperhatikan pada hukum dan aturan yang berlaku.
H. Apakah saya merasa yakin dan senang dengan keputusan yang diambil?: Kadangkala dalam pengambilan keputusan, ada reaksi-reaksi tertentu yang daripadanya kita dapat mengetahui bahwa ada sesuatu yang dilewatkan. Dalam hubungan dengan itu, bila kita mulai ragu-ragu dengan keputusan yang telah diambil, mungkin pertanyaan-pertanyaan panduan di bawah ini dapat membantuk kita untuk lebih meyakinkan kita bahwa keputusan itu memang demikian adanya, yaitu:
Jika kita melaksanakan keputusan ini, apakah kita akan senang menceritakannya kepada keluarga, teman, guru, pendeta tentang itu?
Apakah saya menghendaki adik atau anak saya meneladani saya dalam hal pengambilan keputusan ini?
Apakah keputusan ini cukup bijak, dapat diketahui oleh siapa saja?
Dapatkah saya hidup dengan keputusan ini?



Selasa, 20 Mei 2008

Kesewenang-Wenangan Yesus

Dari judul di atas, saya yakin akan membuat teman-teman dan saudara-saudara saya yang percaya dan menyakini Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat menjadi marah. Bagi saya, kemarahan dan kritikan itu boleh dilancarkan habis-habisan, asal jangan pernah berniat apalagi mengutuk atau membunuh saya karena kemarahan yang berujung pada kutukan atau pembunuhan itu – menurut saya – adalah suatu bentuk kesewenang-wenangan.
.....................



Berbicara tentang tindakan yang sewenang-wenang, pernahkah anda mendengar atau membaca bahwa Yesus yang diyakini sebagai Tuhan itu juga pernah bertindak sewenang-wenang? Untuk menjawab hal ini sebenarnya bukan tergantung dari keinginan para penulis teks Alkitab atau saya, tetapi tergantung dari bagaimana teks Alkitab itu ditafsirkan dan dimaknai dengan kacamata anda dan saya. Kacamata apa yang dipakai tentunya menentukan hasil bacaan kita. Ketika kita meyakini bahwa Alkitab itu adalah firman Allah dan firman Allah itu tidak dapat salah dan dengan demikian Alkitab itu tidak dapat salah, maka anda akan sangat marah bila berhadapan dengan judul di atas. Tetapi bagi anda yang memahami Alkitab sebagai sekumpulan tulisan yang ditulis oleh manusia pada zamannya masing-masing dengan tujuan dan maksudnya masing-masing dan diturunkan kepada kita dengan dibungkus oleh dogma-dogma yang juga dipikirkan dan dirumuskan oleh manusia, maka studi kritis kepada Alkitab sudah selayaknya dilakukan bukan untuk menjadikannya sebagai hal tak berharga, tetapi guna menemukan sisi lain dari dunia para penulisnya yang bermasalah ketika diperhadapkan dengan pandangan dunia saat ini. Dapatkah anda membayangkan ketika Alkitab dibaca menggunakan kacamata feminisme atau kapitalisme atau komunisme atau yang lainnya? Alkitab akan menjadi sumber inspirasi bagi semua orang baik itu kaum feminis, kapitalis, komunis, environmentalis, dll.
Apa itu tindakan sewenang-wenang? Istilah ini sering kita dengar dalam kehidupan bersama setiap hari. Kita sering mendengar kata-kata seperti ”hubungi pihak-pihak yang berwenang dalam masalah ini”, ”Saya tidak mempunyai kewenangan untuk membantu anda”, ”Kewenangan lembaga ini hanyalah dalam rangka menjelaskan”, dan lain-lain. Menurut saya, sewenang-wenang lebih merujuk pada tindakan yang dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan atau power. Orang atau lembaga yang memiliki kewenangan adalah mereka yang berkuasa atau memiliki power untuk itu. Dengan kuasanya itu, mereka dapat bertindak apa saja sesuai dengan kewenangan itu. Masalahnya adalah ada kewenangan yang diberikan oleh orang lain, ada kewenangan yang muncul begitu saja. Kewenangan yang diberikan oleh orang lain sepertinya lebih demokratis, artinya dalam suatu kelompok dengan begitu banyak kepentingan individu yang harus diperjuangkan, maka kelompok itu dapat memberikan kewenangan kepada seseorang yang dipercaya untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan mereka. Atau kewenangan diberikan oleh pihak yang lebih berkuasa kepada pihak di bawahnya sebagai pengantara atau perpanjangan tangan mereka di tingkat akar rumput. Bagaimana dengan kewenangan yang muncul sendiri? Kadangkala kewenangan seperti ini hanya ada pada masyarakat yang mengandalkan hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang akan bertahan dan memiliki kuasa juga kewenangan sehingga dapat bertindak sewenang-wenang kepada mereka yang lemah dan dikuasainya.
Kewenangan juga dapat dikonstruksi berdasarkan kisah-kisah dan mitos-mitos yang lahir sebagai jiwa suatu kebudayaan masyarakat, mulai dari pra-modern dan modern (adakah masyarakat post-modern?). Kisah-kisah itu mengisyaratkan adanya semacam ritus-ritus guna terus memelihara pemaknaannya dalam suatu komunitas. Ritus-ritus itu kemudian melahirkan struktur-struktur sosial masyarakat dengan fungsi dan peranan tertentu yang dimaknai dari kisah dan ritus tadi. Sehingga dalam masyarakat tradisional misalnya, ada dewan ada, kepala suku, ada dukun atau pendeta suku, ada panglima perang, dll yang juga memiliki kewenangan tersendiri.
Dalam masyarakat modern, struktur masyarakatnya juga mengisyaratkan adanya kewenangan-kewenangan tersendiri yang sebagian besar merupakan transformasi bentuk dan makna dari masyarakat tradisional. Bahwa dalam suatu negara bangsa, ada yang menjadi perwakilan dalam suatu dewan rakyat, kepala negara, menteri yang mengurus berbagai bidang kehidupan, kepadal daerah, dll yang memiliki kewenangan tersendiri.
Kewenangan yang diberikan itu kemudian tidak dapat digunakan dengan sewenang-wenang. Apabila digunakan dengan sewenang-wenang, maka kewenangan itu akan diakhiri oleh mereka yang memberikan kewenangan.
Lain halnya dengan kewenangan yang tidak diberikan tetapi sudah melekat sendirinya dengan diri orang atau lembaga yang memilikinya. Dalam cerita-cerita kepahlawanan kuno, para pahlawan dan musuh-musuh mereka memiliki kewenangan yang dapat digunakan dengan sewenang-wenang. Hal ini sebenarnya merefleksikan bahwa pernah pada suatu waktu, kehidupan manusia dipenuhi dengan tindakan-tindakan sewenang-wenang terhadap sesama dan lingkungannya. Bandingkan dengan kewenangan-kewenangan yang digunakan dengan sewenang-wenang oleh orang-orang dan lembaga-lembaga masa kini. Saya kira yang paling banyak bertindak sewenang-wenang di zaman modern ini adalah lembaga-lembaga penegak hukum yang diberikan kewenangan menegakkan hukum apa pun situasi dan kondisinya.
Sepertinya sudah terlalu jauh membicarakan tentang kewenangan dan penggunaannya secara sewenang-wenang. Kita kembali pada topik pembicaraan, tentang Yesus yang diceritakan bertindak sewenang-wenang. Bagi sebagian besar orang, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Alkitab adalah benar-benar terjadi. Sementara bagi sebagian kecil lainnya, masih dipertanyakan, mana peristiwa-peristiwa, ucapan-ucapan Yesus yang benar-benar dilakukan dan diucapkan oleh Yesus sendiri.
Untuk tidak mengecewakan anda, saya akan melihat dari sisi pertama, bahwa semua peristiwa dalam Alkitab itu benar-benar terjadi. Saya ingin mengajak anda membaca bagian Alkitab dalam Injil menurut ”Matius”, pasal 21: 18-22. Saya mencoba untuk mengutipnya di bawah ini, dan pada bagian berikutnya, saya ingin menunjukkan bahwa penceritaan tentang peristiwa yang dilakukan oleh Yesus ini adalah suatu bentuk kesewenang-wenangan Yesus dalam kacamata masa kini.

18Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 19Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. 20Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?" 21Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. 22Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."

Mari kita baca baik-baik bagian Alkitab ini dan ambil waktu sedikit untuk memikirkannya. Apa yang anda pikirkan tentang bagian bacaan ini? Mungkin bagi sebagian besar orang, ketika membaca bagian ini sebenarnya tidak ada masalah. Yang dipikirkan adalah betapa berkuasanya Yesus sehingga Ia bisa mengeringkan Pohon Ara hanya dengan ucapanNya saja. Betapa kuatnya contoh yang disampaikan oleh penulis bagian ini tentang bagaimana iman karena percaya dan tidak bimbang itu memiliki dampak begitu besar, bahkan dapat memindahkan gunung ke laut. Betapa dahsyatnya iman seperti itu. Ya, memang iman seperti itu adalah iman yang dahsyat, sehingga hanya dengan berkata-kata, apa yang akan kita katakan terkabullah.
Ok,.... Ok,...... tapi mari membacanya dengan baik dan hati-hati sambil merenungkan tiap kata yang ada (saya tidak ingin memperhadapkan anda dengan kata-kata bahasa Yunaninya yang asli karena saya yakin pada lembaga yang memiliki kewenangan untuk menerjemahkan Alkitab ini, bahwa mereka telah melaksanakan kewenangannya itu dengan tidak sewenang-wenang).
Saya cenderung melihat setiap bagian dari Alkitab sebagai cerita dan bukan yang lain. Ya, ini memang gagasan yang dibungkus dalam bentuk cerita oleh penulisnya.
Pada ayat 18 ditulis Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Diceritakan bahwa sehari sebelum peristiwa itu, Yesus bersama murid-muridNya memasuki Kota Yerusalem di mana Ia dielu-elukan dan kemudian bertindak menyucikan Bait Allah dengan cara mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah, membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang Merpati (Mat. 21:12). Setelah semua yang dialaminya hari itu, Ia meninggalkan mereka dan pergi ke luar kota, ke Betania, dan bermalam di situ. (Mat. 21:17). Pada pagi hariNya ketika Yesus berjalan kembali ke kota, Ia merasa lapar. Dapat anda bayangkan bagaimana seseorang yang sehari sebelumnya diliputi dengan kemarahan yang sangat besar dan pada pagi harinya merasa lapar. Bayangkan itu terjadi terhadap anda dan saya. Pasti tindakan yang pertama dilakukan adalah berupaya menemukan apa saja yang dapat dimakan.
Pada ayat 19 ditulis Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Ia melihat ada Pohon Ara. Apa dan bagaimana posisi Pohon Ara dalam Alkitab? Pohon Ara adalah salah satu pohon yang cukup banyak disebutkan dalam Alkitab. Daun Pohon Ara adalah pakaian pertama manusia dalam cerita Kejadian ketika manusia mendapati dirinya telanjang (Kej. 3:7); Tanpa Pohon Ara di suatu tempat, umat Israel merasa tidak akan punya kehidupan, hal itu dapat dilihat dalam cerita tentang umat Israel yang bertengkar dengan Musa mengenai masa depan mereka dalam perjalanan keluar dari Mesir (Bil. 20:5); Pohon Ara menjadi simbol kemakmuran dan kesuburan suatu daerah (Ul. 8:8); Pohon Ara dipakai sebagai simbol kekuasaan setelah Pohon Zaitun dalam cerita yang disampaikan Yotam kepada umat Israel. Jelas dalam perumpamaan itu, Pohon Ara tidak mau menjadi raja karena akan meninggalkan segala kemanisan dan buah-buahnya yang baik (Hak. 9:10-11); Pohon Ara adalah lambang kesejahteraan dan ketentraman (1 Raj. 4:25); Pohon Ara adalah salah satu pohon yang memberikan kekayaan (Hos. 2:22); Pohon Ara dapat menjadi penanda musim (Mrk. 13:28). Dengan memperhatikan begitu banyak bagian Alkitab yang menceritakan tentang kedudukan Pohon Ara dalam kehidupan umat Israel, maka dapatlah dikatakan bahwa Pohon Ara adalah salah satu pohon yang penting. Menurut saya, karena posisinya itulah, maka penulis menggunakannya dalam cerita ini.
Lebih lanjut, ketika Yesus mendekati pohon itu, yang didapati hanyalah daun-daunnya saja. Dalam keadaan lapar, ditambah dengan apa yang dicari tidak ditemukan pada pohon itu, maka Yesus kemudian berkata Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya! Pertanyaannya, ucapan ini menunjukkan apa? Bagi sebagian orang, kata-kata ini tidaklah terlalu penting, karena yang penting adalah akibat dari kata-kata itu sendiri, yaitu Pohon Ara itu dengan seketika menjadi kering. Bagi saya, kata-kata ini sangatlah penting. Ini adalah semacam kutukan yang diucapkan oleh Yesus kepada pohon itu. Pertanyaannya adalah apa motivasi yang melatarbelakangi sehingga kata-kata itu harus dikeluarkan? Karena saya mencoba mendekati bagian ini dengan pandangan bahwa cerita ini benar-benar terjadi, maka kata-kata ini – menurut saya – menandakan kemarahan Yesus yang luar biasa. Marah karena masih terpengaruh dengan situasi kemarin, marah karena lapar, marah karena rasa lapar itu tidak bisa segera diatasi, marah karena tidak mendapati apa-apa – dalam hal ini buah – pada Pohon Ara itu.
Hal yang membuat Yesus mengeluarkan kata-kata itu adalah kemarahan. Kemarahan itu pula yang mengakibatkan adanya tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Yesus terhadap Pohon Ara itu. Apa artinya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita mesti memahami apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang kewenangan-kewenangan Yesus. Untuk mendapatkan gambaran tentang kewenangan Yesus, dapat kita lihat cerita-cerita tentang apa yang dilakukannya setiap saat. Ia berkhotbah, Ia memilih murid, Ia menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mengusir setan, memberi makan banyak orang, dan lain-lain. Dengan cerita-cerita seperti itu, jelas Yesus punya kuasa dan memiliki kewenangan. Apakah ia memiliki kewenangan untuk mengutuk Pohon Ara? Menurut saya, Yesus telah bertindak sewenang-wenang terhadap Pohon Ara itu. Yang didapatinya hanyalah daun, daun pohon itu tidak dapat mengatasi rasa laparnya, ia mengucapkan kata-kata, akibatnya pohon itu menjadi kering “Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu”.
Jadi dalam kacamata saya, ayat-ayat berikutnya tidak lagi terlalu penting untuk dibicarakan, karena secara naratif itu hanyalah pembelaan Yesus terhadap kesewenang-wenangannya itu. Bahwa ketika para muridNya memiliki kepercayaan dan tidak bimbang, jangankan Pohon Ara, Gunung pun dapat dipindahkan mereka.
Apa jadinya bila Yesus seperti itu ada pada saat ini, melampiaskan kemarahan-kemarahan dan rasa laparNya pada pohon-pohon. Bahaya dong ......... Bukankah satu pohon saat ini sangat berharga, tidak penting dia berbuah atau tidak, tetapi selama masih ada pohon dan pepohonan, itu tandanya masih ada kehidupan?
Ok, sudut pandang pertama telah saya jelaskan, bahwa cerita ini memang benar-benar terjadi. Tetapi tidak cukup sampai di situ, saya hendak menyampaikan sudut pandang yang kedua. Menurut saya, bisa saja cerita ini tidak pernah terjadi tetapi dikisahkan oleh penulis Injil Matius untuk menunjukkan tentang dampak dari iman, rasa percaya yang tidak bimbang. Kalau begitu, yang patut diperhatikan adalah kesewenang-wenangan penulis Injil Matius untuk menggunakan kewenangannya menulis kisah dengan mengkisahkan kisah pengutukkan Pohon Ara.
Yang perlu diperhatikan dari sudut pandang kedua ini adalah pandangan dunia penulis Injil Matius pada waktu itu. Apakah masalah ekologi cukup penting dibicarakan atau belum merupakan masalah yang serius? Ternyata masalah ekologi ini baru menjadi masalah bersama pada akhir-akhir ini. Ketika ilmu pengetahuan yang berkembang menghasilkan studi-studi penting tentang lingkungan hidup dan saling ketergantungan kita dengan semua yang ada di muka bumi ini.
Pertanyaannya, bagaimana dengan keyakinan-keyakinan tradisi suku-suku yang sangat menghargai lingkungannya? Bukankah itu jauh ada sebelum ilmu pengetahuan mendapat tempatnya dalam masa pencerahan? Sulit juga menjawab pertanyaan seperti ini, tetapi saya mengajak kita untuk melihat dunia makna yang membentuk pemahaman keagamaan penulis Injil Matius. Menurut salah satu pemikir Ecological Humanism, Steven Fesmire, agama-agama supernatural sangat miskin dengan sumber-sumber yang dapat membimbing kita pada upaya membangun tanggung jawab ekologis, apalagi moral ekologis yang peka. Hal itu disebabkan karena agama-agama supernatural yakin bahwa gagasan-gagasan keagamaan mereka adalah wahyu. Hampir semua agama wahyu tidak terlalu memikirkan lingkungan hidup.
Dapat kita lihat dalam hukum-hukum agama wahyu seperti Yahudi, Kristen dan Islam yang begitu miskin dimensi ekologisnya. Dalam kekristenan dikenal hukum Kasih, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa dan akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Hukum seperti itu dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa pada zamannya, masalah ekologi bukanlah hal yang penting dibicarakan. Kalau saja kita dapat menambahkan sesuatu pada Alkitab, saya ingin menambahkan bagian ketiga dari hukum kasih itu, ”kasihilah alam dan lingkunganmu seperti engkau mengasihi Allah, dirimu sendiri dan sesamamu manusia”. Kalau ada tambahan seperti itu, apakah kepadaku akan ditambahkan malapetaka-malapetaka seperti tertulis dalam Wahyu 22:18? Menurutku, bila bagian ini tidak ditambahkan, maka malapetaka sesungguhnya sementara menanti kita, karena moral keagamaan kita yang sangat miskin dengan pendekatan-pendekatan lingkungan hidup.
BTW, apakah dalam cerita itu Yesus memang bertindak sewenang-wenang? Silahkan ditafsirkan dan dimaknai sendiri. Saya telah menyampaikan Penafsiran dan pemaknaan saya.


Memaknai Kebangkitan Nasional

Hari ini, tepat 100 tahun yang lalu Dr. Soetomo dkk yang telah menimba pendidikan dengan baik dibandingkan orang lain mulai menggagas ide tentang bagaimana dapat mengatur diri sendiri terlepas dari penjajah.
Pada waktu itu, penjajahan merupakan hal yang menjadi kenyataan pahit, sampai pada sekitar tahun 1960-an, masih ada sisa-sisa penjajahan fisik di negeri ini.
Tetapi sepertinya, sampai saat ini pun kita belum lepas dari penjajahan. Penjajahan oleh saudara-saudara sebangsa karena jabatan, kekuasaan dan kewenangan mereka. Kita dijajah secara terang-terangan dan bukan tersembunyi lagi. Dapat dibayangkan, bahkan sampai pada hari ini, 20 Mei 2008 pun - setelah 100 tahun - bangsa Indonesia belum memiliki karakter kebangsaan yang mampu menjadi fondasi ketika segala badai menerpa.
Rencana kenaikan BBM oleh pemerintah membuat masyarakat dapat memberontak. Ketakutan saya adalah akan munculnya suatu sikap apatis dari masyarakat terhadap seluruh kebijakan pemerintah dan berakibat pada semacam ketidakpatuhan atau bahkan sampai pada pembangkangan massal yang tidak bisa diatasi kecuali dengan miiter.
Rakyat tambah susah, para pejabat tambah berada. Kalau memang hukum Islam bisa diberlakukan di negeri ini untuk para koruptor (saya tidak tahu seperti apa hukum Islam memberlakukan pencuri) seperti untuk para penjudi di NAD sana, lakukan sajalah. Tapi masalahnya, Arab Saudi yang menjalankan syariah Islam pun tidak sedikit koruptornya.
Tapi tidak ada masalah, selama karakter manusia Indonesia tetap dibangun, khususnya para anak muda sekarang, saya tidak terlalu takut akan masa depan Indonesia. Yang penting dari itu adalah keterbukaan dan kesetiaan terhadap prinsip-prinsip moral yang dianut bangsa ini.





KASIH: Inti Kekristenan

Diperhadapkan dengan banyak pilihan, tantangan dan godaan, masih banyak orang yang tetap mampu mempertahankan iman Kristennya dengan sepenuh hati. Pertanyaannya adalah mengapa sampai iman Kristen tetap menjadi pilihan utama dalam kehidupan kita? Pertanyaan ini sewajarnya dijawab oleh masing-masing orang yang mengaku Kristen.
.........................


Bagi saya, pilihan terhadap iman Kristen dapat dibicarakan dari inti kekristenan itu sendiri. Sumber utama untuk membicarakan inti kekristenan adalah Alkitab. Tak seorang pun dapat menyangkali pentingnya Alkitab dalam kekristenan walaupun ada pikiran, gagasan dan studi-studi yang dilakukan untuk mengkritisi Alkitab itu sendiri. Bagi saya, Alkitab merupakan hasil karya tiada duanya dalam sejarah umat manusia, terlepas dari untuk siapa dan maksud apa bagian-bagian Alkitab itu ditulis pada awalnya.
Gagasan dalam Alkitab yang dapat menjadi inti kekristenan dan kemanusiaan bagi saya adalah tentang Hukum Kasih. Dalam Kitab Injil Matius 22:34-40 dikisahkan dengan jelas bagaimana Yesus diuji oleh para ahli

“Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang Saduki bungkem berkumpullah mereka, dan seorang dari antara mereka, seorang ahli taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Dari bagian Alkitab itu nampak jelas bagaimana penulis menceritakan dengan sangat baik konflik yang terjadi antara Yesus dan orang-orang Farisi, di mana sebelumnya Ia telah membuat diam orang-orang Saduki dan takjub orang-orang lain yang mendengarnya ketika Ia menjelaskan tentang kebangkitan. Alur konflik memang begitu mendukung penjelasan demi penjelasan tentang makna kabar baik yang dibawa Yesus itu.
Pertanyaan yang diajukan oleh seorang ahli taurat kepada Yesus bukanlah karena ketidaktahuannya, tetapi dengan maksud mencobai Dia. Dapat kita bayangkan seorang yang ”ahli” dalam hal Taurat di Israel memanggil Yesus dengan sebutan ”Guru”. Dalam maksud mencobai itu, panggilan guru begitu meremehkan Yesus. Kadang ada yang menganggap bahwa panggilan itu dalam konteks ini sangat tepat karena Yesus memang disebut sebagai Guru oleh para murid-Nya, tetapi ucapan yang keluar dari seorang ahli taurat membalikkan itu menjadi semacam cemoohan. Sinisme yang sangat jelas ada di sini.
Pertanyaannya, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? Seperti yang kita ketahui, ada sepuluh hal yang menjadi garis besar dari hukum Taurat, tetapi kemudian dirinci lagi menjadi 613 peraturan, yang terdiri dari 365 larangan dan 248 perintah. Jadi, dari antara sekian banyak perintah dan larangan dalam aturan atau hukum taurat itu, manakah yang lebih utama, demikian maksud pertanyaan yang diajukan tersebut. Dapat kita lihat begitu dalamnya pencobaan yang dihadapi Yesus yang dicemooh dengan sebutan Guru mengikuti panggilan para muridNya oleh seorang ”ahli” Taurat. Sepertinya ada harapan bahwa Yesus akan kelabakan memikirkan jawaban yang harus diberikan.
Ternyata harapan itu jauh dari kenyataan dalam cerita sang penulis Injil. Yesus menjawab mereka dengan sangat sederhana, ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Pertanyaannya, mungkinkah ini menggambarkan cara hidup dari orang-orang Kristen pertama sehingga penulis Injil kemudian menceritakannya? Mungkin kita perlu mempelajari juga dalam konteks apa Injil Matius ini ditulis, untuk siapa dan dengan maksud apa?
Terlepas dari itu, dalam kacamata awam, sebagai orang-orang yang tidak mempelajari Alkitab secara khusus (seperti para ahli taurat), saya melihat bahwa jawaban Yesus inilah inti dari kekristenan saya. Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan jiwa serta akal budi. Itu sudah pasti. Tetapi bagaimana caranya kita mengasihi Tuhan Allah, toh Allah tidak perlu dikasihi karena tanpa kasih dari kita pun Dia tetaplah Allah. Banyak orang yang menganggap bahwa mengasihi Allah dapat dilakukan dengan cara berdoa, memuji dan menyembah, beribadah guna menyenangkan Allah. Heheheheee..... berarti Allah dapat disuap dong dengan pujian dan penyembahan. Belum tentu. Bagaimana bila pujian dan penyembahan itu dilakukan dalam keseimbangan? Maksudnya? Maksudnya adalah apabila pujian dan penyembahan itu dilakukan dalam ibadah yang sejati. Nah apa pula ibadah yang sejati itu? Ya, ibadah yang sejati itu adalah melaksanakan Hukum Kasih. Percuma kita mengasihi Allah bila hukum yang lain diabaikan yaitu mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Seringkali banyak orang sulit untuk menemukan keseimbangan dan hubungan antara mengasihi Allah dan Sesama Manusia karena masih menganggap bahwa kedua hal itu terpisah adanya. Menurut saya tidak. Cara kita melaksanakan hukum kasih yang pertama adalah dengan melaksanakan hukum kasih yang kedua. Pernahkah kita harus membunuh diri sendiri? Jarang sekali orang yang ingin membunuh diri sendiri, dan kalau ada mungkin sudah tidak waras lagi. Kalau tidak mungkin, mengapa kita harus membunuh sesama? Pernahkah kita mencuri barang milik sendiri? Tidak pernah karena itu milik sendiri (kadangkala kita lebih menghargai milik sendiri daripada miliki orang lain). Kalau kita begitu menghargai milik sendiri, mengapa harus mencuri milik sesama? Pernahkah kita menipu diri sendiri, memperkosa diri sendiri, dll? Jarang sekali hal itu kita lakukan bukan? So....... kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Ada masalah lanjutan di sini, siapa itu sesama manusia bagi kita? Apakah saudara seiman saja (terutama), ataukah keluarga dekat saja, ataukah orang sesuku saja, ataukah semua manusia itu adalah sesama kita?
Kurang atau lebih, itulah pemahaman saya mengapa tetap memilih menjadi orang Kristen. Yang lain bebas memilih, tentu saja dengan penjelasan yang dapat dimengerti. So apalagi yang tidak dimengerti dan dipahami dari penjelasan ”Sang Guru”?


Jumat, 16 Mei 2008

NOMOR REKENING ARISAN RISET

PUJI TUHAN, APA YANG SELAU KATONG BICARAKAN TENTANG MEMBANTU BASUDARA DI MALUKU PERLAHAN-LAHAN MULAI KATONG BIKING.... BEBERAPA WAKTU LALU KATONG SUDAH BUKA NOMOR REKENING DI AMBON, YANG AKAN DIKELOLA OLEH REKAN-REKAN DI AMBON

no rekening BANK BNI CAB. AMBON
a/n: ELIFAS TOMIX MASPAITELLA
no: 0144595301

KATONG BISA BIKING APA SAJA FOR MALUKU.... KATONG TUNGGU BASUDARA PUNG SUMBANGSIH FOR MEMBANTU BIAYAI TEMAN-TEMAN DI MALUKU PUNG RISET-RISET TENTANG MASALAH SOSIAL KEMASYARAKATAN DI MALUKU DAN SOLUSINYA.

SEMOGA TUHAN MEMBERKATI.




Ada apa dengan Gereja?

Tadi pagi saya bertemu dengan seorang teman yang tinggal di salah satu desa di mana seluruh penduduknya beragama Kristen. Di desa itu juga sementara dilaksanakan eksplorasi tambang Nikel oleh salah satu perusahaan tambang swasta. Ada masyarakat yang tidak setuju, tetapi ada yang setuju. Warga masyarakat yang setuju malahan telah dipekerjakan oleh perusahaan tersebut sebagai tenaga eksplorasi. Pemerintah daerah baik Provinsi Papua maupun Kabupaten Jayapura (desa ini masuk dalam wilayah Kabupaten Jayapura) juga kelihatan tidak kompak alias tidak sejalan dalam pemberian izin kepada perusahan tersebut.
Entah saya pernah menulis di sini atau tidak tentang pengrusakkan rumah kepala kampung oleh warganya sendiri akibat masalah izin eksplorasi yang belum jelas, tetapi yang pasti sampai saat ini, ketika saya menanyakan kepada teman saya itu, dia mengatakan bahwa belum ada penyelesaian apa-apa dari pihak manapun terkait dengan konflik yang terjadi di desanya itu. Masih terjadi semacam perang dingin di mana pihak-pihak yang berkonflik saling mempertahankan posisi tanpa merendahkan diri untuk berbicara satu dengan yang lain.
Dalam keadaan ini, konflik telah memasuki tahapan di mana masing-masing pihak terpolarisasi dan jalan penyelesaian secara adat sekalipun kelihatannya buntu (di tempat mereka penyelesaian secara adat disebut dengan istilah "naik para-para adat"). Mediator sangat dibutuhkan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkonflik.
Pertanyaannya, pihak mana yang akan menjadi mediator di sana? Pemerintah Provinsi adalah salah satu pihak yang juga berperan dalam konflik ini, begitu juga dengan Pemerintah Kabupaten. Di desa itu sendiri, posisi pemerintah Adat sendiri terjepit antara kepentingan-kepentingan yang begitu besar.
Dalam struktur sosial masyarakat di Papua, dikenal istilah tiga batu tungku. Tiga tungku itu adalah Pemerintah, Adat dan Agama. Bila Pemerintah dan Adat adalah pihak-pihak yang berperan dalam konflik, di mana posisi Agama, khususnya lembaga keagamaannya dalam hal ini gereja?
Gereja tidak bisa dipahami melulu sebagai persekutuan orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang keselamatan di dalam Yesus (Pemaknaan gereja yang sangat teologis) tetapi mesti juga dipahami sebagai organisasi yang memiliki visi dan misi serta manusia-manusia yang mengerjakannya (Aspek sosial gereja). Dengan memahami gereja dari sisi sosialnya ini, maka ia sebenarnya memiliki kelebihan dalam hal menghubungkan pihak-pihak yang sama posisi sosialnya, yaitu sebagai lembaga sosial. Pemerintah dan Adat dalam hal ini juga mesti dimaknai sebagai lembaga. Dengan menyejajarkan posisi seperti itu, gereja sebenarnya dapat menjadi mediator yang peka akan situasi konflik.
Masalahnya adalah di desa itu, walaupun semua penduduknya beragama Kristen dan menjadi anggota salah satu organisasi gereja terbesar di Papua, tetapi di jemaat desa itu tidak ada pendeta dari gereja bersangkutan. Padahal kehadiran seorang pendeta sebagai pemimpin umat dalam hal rohani sangat dibutuhkan di sana. Sinode maupun klasis pun sepertinya lupa bahwa ada konflik Sumber Daya Alam yang terjadi di salah satu jemaat mereka dan mengakibatkan para anggota gerejanya melakukan tindakan kekerasan satu sama yang lain.
So apakah gereja seperti ini adalah gereja? Gereja adalah pembawa damai, benar-benar damai. Itu artinya siap sedia harus memediasi setiap konflik yang terjadi. Saya kuatir, sumber daya gereja untuk menyelesaikan konflik-konflik seperti ini tidak ada atau kurang berkualitas sehingga dibiarkan saja berlarut-larut, ataukah ada strategi sendiri di balik pembiaran itu?
JANGAN-JANGAN ADA U DI BALIK B....????

Apalah arti bergereja bila hidup tidak berdamai....????







Kamis, 15 Mei 2008

SEBERAPA HIJAUKAH KITA?

Pemanasan Global menjadi kengerian tersendiri bagi umat manusia zaman ini. Diperhadapkan dengan isu tersebut, apa yang bisa kita lakukan secara pribadi? APAKAH KITA ADALAH BAGIAN DARI MASALAH atau BAGIAN DARI SOLUSI?




Konflik antara kepentingan bersama dan keuntungan pribadi adalah hal penting ketika membicarakan isu lingkungan. Dalam masalah ini, pemikiran moral dapat membimbing kita kepada apa yang diinginkan bersama. Apa yang akan kita lakukan dengan masalah lingkungan yang semakin kompleks ini? Diskusi demi diskusi, pertemuan demi pertemuan, konferensi demi konferensi telah dilakukan. Hal umum yang selalu diinginkan adalah adanya masalah yang adil dalam hal distribusi emisi. Artinya, negara yang banyak menghasilkan emisi tetapi sedikit menyerap emisi harus bertanggung jawab terhadap hal itu. Tanggung jawab itu bisa dilakukan salah satunya mungkin dengan perdagangan karbon. Hutan di Papua telah siap untuk itu. Pembicaraan mengenai perdagangan karbon di Papua telah memasuki babakan baru.
Masalahnya ada pada pertanyaan sederhana, APAKAH ANDA ADALAH BAGIAN DARI MASALAH atau BAGIAN DARI SOLUSI?
Di Papua misalnya, isu pemanasan global hanya menjadi bagian penting dari para pemerhati lingkungan dan orang-orang terpelajar. Kadangkala ketika membahas pemanasan global, kita membicarakannya dengan sangat global, menunjuk pada pencairan es di daerah Kutub akibat peningkatan suhu tanpa terlalu kuatir bahwa pemanasan global juga berpengaruh pada tingkat lokal.
Kita belum sadar bahwa pembakaran demi pembakaran segala hal yang mengandung karbon di dalamnya akan melepaskan karbon ke udara dan bila bercampur dengan oksigen akan menjadi karbondioksida yang berpengaruh besar bagi lingkungan? Kita belum sadar untuk membiarkan saja pohon, ranting dan daunnya membusuk saja tanpa harus dibakar. Kita masih berlomba-lomba membeli sepeda motor bahkan mobil demi harga diri dan kehormatan, bukan karena kebutuhan. Masih banyak cewe yang ”Pantat Bensin” alias pasang harga diri cuma seharga jok motor kawasaki, honda, yamaha, ducati atau lainnya – syukur kalau punya cowo yang pake mobil. Hari gini, siapa yang mau pergi kencan naek angkot. Masih banyak cowo yang gak mau kehilangan harga diri, biar bisa ngegaet cewe, ya mesti pake motor.
Bayangkan, semakin banyak manusia, semakin banyak kendaraan yang diproduksi, semakin banyak kendaraan yang dibeli dan digunakan, semakin banyak emisi yang dihasilkan. Belum bahan bakar fosil yang semakin berkurang, orang lalu berpikir tentang bahan bakar nabati. Hehehehe akibatnya, harga pangan dunia melambung tinggi, bukan karena kebutuhan manusia akan pangan yang semakin banyak, tetapi wilayah-wilayah dan hasil-hasil pertanian yang semula digunakan untuk konsumsi manusia dialihkan fungsinya menjadi bahan bakar nabati demi segelintir manusia yang bermobil dan bermotor.
Dalam kenyataan-kenyatan yang orang awam juga tahu kalau mereka diberi tahu itu, pertanyaannya adalah seberapa hijaukah anda dan saya? Apakah kita bukan tergolong orang yang hijau? Apakah kita masih abu-abu, coklat, kuning, atau lainnya dan bukan hijau?
Saya teringat dengan ideologi NKRI kita yang dijaga mati-matian demi harga diri bangsa. NKRI harga mati, bila perlu nyawa taruhannya. NKRI dijaga dengan jiwa dan raga. Untuk ideologi yang abstrak seperti itu saja kita berani mengorbankan jiwa dan raga, bagaimana dengan kenyataan lingkungan kita yang bukan abstrak ini?
Mungkinkah ada pasukan khusus penjaga lingkungan yang lahir dari jiwa-jiwa bermoral bangsa ini demi kepentingan bersama dan bukan keuntungan pribadi? Mungkin ini masih mimpi dan jauh dari kenyataan, tapi gak ada salahnya kan kalau bermimpi? Wew, Martin Luther King, Jr. mengatakan ”I Have A Dream” dan perlahan-lahan mimpinya itu jadi kenyataan karena mimpi itu dikerjakan.
Saya teringat kata-kata Anggun C. Sasmi dalam Kick Andy di Metro TV. Kalau anda bermimpi, jangan tidur terus untuk menikmati mimpi itu, tetapi bangunlah, cuci muka atau mandi dan kerjakan mimpi itu.
Mari mulai menghijaukan diri sendiri ........
Salut untuk orang-orang yang telah mulai menghijaukan diri dan lingkungan sekitarnya. Menghijaukan diri adalah sesuatu yang abstrak, bukan masalah mengecat tubuh dengan warna hijau atau menggunakan pakaian warna hijau atau memilih partai warna hijau, tetapi lebih pada gagasan mereformasi moralitas kita untuk menjadi orang yang sadar akan isu lingkungan dan menjadi bagian dari solusi terhadap masalah lingkungan itu.


Merefleksikan Perjuangan Pattimura

Pernah suatu waktu, orang-orang Maluku saling berebut asal-usul sang Pattimura. Klaim terhadap si Kapitan sepertinya tiada habis. Menariknya, klaim-klaim itu berlalu begitu saja tanpa menunjukkan bahwa kita di Maluku benar-benar pernah memiliki seorang Kapitan seperti Pattimura.
Klaim Maluku atas Pattimura menjadikan dia seorang Pahlawan yang diakui oleh Indonesia. Artinya, Maluku tidak bisa lagi mengklaim bahwa Sang Kapitan adalah milik orang Maluku saja karena Sang Kapitan juga telah menjadi milik bangsa ini.
Pattimura itu bukan saja sebuah patung batu yang diganti dengan perunggu, berdiri di tengah-tengah pusat kota dan menjadi ikon Ambon dan Maluku. Lebih dari itu, Pattimura adalah seruan perjuangan yang penuh moralitas, bukan hanya perjuangan tanpa arah namun seolah tanpa dosa.

Beta . . . .

Beta ingat lagu tentang Pattimura Muda, dengan semboyan Lawamena Haulala, yang bila diartikan dengan baik akan berarti "Maju terus biar mandi-mandi darah". Kalau dulu Pattimura berjuang dengan parang dan salawaku, bagaimana s'karang para Pattimura muda berjuang? Ada yang bilang dengan pena, dengan otak, dll. Tapi sepertinya perjuangan Pattimura-Pattimura muda saat ini cenderung dibatasi oleh para Pattimura tua yang hampir masuk kubur.
Heheheeee, tidak bermaksud apa-apa sih, beta cuma ingat pertanyaan tentang mengapa anak-anak muda s'karang kurang tahu adat (bukan maksudnya kurang ajar, tapi memang kurang tahu adat benar-benar adat). Orang tatua bilang kalau ajar anak-anak muda s'karang banyak hal nanti dong kurang ajar talalu karena anggap dong sudah pintar. Jadi menurut beta, orang tatua bagitu tidak boleh mati cepat, bilang dorang ajar anak-anak muda ini adat yang baik dolo baru dorang mau mati ka, mau apa ka, terserah.
Beta kira KKN itu bukan bagian dari moralitas Pattimura. Dulu dia berjuang karena merasakan penderitaan yang dialami oleh para saudaranya dan dia sendiri. Pattimura itu bukan seorang pencuri atau penipu. Kalau memang demikian, apakah layak orang-orang Maluku yang suka mencuri dan menipu yang bukan haknya tetapi menjadi hak para saudaranya itu disebut sebagai Pattimura?
Pattimura itu bukan saja sebuah patung batu yang diganti dengan perunggu, berdiri di tengah-tengah pusat kota dan menjadi ikon Ambon dan Maluku. Lebih dari itu, Pattimura adalah seruan perjuangan yang penuh moralitas, bukan hanya perjuangan tanpa arah namun seolah tanpa dosa.

Senin, 05 Mei 2008

MEDIA, AGEN KONSTRUKSI SOSIAL

“Si A mengatakan bahwa . . . , sebaliknya si B ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa . . . “ Demikianlah berita yang pernah penulis baca pada salah satu media cetak lokal di kota ini. Mudah dimengerti bahwa berita-berita yang dikemas oleh media-media lokal kita lebih banyak berisi pernyataan-pernyataan para pejabat atau orang-orang yang berwenang dalam menyelesaikan suatu peristiwa atau isu.



Tulisan ini berawal dari keinginan untuk mengikuti informasi-informasi terkini. Seolah tanpa itu, ada sesuatu yang kurang dari kehidupan tiap hari. Mengikuti perkembangan terbaru tiap saat adalah kebutuhan yang telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa yang terjadi, hanya dalam hitungan detik dapat diketahui orang yang berada dalam jarak ratusan bahkan ribuan kilometer. Lewat teknologi informasi dan komunikasi, dunia dibuat seperti “daun kelor”. Boleh jadi, ungkapan “dunia tidak seluas daun kelor” sudah bukan zamannya lagi, daun kelor sudah terlalu besar untuk dunia saat ini.
Salah satu tempat untuk mengetahui peristiwa-peristiwa atau isu-isu terbaru adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. Pertanyaannya adalah bagaimana peristiwa dan isu tersebut dikemas oleh media massa? Pertanyaan ini muncul ketika penulis diperhadapkan dengan berita-berita – khususnya pada media cetak baik lokal maupun nasional – yang sepertinya hanya menyajikan data. Apakah peranan media hanya menghadirkan data dari peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada masyarakat atau ada yang lain? Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini terlalu sederhana untuk disampaikan dan dapat dengan cepat dijawab oleh para insan media (jurnalis). Kalaupun penulis boleh mereka-reka jawaban terhadap pertanyaan ini, yang akan disampaikan adalah “media kami bukan saja menghadirkan data, tetapi juga fakta terkini” atau “media kami adalah tempat penyalur aspirasi masyarakat” atau “media kami adalah sarana sosialisasi pembangunan kepada masyarakat” dan lain sebagainya. Kalaupun jawaban rekaan di atas ada yang benar, memang tidak ada salahnya. Tetapi menurut penulis, tidak sampai di situ fungsi media. Sebelum membahas lebih jauh fungsi media, pertanyaan “bagaimana” yang disampaikan di atas penting untuk dibahas.
Penulis menggunakan pertanyaan “bagaimana” karena kecurigaan terhadap pertanyaan-pertanyaan “apa”. Pertanyaan “apa” seringkali tidak menusuk jauh ke dalam jantung bahasan itu sendiri dan hanya mengambang di permukaan. Sebaliknya, pertanyaan “bagaimana” dapat melingkupi seluruh pertanyaan lain seperti “apa, mengapa, siapa, kapan, dan lain sebagainya”. “Bagaimana media mengemas peristiwa dalam berita?” Pertanyaan ini menugaskan kita untuk menemukan proses yang terjadi ketika suatu peristiwa dan/atau isu, menarik para jurnalis untuk mengemasnya dalam berita dan menyodorkannya kepada pembaca yaitu masyarakat.
Ketika suatu peristiwa terjadi atau isu muncul, hal pertama yang sering dilakukan adalah upaya mencari tahu peristiwa/isu apa, di mana, kapan, berhubungan dengan siapa. Ketika peristiwa/isu itu dikemas dalam berita, sering yang muncul adalah hal-hal di atas. Sehingga tidak salah kalau penulis mengatakan bahwa media cetak kita, khususnya beberapa media lokal masih menghadirkan data kepada pembaca. Dalam hubungan dengan pertanyaan “siapa”, yang dimunculkan adalah para pelaku dan kemudian orang-orang yang terkait dengan peristiwa/isu tersebut. Lebih jauh lagi, berita lebih banyak menghabiskan kolom dan halaman dengan pernyataan-pernyataan para pejabat dan pihak yang berwenang dalam masyarakat. “Apa yang telah dan akan dilakukan” terkait dengan peristiwa/isu tersebut, “siapa saja yang telah dan akan ditugaskan” untuk menangani peristiwa/isu tersebut dan pernyataan-penyataan lain yang hanya sebatas memuaskan keinginan masyarakat. Dalam hal ini, media menjadi sarana penyalur pernyataan yang kadang-kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan, sekalipun yang mengeluarkan pernyataan itu adalah orang yang memiliki otoritas tertentu (pejabat dsb.).
Hal-hal yang disebutkan di atas lebih menunjukkan bahwa media lokal kita sangat positivis. Sampai di sini kita akan membahas subjektifitas dan objektifitas. Dalam pandangan positivis, suatu peristiwa itu sudah ada dan tinggal diambil dan diliput oleh wartawan. Jadi peristiwa yang dikemas dalam berita dianggap sangat objektif. Tetapi Apa yang disebutkan Penulis membaca bahwa media lokal kita belum berani keluar dari gaya pengemasan yang sangat positivis. (.... belum selesai ....)


Jangan Biarkan Maluku Kering Lagi

Uang di tangan, kaki di perahu, ungkapan orang Maluku yang lahir dalam budaya perdagangan pesisir. Kurang lebih berarti ketika ada uang, segala sesuatu dapat dilakukan dengan baik dan lancar. Sejak ditinggalkannya sistem barter dengan barang, uang memang tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Walaupun kedua sistem pertukaran itu sama saja, tetapi dalam perkembangannya, uang menjadi bentuk yang simple, sederhana dan selalu mempunyai nilai lebih.




Dalam perkembangan sistem tukar-menukar saat ini, uang yang adalah alat telah berubah menjadi tujuan. Kepuasan didapatkan manusia ketika tujuannya tercapai. Bagaimana mendapatkan tujuan itulah yang menjadi masalah. Dalam etika Kristen, dikenal etika akibat, dimana untuk mencapai tujuan dihalalkan segala cara. Yang penting adalah tujuannya, bila tujuan baik cara apapun dapat dipakai.
Mungkin gaya itulah yang sementara dipakai oleh beberapa orang “penting” di Maluku saat ini. Bila tujuan itu baik dan sesuai dengan kepentingannya atau kelompoknya, cara apa pun dipakai. Pertanyaannya adalah apakah ada yang salah dengan gaya seperti itu? Toh semua orang punya kepentingan dan kepentingan itu harus diperjuangkan. Bila kepentingan tidak diperjuangkan, bukan namanya manusia dong? Membaca beberapa masalah yang termuat di media belakangan ini, cukup banyak melibatkan orang Kristen baik pada bidang politik, ekonomi, sosial. Kasus-kasus korupsi di Maluku pascakonflik, timbul pertanyaan, apa yang salah dari orang Maluku? Apakah mentalnya ataukah sistem yang membuat kemudahan-kemudahan tertentu bagi terjadinya tindakan tersebut?
Tidak pernah ada kata hitam dan putih bagi upaya mewacanakan korupsi di mana saja. Selalu saja ruang abu-abu menjadi arena di mana aktor, sistem dan semua perangkat pendukung tak mudah dikenali. Dengan alasan pembuktian yang lemah, tindakan korupsi sangat sulit diberantas. Apalagi kalau interest orang memang sangat lekat dengannya.
Membaca perkembangan di Maluku, maka sangat layak dikatakan sebagai tindakan yang tidak wajar bahkan kurang ajar. Dalam keadaan yang sudah kering, masih saja Maluku dihisap habis-habisan dan menjadi semakin kering. Saat mendengar tentang aksi demonstrasi mahasiswa di Ambon menuntut agar para pelaku korupsi di Maluku ditindak, saya berpikir bahwa masih ada modal yang dapat diandalkan. Modal itu adalah kekuatan masyarakat sipil yang terwakili dalam elemen-elemen seperti organisasi non-pemerintah, organisasi kemahasiswaan, organisasi profesi dan lain-lain. Walaupun sistem yang ada masih belum memungkinkan elemen-elemen itu mendapat posisi tawar yang kuat, tetapi paling kurang masyarakat mengetahui bahwa mereka sementara diperas oleh orang-orang bertopeng kemanusiaan.

Pemilu telah membuktikan bahwa masyarakat dapat menjadi hakim yang baik dalam memberikan pelajaran bagi para politisi yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memusingkan kepentingan orang banyak. Tetapi peranan masyarakat tidak hanya dibutuhkan setiap lima tahun dalam mekanisme demokrasi seperti pemilu. Masih banyak mekanisme lain yang dapat dibuat sehingga kekuatan masyarakat sipil benar-benar ditunjukkan. Dan yang mempunyai kesempatan untuk memikirkan mekanisme-mekanisme seperti itu sebenarnya adalah para intelektual muda Maluku yang tidak memiliki interest sempit seputar mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri.

Selama ini orang selalu membaca tentang kepentingan dari perspektif politisi, di mana pilihan-pilihan rasional yang dikedepankan adalah keinginan untuk terpilih kembali, mempertahankan kedudukan bahkan meningkatkan apa yang telah diperoleh. Sangat kurang orang membaca kepentingan dari perspektif masyarakat, di mana pilihan-pilihan rasional yang harus dibuat adalah mengusahakan agar masyarakat memperoleh haknya sebagaimana layaknya manusia.

Salah satu mekanisme yang dapat dilakukan adalah mekanisme pembagian informasi yang merata kepada masyarakat tentang segala tindakan yang tidak mengedepankan kepentingan orang banyak. Apalagi ketika tindakan-tindakan seperti itu dilakukan oleh para penjabat publik. Dengan meratanya informasi yang diterima masyarakat, paling kurang dapat membentuk kesadaran tentang keberadaan para aktor dalam suatu sistem yang tidak mendukung pemulihan Maluku. Mekanisme seperti itu dapat dikerjakan oleh semua elemen yang berpihak pada masa depan Maluku yang lebih baik. Dengan dibantu oleh media masa yang berpatokan pada upaya-upaya jurnalisme investigasi, maka masyarakat sipil khususnya di Maluku dapat benar-benar diberdayakan dan sadar akan diri dan lingkungannya.

Mekanisme formal sebenarnya dimainkan oleh para wakil rakyat yang ada di DPRD. Namun harus pula disadari bahwa ketika jabatan telah didapat dan saat mereka membaca kepentingan dari perspektif sebagai politisi, maka jangan terlalu berharap banyak. Apakah para politisi kita di Maluku ada yang benar-benar bersih dari penyalahgunaan kedudukannya sebagai wakil rakyat? Kalaupun ada, patut disyukuri dan didukung. Dengan sedikit pesimis, harus diakui bahwa masih saja ada jalan di mana lembaga perwakilan rakyat dapat diberdayakan. Jadi bukan saja masyarakat yang harus diberdayakan dan dicerahkan, tetapi para politisi pun harus diberdayakan. Dan yang dapat memberdayakan mereka adalah elemen masyarakat sipil sendiri.

Kembali lagi kita diperhadapkan dengan mekanisme dan instrumen pemberdayaan terhadap para politisi. Pemberdayaan politisi berarti membuat para politisi tahu dan bertindak sesuai dengan fungsinya sebagai wakil rakyat dan bukan sebagai politisi saja. Masyarakat sipil bukanlah militer dan juga masyarakat politik. Saat pembedaan itu dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya dapat juga dilakukan dalam mekanisme pemberdayaan itu.

Langkah pertama yang mungkin harus dilakukan adalah dengan menarik sejauh mungkin masyarakat sipil dan elemen-elemennya dari arena masyarakat politik. Itu berarti kekuatan politik formal yaitu partai politik tidak lagi memiliki kekuatan mempengaruhi. Dalam bacaan saya, penarikan diri itu sementara berjalan mulai dari pemilu yang lalu walaupun masih ada saja elemen-elemen masyarakat sipil yang sangat dekat dengan wilayah masyarakat politik dan kemudian tidak bisa berbuat lebih banyak lagi. Dengan penarikan itu, berarti ketergantungan masyarakat sipil dari masyarakat politik perlahan-lahan dikurangi dan dapat dihilangkan sama sekali. Bila itu telah terjadi, maka langkah selanjutnya adalah masyarakat sipil dan elemen-elemen pendukungnya masuk kembali ke arena masyarakat politik tetapi dengan cara yang lain. Cara lain itu adalah masuk dan mempengaruhi. Itu berarti elemen-elemen masyarakat sipil yang dimaksudkan di atas harus siap menjadi tangki pemikir. Mengkaji dan menganalisis semua kebutuhan masyarakat bukan saja hak dan kewajiban para politisi atau para birokrat, tetapi juga menjadi hak dan kewajiban masyarakat sipil. Sampai pada tahap ini, sebenarnya elemen kampus dapat mengambil posisi penting dengan catatan bahwa mereka telah mengambil jarak kritis dengan masyarakat politik.

Terhadap kemungkinan-kemungkinan itu, maka tawaran langkah praktis saat ini sehubungan dengan penghisapan Maluku oleh para koruptor adalah elemen masyarakat sipil yang ada dan peduli, mulai merecord. Yang direcord adalah segala ucapan dan tindakan para politisi di Maluku. Bila memang ada yang menyatakan akan berjuang memberantas korupsi dan dalam perjalanannya dia tidak bertindak sesuai dengan ucapannya itu, maka dia berhak diadili secara politis maupun intelektual. Kredibilitasnya sangat layak diragukan sebagai orang yang tidak menepati janji. Media masa kembali dapat memainkan fungsi pentingnya sebagai alat kontrol sosial.

Dengan diberdayakannya lembaga wakil rakyat, maka dengan sendirinya para birokrat di lembaga pemerintahan akan terus dikontrol oleh para politisi. Walaupun kemungkinan “main mata” tetap ada, tetapi paling kurang masyarakat kita telah memiliki semacam kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat. Masih banyak hak dan kewajiban lain yang harus dipenuhi oleh kita sebagai masyarakat bukan saja membayar pajak.

Bila ingin agar Maluku tidak habis dihisap oleh orang-orang kurang ajar yang tidak tahu diri, maka seluruh elemen masyarakat sipil harus bersatu-padu. Kepentingan banyak orang yang mesti diperjuangkan dan itu tidak dapat ditawar-tawar lagi. Bagi masyarakat kampus di Maluku khususnya, ada pekerjaan besar ke depan dalam rangka melakukan penyadaran dan pencerahan atau lebih tepatnya transformasi di Maluku pascakonflik. Bila masyarakat kampus sendiri tidak dapat mengambil jarak kritis dari seluruh elemen masyarakat politik dan birokrasi, maka bersiaplah untuk melihat Maluku yang kaya ini kering dan tenggelam di tengah birunya laut yang mengelilinginya. Semoga tidak.


WAJAH AGAMA DI PAPUA: Suatu Refleksi Atas Fungsi dan Peranan Agama di Tanah Papua

Manusia yang hanya bisa mengharapkan kebaikan dan belas kasihan orang lain adalah manusia yang sudah kehilangan akal budi dan pikirannya yang akhirnya akan membuat dia kehilangan daya hidup dan kreatifitas. Di sisi lain, daya hidup dan kreatifitas manusia juga terkadang dihalangi oleh pihak lain - seringkali oleh penguasa dan pemilik modal, terkadang juga agama - sehingga ia tidak dapat mengaktualisasikan potensi dirinya itu secara wajar. Upaya menghalangi aktualisasi diri manusia itulah yang oleh Johan Galtung disebut sebagai kekerasan, dan oleh Marx disebut sebagai keterasingan manusia dari dirinya sendiri dan lingkungan realnya.



Saya teringat pada satu kegiatan seminar yang dilaksanakan baru-baru ini di Jayapura. Dalam kesempatan itu, salah seorang pemakalah yang juga adalah tokoh agama di daerah ini mengeluarkan pernyataan yang mengajak seluruh peserta seminar untuk tidak lagi berbicara dan melakukan aksi berkaitan dengan situasi kehidupan sebagai orang Papua yang sementara menderita saat ini. Lebih lanjut dikatakan bahwa telah banyak kata-kata yang terbuang percuma ke telinga orang-orang tuli di negeri ini dan hal terbaik yang bisa dilakukan saat ini adalah berdoa kepada Tuhan.

Dalam rentang waktu yang cukup lama mengalami penindasan baik oleh penguasa maupun pemilik modal, penulis merasa bahwa pernyataan itu merupakan ungkapan kekecewaan paling mendalam dari manusia Papua yang menghidupi kehidupan di tanah ini.
Namun perasaan itu kemudian menyadarkan saya bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan pernyataan tersebut. Saya langsung teringat dengan kritik agama Karl Marx yang mengatakan “agama adalah candu masyarakat”. Dalam beberapa tulisan yang mengulas pernyataan Marx ini, Saya menemukan sisi penting dari kritik agama yang dilakukan Marx dihubungkan dengan situasi yang menjadi kenyataan real kehidupan manusia Papua hingga kini.

Pernyataan Marx di atas adalah pernyataan yang paling kontroversial, khususnya di kalangan orang-orang beragama. Terlepas dari kontroversi seputar pernyataan tersebut, mungkin lebih baik kita masuk sedikit ke dalam gagasan itu.
Bagi Marx, agama memang pantas disebut sebagai candu masyarakat dalam situasi hidupnya saat itu. Seperti candu ia memberikan harapan-harapan semu, dapat membantu orang untuk sementara waktu melupakan masalah real hidupnya. Candu adalah obat yang meminimalkan kesdaran manusia sehingga orang lupa akan kenyataan hidupnya. Tetapi candu bukanlah solusi atas masalah-masalah hidup manusia.

Apa hubungannya dengan agama? Agama menjadi candu ketika agama tidak mampu membebaskan pemeluknya dari ketidakadilan, penindasan, pemelaratan dan pembodohan yang semakin dalam. Orang tertindas lalu melarikan diri kepada agama dengan resep-resep keagamaan. Doa menjadi salah satu resep keagamaan dimana umat beragama menggunakannya sebagai media menghadap Tuhannya. Dengan berdoa orang merasa tenang dan seolah terlepas dari masalah hidupnya. Ketika selesai doa-doa dilafaskan, yang terjadi adalah penderitaan itu tidak akan hilang, yang miskin tetap miskin, yang tertindas semakin merana, yang bodoh semakin bodoh. Resep-resep keagamaan seperti itu menjadi alat modifikasi watak manusia sepanjang sejarah manusia itu sendiri.

Bagi Marx, kenyataan ini kemudian melahirkan apa yang disebutnya fetisisme, yang akan melahirkan “harapan semu orang tertindas". Doa atau tepatnya Tuhan umat beragama menjadi tempat pelarian terakhir ketika manusia tidak lagi mampu berkata. Gagasan seperti ini semakin menjurus kepada fetisisme agama dan itulah yang dikehendaki oleh penguasa atau penindas.

Pertanyaannya adalah apalagi yang dapat dilakukan oleh umat beragama yang juga adalah manusia-manusia Papua yang tertindas menghadapi konspirasi para penindas yang adalah golongan penguasa pusat dan lokal beserta seluruh kerabatnya termasuk pemilik modal selain berdoa dan menyerahkan masalah hidupnya pada Tuhan?

Jawaban terhadap pertanyaan di atas menjadi tanggung jawab kita bersama yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan di tanah ini. Alih-alih mencoba menjawab pertanyaan tersebut, penulis hanya hendak menggugah sedikit kegelisahan iman orang beragama di Papua untuk beriman dengan sejati dan benar.
Bagi Saya, doa hanya akan menjadi resep keagamaan yang tidak berguna ketika doa menjadi pelarian terakhir manusia Papua. Bila memang demikian adanya, maka ujung-ujungnya Tuhan umat beragama yang akan disalahkan ketika manusia tetap ditindas meskipun sudah menaikkan doa-doanya.

Doa akan berguna bila berfungsi sebagai refleksi terhadap perjuangan yang telah dilakukan sebagai manusia Papua yang juga bermartabat di hadapan Tuhan. Refleksi yang diikuti dengan aksi yang melahirkan refleksi dan aksi yang baru dan seterusnya, itulah doa yang sempurna.

Masyarakat tanpa penindasan, pemiskinan, pembodohan adalah masyarakat yang adil dan itu hanya bisa diciptakan dalam kerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik.
Salah satu jalan yang bisa dilakukan agama-agama khususnya gereja di Papua saat ini adalah proses penyadaran manusia Papua tentang situasi mereka. Berhentilah sebentar untuk bicara tentang sorga atau neraka, umat pilihan Allah atau yang bukan, dan lain-lain. Mulailah berbicara dalam teks kekinian, dalam narasi-narasi manusia Papua yang tertindas dan terpinggirkan, yang tidak pernah didengarkan.

Dalam pendekatan itu, saya mencoba memperhadapkan kenyataan ini dengan keyakinan iman saya sebagai orang Kristen. Menurut saya, teks-teks penindasan manusia Papua adalah juga Firman Tuhan sebagaimana kekristenan meyakini teks-teks tentang penindasan orang-orang Israel di Mesir atau orang-orang Kristen di Roma sebagai Firman Tuhan. Bila para pemimpin agama - yang memiliki otoritas untuk menafsirkan Firman Tuhan - telah tiba pada tahapan ini, maka kita telah memulai jalan baru untuk tidak sekedar berdoa dan berdoa saja. Kita telah melampaui teks-teks yang disucikan itu dan bicara dalam teks-teks kekinian kita. Itulah yang kemudian dimaksudkankan dengan berteologi. Berteologi bagi saya mengikuti gagasan Bevans adalah suatu keberlanjutan sekaligus keterputusan. Keberlanjutan karena kita mengenal, mengalami Allah dalam refleksi dan aksi manusia-manusia yang ditulis dan kemudian diakui sebagai kitan suci. Keterputusan karena kita juga memiliki pengalaman sendiri, aksi sendiri, refleksi sendiri yang tidak kalah pentingnya untuk ditulis sebagai pengalaman kita akan Allah itu.

Semakin banyak jalan yang ditawarkan, semakin banyak pula alternatif bagi perjuangan manusia Papua untuk keluar dari kungkungan penindasan. Ini hanyalah langkah awal bagi agama-agama, khususnya gereja di tanah Papua ini untuk memulai lagi aksi-aksi pembebasan setelah berefleksi dalam doa pada Tuhannya.
Percaya atau tidak, semakin banyak orang yang hanya berdoa dan semakin sedikit orang yang bicara dan bekerja dalam kreatifitas dan kebebasan selaku manusia, maka semakin enak dan lelap para penindas tertidur. Kebaikan selalu menghasilkan kebaikan, keadilan tidak akan ada tanpa usaha dan jerih payah orang yang mengusahakannya.


Kekuatan Kata-Kata

Menulis atau berbicara, kata-kata selalu menggerakan kita lewat hidup. Kata-kata membuat kita bersemangat atau menyerah, kata-kata begitu menusuk tajam ke dalam hati dan perasaan kita. Kata-kata memiliki kekeuatan untuk memecahkan kebuntuan, membangun persekutuan yang baik atau bahkan memulai perang.



Kata-kata dapat menyatukan atau menghancurkan baik sebagai individu maupun masyarakat. Kata-kata yang kita ucapkan dapat memiliki suatu akibat yang sangat dalam pada orang-orang yang dapat disentuh. Apakah anda mengucapkan hal-hal yang membesarkan atau mengecilkan hati? Apakah anda memotivasi dan membangun anak-anak, teman dan sahabat, keluarga atau orang asing yang anda temui di jalanan lewat kata-kata, atau anda melemahkan mereka degnan kata-kata yang mengkritik, menyakiti atau cenderung menghakimi? Apakah anda pernah menyebabkan kehancuran dalam diri anda sendiri dengan memikirkan dan mengucapkan kata-kata yang membuat motivasi dan keinginan anda menurun? Apakah ketika orang lain atau anda sendiri dalam keadaan sakit, anda mengucapkan kata-kata menghibur yang memberi harapan tetapi dalam kenyataannya membohongi situasi, ataukah anda mengucapkan kata-kata yang realistis dan sesuai kenyataan walaupun menyakiti orang atau diri sendiri?

Dalam Alkitab, Yakobus membandingkan lidah manusia dengan seekor kuda. Kita mengendalikan kuda itu dengan mengenakan kekang pada mulutnya, tetapi kita sendiri tidak bisa mengendalikan kata-kata yang keluar dari bibir kita.
Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak ktia, dengan jalan demikian ktia dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Yakobus: 3:2-3
Pertanyaannya, mengapa kita sangat sulit untuk menahan diri dari mengatakan kata-kata yang kita tahu hanya akan menyakiti? Mengendalikan apa yang kita katakan, walaupun sangat sulit untuk mencobanya. Hal itu adalah salah satu bentuk disiplin diri yang sangat sederhana tetapi tidak kita miliki. Kita mencoba untuk mengendalikan setiap aspek dari kehidupan kita. Bagaimana dengan kontrol diri?
Tentu saja sangat mudah untuk mengendalikan kuda dengan mengenakan kekang pada mulutnya daripada mengendalikan lidah kita. Dalam kondisi yang sudah sangat terkendali pun, ketika emosi kita terbakar, maka lidah tidak akan terkendali lagi. Jangan-jangan karena lidah kita yang tidak terkendali, orang akan memasukkan sepatu dalam mulut kita sebagai kekang mengendalikan kita. Ternyata menjaga lidah adalah perang kita tiap hari melawan diri sendiri. Sesungguhnya barang siapa yang telah mengalahkan diri sendiri dengan mengendalikan lidahnya, dia dapat menjadi berkat terbesar.

“Seni percakapan yang benar bukan hanya mengatakan hal yang benar pada waktu yang benar, tetapi untuk tidak mengatakan hal yang salah dan tidak boleh dikatakan pada kesempatan yang menggiurkan” Dorothy Nevill


Sabtu, 03 Mei 2008

Sekaratnya Moral Politik di Maluku

Membaca salah satu berita pada Harian Mimbar Maluku tertanggal 02 Mei 2008, yang dimuat di website Radio Bakubae tentang WAKIL KETUA DPC PDIP KOTA AMBON DIPOLISIKAN membuat beta sedikit bergidik. Cuma sedikit saja, tidak terlalu banyak. Basudara bisa langsung telusuri ke link berita itu.
Ancaman-ancaman dengan kekerasan seperti itu menurut beta menandakan bahwa moral politik katong pung basudara di Maluku sementara sekarat. Kalau seng segera diberikan penawar, maka bisa-bisa kematian akan menjelang....
Menurut beta sih, Maluku seng bisa dibangun oleh orang-orang yang bermoral dan bermental politik preman. Politik terus-menerus menjadi kambing hitam dengan diberi label kotor, padahal politik sebenarnya seng bersalah apa-apa. Orang-orang yang berpolitik "praktis" itulah yang kemudian memberikan sentuhan yang seng talalu bagus for akang kata "Politik" itu, kata yang sesungguhnya memiliki makna yang baik.
Stop sudah basudaraeee..... Mau biking apa talalu di Ambon sana...??... Kalo seng takut Tuhan, biking saja, Abis Ambon tu bukan Tuhan yang cipta akang kapaeee.... Setang kapa...????....





Nyanyian Jemaat GPM No. 36. "Saat Ini"